Bab 17

388 44 4
                                    

Tanaka dan Junho masih jalan-jalan, karena waktu masih belum terlalu malam. Hari masih nenunjukan pukul delapan malam, hujan juga sudah reda jadi mereka memutuskan untuk pergi dan masuk ke pusat perbelanjaan. Di dalam sana Tanaka memilihkan baju berbagai macam merek kepada Junho. Tapi Junho hanya mengambil satu saja, lalu beranjak ke toko berlian Junho tidak memilih kali ini Tanaka yang memilihkannya. Cincin berlian dengan harga yang mahal itu telah melingkar di jari manis Junho.

"Seharusnya kau tidak membeli ini, ini harganya mahal sekali." ujar Junho.

"Aku tidak perduli seberapa mahal harganya, dan itu cocok untuk Unho." ujar Tanaka.

Junho tersenyum, Tanaka berbicara lagi. "Lagi pula aku heran padamu, kau tidak pernah meminta sesuatu padaku, jadi aku bingung."

"Aku bukan peminta-minta, lagi pula aku tidak menginginkan apapun. Nanti jika ada, aku minta padamu." ujar Junho.

Tanaka mengangguk, mereka terus berjalan di beberapa toko. Junho membelikan jam tangan untuk Tanaka, Tanaka menyukainya. Lalu saat mereka sedang asik memilih Skincare Taufan dan Erwin melihat mereka. Taufan berbicara. "Itu abangmu sama siapa?"

"Junho, dia sudah kembali dari Amerika..." seru Erwin.

Taufan dan Erwin langsung menuju ke Junho dan Tanaka. Taufan menyapa Junho dengan sebutan biasanya. "Unho..."

Junho menoleh lalu dengan reflek memeluk Taufan. "Ofan, Unho kangen... Ofan apa kabar?"

"Ofan baik, Ofan juga kangen Unho...." ujar Taufan.

Pelukan itu buru-buru Junho lepas karena melihat Ekspresi Tanaka yang gelap alias cemburu. Junho berbicara lagi. "Ofan sama Ewin? Hayoooo hayooo..."

"Ehehehe, kami jadiah udah lama... Ya sudah kami mau nonton dulu. Kalian mau ikut?" ujar Taufan.

"Gak, kami baru selesai nonton. Pergilah..." ujar Junho.

Erwin dan Taufan pergi ke bioskop, Junho melihat wajah Tanaka yang murung. Lalu Junho memeluk Tanaka dan mencium pipinya. "Yok bayar ini dulu, Skincare ku habis."

Tanaka tersenyum lagi, lalu dengan senang hati pergi ke kasir dan membayarnya. Jiwa misterius Junho muncul, ingin rasanya ia membuat Tanaka marah lagi padanya. Entah kenapa ia ingin melihat Tanaka bertindak kasar lagi. Tapi ia urungkan, karena takut tidak terkontrol. Setelah mencari beberapa informasi, Junho menemukan Fakta kalau Tanaka memiliki Bipolar, suasana hati yang suka berubah ubah. Contohnya barusan, ketika di cuekin dirinya akan langsung cemberut dan suram.

Tanaka selesai membayar belanja isrinya itu, ia menenteng belanjaan itu dengan senang hati. Mereka berdua pun memutuskan untuk pulang, sesampainya Appartement Tanaka merasa lapar lagi. "Sayang, aku sedikit lapar lagi. Aku masak mie ramen dulu, kamu mau?"

"Biar aku saja yang masak, satu berdua saja ya." ujar Junho.

Tanaka mengangguk, lalu Junho pergi kedapur untuk masak mie ramen. Junho memotong sayuran dan sosis tiba-tiba. "Aaaw..."

Tanaka langsung lari kedapur dan melihat jari Junho berdarah. Dengan sigap Tanaka menghisap darahnya agar berhenti. "Lain kali hati-hati, biar aku saja yang masak. Kamu duduk disitu ya,"

"Gak apa-apa kok, lagian luka kecil, kamu duduk aja. Aku buatkan teh dulu ya," ujar Junho.

Junho membuatkan teh untuk Tanaka, lalu ia melanjutkan masaknya. Junho selesai masak mie ramen itu, lalu Junho menyuapkannya untuk Tanaka. Tanaka melakukan hal yang sama, sepertinya itu menjadi rutinitas hangat mereka. Makanan itu habis, lalu saat selesai mereka langsung kekamar. Junho membereskan barang belanjaannya, lalu ia memberikan perawatan wajah kepada Tanaka. Tanaka dengan senang hati menerimanya. Lalu setelah selesai mereka pun pergi tidur.

BL- LOVE DECIDENT Where stories live. Discover now