Prolog #3

168 117 71
                                    

Setelah kepergian kedua sahabatnya haris semakin banyak melamun diruang latihan, kurang fokus, dan masih banyak gerakan yang terkecoh membuat sang pelatih geram dan sering memarahi serta membandingkan dirinya yang dulu dengan yang sekarang. Haris tak bisa berbuat banyak, hanya helaan nafas yang keluar dari hidungnya, hanya kata maaf dan janji untuk tetap berusaha seperti dulu.

Trainee lainnya juga saling menyemangatinya dan mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Haris tentunya menggunakan kata-kata penyemangat itu sebagai pondasi barunya untuk mewujudkan mimpinya. Jika memang malam ini ia harus pulang pun tak masalah karena ia masih bisa mendirikan agensinya sendiri.

Kini, ketujuh trainee itu tenang sibuk diruang latihan dengan keringat yang bercucuran membasahi pakaian mereka. Lagu terus mengalun tanpa henti, sang pelatih terus memperhatikan haris yang tampak kurang bersemangat malam ini. Mau tak mau, haris harus berlatih sampai larut malam untuk menepati janjinya.

Disaat semua orang terlelap di malam hari ia terus berlatih bahkan sampai sinar matahari kembali menerangi angkasa. Memang sulit untuk debut dan memperebutkan posisi Sean yang kembali diadakan seleksi, memberikan kesempatan untuk para trainee untuk menjadi seorang Idol. Hanya akan ada satu yang terpilih.

"Baiklah, mungkin hari ini sampai di sini saja. Kalian semua silahkan istirahat dan untuk yang masih ingin berlatih bisa tetap di gedung ini." Ujar sang pelatih seraya memukul pelan telapak tangan kirinya dengan gulungan kertas yang penuh dengan catatan itu.

"Nee seonsaengnim," Jawab semuanya serentak lalu membungkuk sembilan puluh derajat sebagai tanda hormat.

Pria jangkung itu pergi meninggalkan tujuh trainee itu di ruang latihan. Mereka terduduk di lantai setelah intro lagu berhenti berputar. mereka merenggangkan tubuhnya, mengusap keringatnya. Beberapa diantara mereka berinisiatif untuk turun ke lantai bawah dan membeli beberapa minuman.

"Ada yang mau minum? Aku belikan." Tanya Daniel yang sudah berdiri tegap disisi ruangan yang di dominasi warna coklat muda itu.

"Aku aku!! Aku mau Americano satu!" Jawab Jehun mendahului teman-temannya.

"Aku juga, dua Americano." Lanjut haris yang masih santai menyenderkan tubuhnya di kaca besar itu.

"Apa saja yang penting minuman," Jawab yang lainnya lalu setelahnya disusul oleh teman-temannya.

Daniel mengangguk mengerti lalu setelahnya pergi ke kantin untuk membelikan beberapa minuman yang telah di pesan teman-temannya.

Sepeninggalan Daniel ke-enam lelaki itu sama-sama merebahkan dirinya di lantai yang dingin itu. Haris langsung meraih ponselnya, gambar pertama yang ia lihat adalah kebersamaannya dengan enam sahabatnya yang lain. Ia sengaja menjadikannya sebagai wallpaper karena itu sungguh berarti untuknya.

Dua orang yang tersenyum di pojok sebelah kanan itu membuatnya mengulas senyum kecut. Siapa lagi jika bukan Juan dan Sean, belum genap dua hari saja ia sudah merindukan mereka. Tawa Juan yang selalu menjadi moodboster dan juga Sean yang selalu terlihat ceria membuat suasana seburuk apapun akan berubah ketika ia datang. Dengan Sean pula ia bisa sepuasnya 'menistakan' Juan hingga lelaki itu memukuli mereka menggunakan bantal.

"Kau merindukan mereka, ya?"

Haris melirik kesebelah kirinya dimana youngbin trainee yang berasal dari negri gingseng ini menyandarkan tubuhnya di tembok dengan alas punggung tas ranselnya.

Haris mengangguk membenarkan, tak bisa di pungkiri jika lelaki itu sudah sangat merindukan ke-enam sahabatnya. Ingatannya sering melambung ke saat dimana mereka bermain bersama, pergi ke sekolah bersama, berlari mengejar layangan putus bersama, memanjat pohon untuk mendapatkan rambutan bersama, bermain di sawah bersama lalu menertawakan Juan yang sering terjatuh kedalam solokan yang ukurannya lumayan besar membentang di tengah sawah.

Kill Or Killed || Enhypen Ft.TXTWhere stories live. Discover now