13. Pusing

97 62 28
                                        

"HAH?!" pekik ketiga temannya secara bersamaan.

"Yang bener aja lo," sungut Rakha. Jean mengangguk dengan yakin, "Kita juga dulu pernah manggung di acara kampus juga kan? Mau gimana lagi? Tiga hari lagi udah acara puncak gak keburu kalo cari guest star baru. Ayolah kasian sama temen-temen yang lainnya," jelas Jean.

Jenan yang mendengar penjelasan Jean mengangguk setuju. "Lagian itu bukan kemauan kita kan buat Hivi batalin tiba-tiba."

"Anjing, udah sibuk jadi panitia cari sponsor sana sini. Main batalin seenak jidat. Udah gitu diminta manggung dadakan begini lagi!" ucap Harsa dengan kesal.

"Terima nasib aja, Sa." Jenan menepuk bahu Harsa dengan pelan. Sejujurnya, Jenan juga sudah pasrah dan mengikuti alur saja.

"Ya mau gimana lagi?" Jean mengedikkan bahunya.

"Yaudahlah terima aja, kita kan budak kampus." Rakha mengeluarkan kata yang cukup menohok bagi mereka

Pada akhirnya, semuanya menerima permintaan sang Presiden Mahasiswa walau dengan berat hati. Mau bagaimana lagi? Hari acara puncak bahkan hanya menghitung hari saja.

"Latihannya kapan?" tanya Rakha.

"Besok," kata Jean dengan mantap.

"Bawain berapa lagu?" tanya Jenan.

"Lima aja," sahut Harsa dengan santai. Rakha yang mendengar itu sontak memukul lengan Harsa, "Ngotak anjir, ya kali lima. Kebanyakan anjir. Gue ini yang nyanyi."

"Tiga aja, lagu inggris sama lagu Indonesia," ucap Jean.

"Durasi perform berapa menit?" tanya Jenan.

"Sepuluh menit," jawab Jean

"Bisalah, sepuluh menit tiga lagu, sisanya kita pake ment bentar bisa kali," kata Jenan sambil menatap langit-langit atap ruang tengah.

"Boleh tuh, tapi yang pegang main piano siapa? Kan di antara kita gak ada yang pegang posisi piano," ujar Rakha.

"Ajak Leo aja, dia jago main keyboard. Nanti deh gue kasih tau." Harsa mengambil ponselnya dan segera mengabari Leo.

"LAGUNYA WOI APA AJA?!" pekik Harsa.

"Suara lo kecilin njir, udah malem ini." Jenan menunjuk Harsa.

"Hehe ... maap" Harsa meminta maap sambil memperlihatkan senyum tanpa merasa bersalah.

"Celengan rindu aja," sahut Rakha.

"Tampung dulu aja, sebutin lagi judul lagu yang lain nanti kita pilih aja," ucap Jean.

"The Man Who can't be moved by The Script." Harsa memberi usul.

"Buset dah, ini kenapa lagunya galau semua?" Protes Jenan.

"Apa lagi?" tanya Jean.

Jenan mengedikkan bahunya, "Gak tau, gue ngikut aja udah."

"Lagu-lagu cold play aja?" Rakha memberi usul.

"Iya boleh tuh, enak-enak."

"Rak, tolong ambilin gojek di depan dong. Gue beliin rice bowl gitu." Rakha yang mendengar perkataan Jenan langsung mengambil makanannya.

Harsa yang mendengar itu sangat bersemangat. "Emang lo doang yang paling top, Nan. Yang lain lewat." Harsa menunjukan dua jempolnya miliknya kepada Jenan.

Jenan langsung mengambil satu porsi rice bowl yang ia inginkan, "Ambil aja satu-satu jangan berebut lo udah gue beliin." Jenan mengingatkan temannya.

TAKDIR | NA JAEMIN ✔Where stories live. Discover now