3. Dua sisi yang berbeda

8.2K 395 19
                                    

Hanza POV*

            Sial, apa yang baru saja aku lakukan. Aku merasakan ada suatu dorongan  aneh yang membuatku bertindak di luar kendaliku. Entah dari mana datangnya nafsu yang begitu besar untuk menyentuh tubuh gadis itu. Rasa itu belum hilang, namun sudah mulai bisa aku kendalikan. Apa setelah ini gadis kecil itu akan makin jijik melihatku. Baiklah, aku memang bukan tipikal orang yang lembut. Aku juga memang agak sedikit pemaksa tapi bukan dalam hal yang satu itu. Ah...sudahlah, lebih baik aku tidur saja, lagi pula gadis itu adalah tawananku sekarang, jadi aku berhak melakukan apa saja yang aku suka.

Katrina POV*

            Ya Tuhan, wanita jahat itu berusaha memperkosaku. Eh bukan, dia dan aku sama-sama perempuan, jadi bagaimana mungkin hal tadi bisa disebut pemerkosaan. Tapi tunggu dulu, itu tetap bisa dikategorikan sebagai tindakan pemerkosaan karena merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara memaksa. Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus melaporkan wanita jahat bin kejam ini ke komnas perlindungan perempuan dan kantor polisi. Semua itu sepertinya hanya tinggal khayalan saja, mengingat aku akan terus dikurung di tempat ini untuk menjadi tawanannya. Wanita yang tidak berperasaan, dan sekarang dia dengan begitu mudahnya tidur seolah tidak terjadi apa-apa di antara kami. Aku benci wanita itu, dia wanita yang tidak bisa menghormati wanita lainnya. Aku benci dia, sangat membencinya T_T

Author POV*

            Malam pun berganti pagi, Katrina masih tertidur pulas di atas sofa di ruang pertemuan itu. Hanza bangun dari tempatnya merebahkan badan. Lalu dia tersenyum melihat Karina yang masih tertidur pulas. Wajahnya masih begitu polos, tidak seperti kebanyakan gadis-gadis kota yang sudah berpenampilan terlalu dewasa seperti tante-tante girang yang sering dilihatnya. Dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul 5 pagi, sepertinya tidak akan ada orang yang bangun sepagi ini. Hanza melangkahkan kakinya perlahan menuju sebuah rak  kecil tempat menyimpan stok rokok.

"Kenapa  ada begitu banyak kunci di sini?" Hanza sedikit bergumam

"Semoga saja salah satu dari kunci ini merupakan duplikat dari kunci ruangan ini."gumamnya lagi. Hanza lalu mencoba ketiga buah kunci yang ditemukannya. Ternyata salah satunya memang cocok dengan lubang kunci ruang pertemuan ini. Hanza tersenyum lalu membuka pintu di depannya secara perlahan. Hanza kemudian bergerak menuju tempat Karina tertidur, di gendongnya gadis itu  bak tuan putri  dan di bawa menuju ke kamar tidurnya.

           Sepanjang koridor menuju ke kamar tidur, Katrina akhirnya terbangun saat merasa tubuhnya digendong  oleh seseorang. Karina membuka matanya perlahan, antara percaya dan tidak dengan kenyataan yang terjadi.

"Hanza—" Katrina memanggil Hanza dengan lirih, kepala dan matanya masih terasa berat.

"Hmmm ya—" sahut Hanza

"Mau kemana kita?" tanya Katrina

"Mau ke kamar tidur, kamu bisa sakit jika terlalu lama tidur di ruang pertemuan itu." Sahut Hanza. Katrina kembali meringkukkan badannya di gendongan Hanza. Karina merasa nyaman dalam dekapan wanita yang sangat dibencinya itu. Semua rasa bencinya seperti menguap saat berada dalam gendongan Hanza.

"Sudah sampai." Kata Hanza lalu membaringkan tubuh Katrina di kamar tidurnya.

"Tidurlah!" ucap Hanza sambil menepuk-nepuk kepala gadis kecil itu.

"Apa kamu tidak tidur?" tanya Katrina

"Ada yang harus aku kerjakan, kamu tidurlah agar badanmu lebih segar nantinya." ucap Hanza sambil mencium kening Karina dan berlalu dari ruangan itu. Katrina tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dialaminya.

Cinta Di Sudut Kota (Girl x Girl )Where stories live. Discover now