🌃Chapter 3🌃

110 84 67
                                    

Pagi pun tiba, ketujuh lelaki dengan pakaian serba rapi itu mengekori Terry yang sedari tadi menjelaskan setiap ruangan bersama Ricky sebagai pemegang akun.

Haris sibuk merekam, Reyhan berjalan santai di sebelah Ricky juga dengan Azka yang berdiri tepat di belakang mereka.

Banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut ketiganya sampai akhirnya mereka sampai di Aula besar yang membuat mereka berdecak kagum. Di setiap sudutnya terlihat jelas beberapa pajangan seperti pedang yang sedikit berdebu setelah lama tidak tersentuh, perisai dengan goresan serta beberapa lubang bekas tusukan, juga beberapa anak panah yang di letakkan di ujung ruangan dan yang lainnya.

Azka tidak bisa berhenti memalingkan pandangannya ke seluruh arah, Reyhan sibuk mendengarkan juga Ricky yang terus mengangguk mengerti.

Saking senangnya berada di sana Juan meminta Satya yang sedari tadi melamun untuk memotret nya di dekat pedang lancip itu dengan gaya cool andalannya hingga membuat Satya terkekeh.

"Kenapa? Ada yang lucu?" Tanya Juan terheran sambil melirik ke kanan kirinya.

Perlahan Satya menghentikan kekehan nya lalu melirik ke belakang untuk memastikan mereka belum berpindah ruangan, "tidak."

Sean yang sedari tadi melihatnya jadi ikut tertarik, ia mencari sudut paling pas dengan pencahayaan terbaik untuk ber-swafoto dan mengunggahnya ke media sosialnya.

Dengan cepat ia berlari menuju sudut ruangan dengan jendela besar yang membuat cahaya matahari masuk dengan sempurna. Ia mengangkat ponselnya setinggi yang ia bisa lalu berpose dengan sebaik mungkin.

Pemandangan di luar membuat background lebih menarik apalagi jika sedikit di tambah filter berwarna coklat akan sangat terasa ke-aesthetic-annya. Danau besar itu tampak begitu jelas dengan banyaknya pepohonan menjulang dan anak tangga yang telah mereka naiki barusan.

Tanpa sengaja mata Terry menangkap pemandangan itu lalu terkekeh kecil membuat Azka, Reyhan, Ricky, juga Haris ikut menoleh.

"Kalau kalian ingin berfoto juga boleh. Silakan saja, kalian tidak akan datang ke sini untuk yang kedua kalinya, 'kan?" Ucapnya yakin setelah menceritakan apa saja yang ada di dalam bangunan tua ini, mau yang tampak ataupun tidak.

Azka menelan ludahnya susah payah lalu sedikit bergeser, "mungkin.. Apa boleh?"

"Kau ini bicara apa? Boleh saja, pergilah dan buat kenangan," Jawab Terry sambil terkekeh melihat respon Azka.

"Kalau begitu ayo ber-selfie bersama," Tawar Reyhan begitu antusias membuat ketiga temannya itu terheran-heran.

Reyhan bukanlah tipe orang yang suka ber-selfie, ia akan merasa risih jika ada orang yang memotret nya atau meminta dirinya berfoto, tapi kali ini sepertinya ia lebih ingin mengabadikan setiap perjalannya.

"Baiklah, bagaimana kalau di sana saja, memang tempat itu yang paling bagus, dia tidak salah memilih tempat," Jawab Terry sambil menunjuk tempat yang di pakai Sean untuk berfoto.

Haris langsung mengarahkan kamera ke arah yang di tunjuk Terry, memperlihatkan Sean yang sedang asyik ber-selfie sampai tidak sadar seseorang merekamnya dari kejauhan lima meter.

Ricky terkekeh kecil, "dia memang pandai menemukan tempat yang cocok. Bisa di bilang dia raja nya selfie," Kekehnya di iringi dengan kekehan ketiganya.

"Sini gantian," Azka mengambil alih kamera yang sedari tadi bertengger di lengan Haris.

Kini Azka yang merekam wajah Haris hingga terlihat jelas dalam kamera. Lelaki itu tersenyum lalu melambaikan tangannya, "halo semuanya.. Aku Haris, senang berkenalan dengan kalian,"

Kill Or Killed || Enhypen Ft.TXTWhere stories live. Discover now