Bab 3

490 55 7
                                    

~Aku benci wanita yang bersamanya, aku melihat dia tidak baik.

~~

Setelah selesai makan, mereka bertiga kembali kekelas. Mereka masuk kedalam kelas, lalu semua murid sudah masuk dengan tertib. Guru masuk kedalam kelas sambil membawa murid baru bersamanya.

"Baiklah anak-anak murid ibu, kita kedatangan teman baru. Ayo perkenalkan dirimu." ujar Bu Winda.

"Selamat pagi semuanya, saya Erwin Hokada. Saya baru pindah dari Jepang," seru Erwin.

Semua murid terkesima melihat murid baru yang tamfan nan rupawan itu. Tapi tidak dengan Junho yang biasa saja saat melihatnya, malah sebaliknya Erwin terkesima melihat wajah manis Junho.

"Baiklah Erwin, kamu duduk di sebelah Junho ya. Junho, bagi bangku ya." ujar Bu Winda.

Erwin duduk satu bangku dengan Junho, lalu ia menyapa Junho. "Hai, aku Erwin."

"Junho, salam kenal dan selamat datang." sahut Junho yang ramah.

Mereka berjabat tangan, Erwin lama sekali melepas tangan Junho sampai akhirnya Taufan menoleh kebelakang melepas tangan mereka. "Belajar..."

Bau bau cuka..

Junho terkekeh geli lalu mereka mulai fokus belajar. Erwin juga sama, mereka belajar dengan damai dan tenang. Junho yang sebenarnya sudah lulus SMA sejak usianya 10 tahun tidak perlu sekolah lagi seharusnya. Hanya saja, ia bosan di rumah dan ia meminta ke Jun Yung dan Mira untuk menyekolahkannya lagi. Dan ia akan bersikap sewajarnya sebagai murid dengan IQ di bawah rata-rata, walau sebenarnya Junho sering juara kelas.

Jam pelajaran pertama usai sudah, dan giliran masuk jam pelajaran kedua. Namun guru di jam pelajaran kedua tidak dapat hadir karena ada kemalangan. Jadi di jam kedua kosong, murid-murid memanfaatkannya untuk bermalas-malasan dan bermain. Ada yang nonton Drakor, ada yang tidur, ada yang bergosip, dan ada juga yang dance ala-ala k-pop.

Tidak dengan Junho yang fokus membaca buku, Sementara Tyara, Taufan, dan Erwin sibuk mengobrol. Tapi mereka tetap mengajak Junho mebgobrol.

"Heh Junho, fokus banget baca buku. Kami udah ngomong panjang lebar, kaunya diem aja." ujar Taufan gemas.

"Aku mendengarkan obrolan kalian kok,  tapi aku agak lapar. Lama lagi jam istirahat kah?" ujar Junho.

Tyara menjawab: "Perasaan tadi udah makan bakso, tapi kok masih lapar aja kau?"

Junho meringis, "sebenarnya yang lapar bukan aku. Tapi orang di sebelahku, dari tadi bunyi-bunyi perutnya."

Erwin meringis, lalu ia berbicara. "Jujur sih, belum sarapan tadi pagi. Buru-buru abang aku tadi ngantarin aku,"

"Ooo, nih ada roti. Untuk ganjal perut dulu biar gak sakit," seru Junho sambil menyerahkan roti itu.

Erwin menerima roti itu dan memakannya, lalu Junho memberikan botol minumnya kepada Erwin. Taufan langsung berbicara. "Kau ini, giliran anak baru kau mau kasih roti sama minum kau. Giliran aku, gak pernah, tuhaaan sedihnya..."

Tuuuuk

Junho menepuk kepela Taufan dengan buku yang ia pegang, lalu berbicara. "Apa yang gak pernah aku kasih sama kau Bambang? Ngadi ngadi ni orang."

Taufan tertawa terbahak-bahak, ia hanya sengaja agar Junho tidak diam dan ikut bercanda dengan mereka semua. Memang hanya Taufan yang selalu bisa buat Junho kesal, marah, ketawa, atau apalah itu. Secara Taufan berteman dengan Junho sejak kecil.

Erwin selesai memakan roti itu dan mengucapkan terimakasih. "Junho, terimakasih, nanti aku traktir ya di kantin."

"Eh, traktir kita juga yah... Pliiiisss..." Seru Tyara.

BL- LOVE DECIDENT Where stories live. Discover now