🌃 Chapter 2 🌃

127 100 49
                                    

Malam pertama mereka di dalam menara kecil ini dihiasi dengan keheningan. Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Azka sibuk memakan tiramisu pemberian Terry, Reyhan sedang sibuk bermain game, Ricky dan Sean sedang menonton Youtobe sambil mengunyah camilan, Haris sibuk memandang keluar jendela entah apa yang di lihatnya, Juan dan Satya sibuk membaca buku sambil menikmati teh hangat.

Haris menghembuskan nafasnya bosan lalu terduduk di kursi kosong sebelah Juan sambil memperhatikan keenamnya. Ricky dan Sean terlihat serius menonton, Reyhan juga tampak serius hingga hampir tidak mengedipkan matanya, Azka pergi untuk menaruh kotak bening itu sedangkan Satya dan Juan sepertinya memang tidak bisa di ganggu.

"Ish..." Umpat Juan, menggaruk kepalanya lalu menulis sesuatu di IPad putih kesayangannya.

Sepertinya di sini Hanya Haris yang menganggur. Ia juga sepertinya tidak bisa mengajak bicara Azka untuk sementara, mungkin setelahnya ia akan pergi ke kamar lalu berbaring seraya mendengarkan musik di ponselnya.

Lama ia memperhatikan Juan seraya memangku dagu dengan satu lengannya, lelaki itu terlihat kesusahan dengan kuis yang diikutinya, terlihat jelas dari banyaknya buku yang ia ambil dari rak tua yang hampir ambruk itu.

Semuanya tersimpan rapi di meja bundar berwarna coklat tua itu, mulai dari buku Sejarah, Bahasa, Biologi dan yang lainnya. Agak aneh, kastil ini terlihat tua dan lama terbengkalai namun dapat menyimpan banyak buku, kamar, juga keran air yang berfungsi sempurna.

"Kalian pikir... Apa yang sebelumnya pengurus menara ini lakukan disini? Apa mereka juga mengurus kastil kecil ini? Atau tinggal di sini?" Haris bersuara membuat Sean menoleh lalu menatap Satya yang tampak berpikir setelah pertanyaan itu terlontar.

"Setahuku tidak ada satu pengurus yang berani tidur di sini. Mereka akan lebih memilih pulang ke rumah mereka daripada harus diam di sini," Jawab Satya setelah lama melamun.

"Oh? Kenapa? Mereka takut gelap?" Tanya Sean seraya memasukan camilan asin itu kedalam mulutnya.

Satya terdiam sejenak mencoba mengingat dan menata kalimat agar tidak menimbulkan kesan menakutkan yang bisa membuat Juan merengek pulang ke rumah. "Dulu pangeran Daniel suka terdiam di sini untuk sekedar membaca atau menuliskan pesan pada Putri Alice,"

Reyhan langsung mengangkat kepalanya lalu menatap Sean yang hanya ber-oh ria dengan tatapan jahilnya. Bisa di bilang ini adalah waktunya ia membalaskan dendam setelah sekian lama ia menjadi korban kejahilan dua makhluk yang sedang menonton siaran Anime kesayangan mereka.

Perlahan ia menaruh ponselnya di sebelahnya lalu dengan begitu hati-hati turun dari sofa berwarna coklat itu menuju pundak lelaki berkulit seputih susu itu.

Baru saja ingin membalaskan dendamnya terdengar derap langkah kaki cepat dari lorong yang menghubungkan antara ruang tamu dan kamar-kamar kosong. Secara bersamaan mereka menoleh, di lihatnya Azka sedang berlari terbirit-birit, sorot matanya penuh ketakutan, ia tidak mengeluarkan suara sedikitpun— saking takutnya.

Haris berdiri lalu berlari lalu berhenti tepat di depannya sebelum akhirnya menahan dua pundaknya, "hey, ada apa?"

"K... Kak..."

⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇ 

Azka menghembuskan nafasnya bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk pada kasur berlapis kain putih itu. Ia mulai merogoh kantung celananya untuk mengeluarkan sepasang Earpods miliknya lalu menyematkan nya pada kedua lubang telinganya.

Perlahan ia mengambil beberapa camilan lalu memangku ponselnya dengan telapak tangannya. Udara dingin malam ini menyeruak sempurna di seluruh penjuru ruangan membuat lelaki itu menurunkan satu lengannya untuk meraih selimut yang sengaja di letakkan nya di kolong ranjang.

Kill Or Killed || Enhypen Ft.TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang