a villain looks bad because it's not their story. a heroine looks good, because it's their story.
-o-
14. Sayang sekali dunia ini tak ada yang benar-benar peduli padamu.
LANGKAH jenjang laki-laki berbadan tegap itu menelusuri sisi samping kasur. Ia membenarkan kerah baju, mengacingkan dan memasukkannya ke dalam celana. Pun tak lupa memasang dasi agar penampilannya dapat terbilang rapi.
Hari ini upacara Senin diadakan. Seperti biasa, ia harus memberi kesan baik pada kegiatan yang hanya dilakukan satu kali dalam sebulan sebab nama baik Reedmax berada di tangannya.
Kala tangannya sibuk menyugar rambut yang tidak kunjung kering, dengan mata cokelat menghunus cermin yang memantulkan bayangan diri, suara perempuan itu kembali memenuhi pikiran.
"Sejak awal, pertunangan kita itu sebuah kesalahan, Sa."
Angkasa tidak pernah mengerti kesalahan apa yang gadis itu maksud. Sejujurnya, ia tak pernah mengerti gadis itu dari awal. Pikirannya, tindakannya, perasaanya, segalanya. Gadis itu selalu berbuat semaunya seperti dunia dimilikinya. Selalu bergerak sendiri, yang setiap langkahnya seakan sengaja membuat tanda dengan menorehkan luka.
Namun, kali ini, gerakannya makin tak terbaca. Tipu muslihat gadis itu tambah menjadi dan Angkasa sampai berkali-kali dibuat lepas kendali.
Selama dua hari ia berdiam diri, berupaya keras menenangkan diri sendiri. Sebagai pemimpin, Angkasa lebih dari tahu ia tak boleh seperti ini. Dibanding menanggapi ucapan tunangan yang tidak ada habisnya, seharusnya ia memperketat penjagaan gadis yang ia cintai.
Biar ketika gadis itu mencelakai gadisnya, Angkasa makin punya alasan untuk menebasnya.
Memakai topi, Angkasa berjalan keluar menuju ruang makan di mana sudah ada kedua orang tua dan adiknya menunggu. Meski terdapat beberapa orang, keheningan masih terjadi. Hanya suara benturan garpu dan piring yang nyaring terdengar.
"Pagi, Pa, Ma," sapa Angkasa sembari menarik kursi di sebelah Cakrawala, adik satu-satunya.
Alam hanya berdeham, bukti bahwa ia mempersilakan. Sementara Noni, istrinya, tidak begitu menanggapi. Terlihat sibuk dengan makanan yang disajikan di atas meja.
"Kakak mau makan rotinya? Cakra boleh bagi setengah, nggak?" Cakrawala tiba-tiba memecah kegemingan. Ia menoleh dengan tatapan binar berharap kakaknya mengizinkan.
Seperti biasa, Angkasa memberikan senyum lembutnya. "Boleh, ambil aja semua kalau kamu mau," katanya santai.
"Oke! Kita tukeran aja. Kakak makan punya Cakra, Cakra makan punya Kakak," balas Cakrawala girang. Ia kerap seperti itu. Baginya, apapun yang dipakai atau dimakan Angkasa selalu terlihat keren.
Angkasa menepuk-nepuk kepala Cakrawala pelan sambil terkekeh. Adik yang sangat menggemaskan.
"Angkasa."
Panggilan dari ayahnya membuat Angkasa kembali menoleh. Tepat di depan, Alam memanggil tanpa melihat wajahnya. "Ya Pa?"
"Gimana hubungan kamu dengan Elara?"
YOU ARE READING
Lara vs Everyone
Teen FictionNamanya Lara Saraspati. Seorang penulis muda yang terkenal karena buku ciptaannya yang sudah puluhan kali dicetak ulang. Saat seharusnya ia menikmati kekayaan hasil jerih payahnya sendiri, pagi ini, Lara malah dikejutkan dengan sosok seorang gadis S...
