🎬#COWOK MANJA

Mulai dari awal
                                    

Yulia dan Rion saling bertatapan bingung. Kenapa Sea tampak khawatir?

"Hei, lihat aku," kata Laska menggerakkan dagu adiknya, untuk menatapnya. "Kita semua akan selalu ada untuk kamu, Se. Kita semua sayang sama kamu, jadi nggak mungkin kita ninggalin kamu."

Laras mengelus punggung Sea. "Jangan nangis ya dan jangan khawatir, Se. Kak Laras ikut sedih nih."

Laska menghapus sisa air mata di pipi merah Sea. Kemudian cowok itu mengecup pipi kanan dan kiri Sea. Senyuman Sea kembali terbit menatap kedua kakaknya itu.

"Promise?"

"Promise."

Flashback off

PRANG!

"Kalian bohong sama Sea!!"

"Ka-kali-an tinggalin Sea!"

Hujan turun dengan derasnya. Awan gelap menutupi bulan dan bintang di atas sana. Langit seakan ikut menangis, merasakan sakitnya perempuan itu saat ini. Sea menggigit bibir bawahnya, menahan sesak di dada. Menatap nanar bingkai foto yang telah pecah, akibat Sea lemparkan.

Kukunya terus saja mencakar kulit lengannya, sampai menekan luka tersebut. Darah itu tidak seberapa dengan sakit di hati Sea. Luka tapi tidak berdarah, itu hatinya.

"Ka-kalian pergi."

"Sea sendiri ...."

"Sea takut."

Sea menunduk dalam. Air matanya mengalir deras hingga membasahi permukaan wajahnya. Sea mengambil serpihan kaca dengan ujung tajam bingkai tersebut. Tangan kanannya bergetar, mengarahkan kaca tersebut ke tangan kirinya.

"Maafin Sea ...."

"Sea mau ikut."

Kemudian, ia mulai menggoreskan kaca tersebut di tangan mulusnya. Namun baru sedikit, suara telepon berdering. Kegiatannya terhenti, melihat siapa yang meneleponnya.

"Sei, kamu di mana sih? Kenapa telpon aku nggak diangkat-angkat?"

Sea menarik napasnya dalam-dalam. Berusaha menetralkan napasnya yang tidak beraturan.

"Aku di rumah. Kenapa?"

Terdengar suara decakan dan helaan napas dari cowok itu. "Kamu nggak papa?"

"A-ku nggak papa," bohong Sea menghapus kasar air matanya.

"Aku di depan. Kamu ke sini sekarang. Aku nggak yakin kamu nggak apa-apa."

"Bentar aku siap-siap."

Sea mematikan sambungan teleponnya. Ia menerawang ke langit atap kamarnya. Tak lama setelah itu, ponselnya kembali berbunyi.

"Halo, Om. Ada apa?"

"Ini, Neng. Neng bisa ke sini? Om lagi butuh bantuan."

"Bisa, om. Bisa!" balasnya langsung memakai hoodienya.

"Oke, Neng. Om tunggu."

Sea segera menuruni tangga. Sebelum memasuki ruang keluarga, ia mengintip terlebih dahulu. Ternyata, Rion sedang tertidur pulas dengan botol minuman haram di sampingnya. Dengan hati-hati, Sea keluar dari rumah. Ia menemukan Alankaa yang sedang berdiri sembari memainkan ponselnya.

"Aku nggak papa kan?" kata Sea merentangkan sedikit tubuhnya.

Alankaa tersenyum. "Peluuuk!" ringisnya memeluk tubuh yang ukurannya lebih kecil darinya.

Aku di Sini, Se!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang