Bab 9 - Under Pressure

670 71 30
                                    


Derap langkah tergesa dua pasang kaki beradu dengan lantai rumah sakit. Tak lama terdengar pintu terbuka dari salah satu kamar rawat. Dua pasang kaki itu lantas masuk ke dalam kamar rawat itu.

Wajah yang menyiratkan kekhawatiran ada pada dua sosok pria paruh baya dan wanita paruh baya, saat melihat putri sulungnya terkapar di bangsal rumah sakit dengan selang infus di tangannya. Mereka buru-buru mendekat.
Mengabaikan beberapa orang yang ada disana. Seorang pria yang sedari tadi duduk menunggu lantas berdiri memberikan tempat duduk bagi wanita paruh baya itu.

"Teteh..." Ucap Wanita itu saat sudah berada di dekat sang anak.

"Mama.." Ucapnya lemah. Ia baru saja terbangun dari tidurnya karena mendengar panggilan saat sang mama datang.

"Teteh ga papa kan?? Teteh baik-baik aja kan?" Ucapnya setelah memeluk sang anak.

Sang mama tak kuasa menahan tangis melihat putri tercintanya pucat dan lemas.

"Dedek kuat banget ma.. Teteh bangga sama dia. Dia bisa bertahan meskipun mamanya sempat mengalami pendarahan.." Tangannya menepuk pelan perutnya. Rose tersenyum haru menceritakan keadaan sang jabang bayi.

Mamanya mengusap air matanya.

"Mama senang kamu dan dedek ga papa teh.." Ucapnya.

"Gimana keadaan kamu teh?" Ucap suara barito yang sedari tadi hanya diam sembari mengelus lembut tangan putrinya yang terdapat selang infus.

"Aku udah ga papa kok pa.. Papa sama mama kenapa bisa sampai sini sih? Terus gimana sama pekerjaan papa?" Tanya Rose.

"Gimana papa bisa tenang kerja kalau anak papa masuk rumah sakit!" Ucapnya. Tangannya mengusap lembut kening Rose.

"Siapa yang ngasih tahu papa sama mama pasti Echan ya?" Tanya Rose.

"Echan khawatir sama teteh, dari tadi pagi udah teleponin mama sambil nangis. Jadi mama sama papa langsung pesan tiket kesini meskipun baru bisa sore karena penerbangan pagi sampai siang udah penuh.."

"Oh iyaa. Echan kemana teh?" Tanya papa Rose.

"Echan aku suruh jalan-jalan tadi Pa. Aku suruh ikut keliling naik kereta wisata Solo daripada dia disini cuma ngeluh bosen." Ucap Rose.

"Oh hahaha" Mama dan papa Rose kompak terkekeh.

"Hmm. Om tante!" Ucap Jennie menyalami kedua orang tua Rose, sedari tadi dia hanya menatap interaksi sahabatnya dengan kedua orang tuanya.

"Jennie ya?" Tanya Papa Rose.

"Iya om.." Ucap Jennie ramah.

"Sebelah mbak Jennie mas Jisoo pa ma.. Bapaknya dedek.. Dan sebelahnya mas Jisoo mamanya." Papa mama Rose kompak menoleh ke arah Jisoo yang tengah tertunduk.

Papa Rose menatap Jisoo dengan geram hingga tangannya mengepal ke bawah. Namun dia tahan, karena ia tahu latar belakang Jisoo bukan orang sembarangan dari cerita yang pernah dia dengar dari Rose.

Jisoo menyalami mama Rose dan berakhir menyalami papanya. Papa Rose mengeratkan jabatannya hingga membuat Jisoo kesakitan.

"Kamu Jisoo?" Tanyanya.

"I..Iya Om.." Papa Rose mengangguk dan mendekatkan kepalanya seolah hendak memeluk Jisoo.

"Kamu berani macam-macam sama anak saya, saya penjarakan kamu! Inget saya lawyer yang sudah lama di dunia hukum.." Ancamnya seraya berbisik di telinga Jisoo. Sontak Jisoo merasa takut.

"Ng..Ngga om.." Ucap Jisoo terbata.

Papa Rose lantas melepas jabatan tangannya seraya tersenyum.

Voice Of LoveWhere stories live. Discover now