34. AILEEN & REGAN

Start from the beginning
                                    

"Bang Al mau bicara, mau ya?" bujuk Regan setelahnya.

Aileen masih diam, dia mencoba berfikir dan mengontrol dirinya, perasaan takut itu ada karena selama ini jika diingat labih jauh lagi Alfaro adalah salah satu alasan kesakitan pada diri Aileen. Rasanya dia benar-benar ingin menyudahi ini semua dengan melupakan keluarganya, melupakan kenangan buruk yang mereka lukis untuk hidupnya. Tapi Aileen sadar, keluarga dan masalalu memang sulit dilupakan, tapi masih ada masa depan yang bisa dia rubah.

Disini Aileen memutuskan untuk menyetujui keinginan Alfaro, dia akan memberi kesempatan kepada kakaknya itu. Aileen menatap Regan, "Tapi kamu disini, aku takutt.." pintanya secara tak langsung menyetujui bujukan Regan.

Regan mengangguk, "Iya,"

Kemudian lelaki itu melepaskan tangan Aileen dari genggamannya dan melangkah keluar, sesampainya diluar bukan hanya Alfaro yang dia temukan, tapi ada keluarganya termasuk oma dan opa yang sedang berbicara dengan salah seorang perawat. Regan menghampiri mereka dan mengatakan jika Aileen sudah sadar dan sudah tampak lebih baik. Regan juga mengatakan jika dokter menunda pemeriksaan terlebih dahulu karena ada sedikit masalah yang harus di selesaikan.

Oma Rumi menatap Alfaro tajam, dia pikir cucu sahabatnya itu merupakan pria baik-baik namun rupanya lebih bejat daripada cucunya yang menghamili anak gadis orang, oma tahu Regan tidak sebaik yang orang pikirkan karena dia tahu sendiri bagaimana pergaulan cucunya, Regan peminum, Regan juga perokok namun bukan perokok aktif. Meski begitu Regan tidak pernah bermain tangan kepada perempuan, setidaknya jika dibandingkan dengan Alfaro yang pendiam dan sangat menjaga pergaulan, Regan lebih baik dan lebih bisa menghargai perempuan.

"Kamu, jika saya tahu menyakiti cucu mantu saya, saya tidak akan segan-segan mencabut saham milik keluarga Rajendra dari perusahaanmu!" tegas oma dingin.

"Oma!!" peringat Regan.

Oma Rumi memukul pipi Regan dengan kipasnya cukup keras, "Kamu juga!! Malah belain dia. Harusnya kamu gak usah mengizinkan dia bertemu Aileen, gak pantas kakak seperti dia memiliki adik seperti Aileen." sarkas oma.

Regan menggosok pipinya yang lumayan panas, kemudian menarik Alfaro sedikit kencang untuk masuk kedalam ruangan Aileen dirawat dan menguncinya dari dalam, Biarlah oma mengomelinya dan menghajarnya nanti, sekarang yang terpenting adalah Aileen. Dia juga akan menerima segala keputusan Aileen nanti. Jika istrinya itu memaafkan kakaknya maka dia juga akan memaafkan, jika tidak dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mau tidak mau dia harus menutup akses Alfaro terhadap Aileen nantinya.

"Aileen beneran mau bicara sama saya?" tanya Alfaro tidak yakin, pasalnya ketika dia menatap Aileen tadi perempuan itu memalingkan wajahnya.

Regan memgangguk, "Dia cuman takut, ngomong pelan-pelan dan gue yakin dia mau balas omongan lo."

Alfaro mengangguk, menarik napasnya guna meredakan kegugupan. Kemudian mulai melangkahkan kakinya mendekati Aileen, pertama-tama dia pandangi adiknya dari atas sampai bawah, semuanya baik. Alfaro tersenyum pedih, luka-luka Aileen sudah menghilang, dia yakin Regan merawat adiknya dengan baik, dia benar-benar malu pada Aileen.

"Aileen..." panggilnya pelan.

Aileen diam, menunduk tidak mau menatap Alfaro.

Alfaro tersenyum, "Saya tahu kedatangan saya kemari memanglah sudah telat, disaat kamu benar-benar menyerah justru disitu saya menyesal." lelaki itu menjeda ucapannya sejenak.

"Maafkan saya, saya memang bodoh karena tidak pernah sadar jika sudah di bohongi oleh keluarga sendiri, seharusnya saya tidak percaya begitu saja dengan mereka tentang pernyakit Aurel, tentang luka biru ditubuh Aurel. Mereka mengatakan jika kamu pelakunya, kamu yang membuat Aurel menderita. Saya bisa apa, saya mau mencari bukti dengan siapa, saya jauh..." sambung Alfaro lagi.

AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now