Pemuda yang Danisha tau bernama Gabino mencerca semua orang yang hanya menonton tadi. Sedangkan Takshaka dan pemuda berkaca mata itu sibuk menyadarkan Aisha.
"Kalian keterlakuan! Dimana nurani kalian hah?! Orang tenggelam bukannya ditolongin malah kalian tonton. Dasar nggak ada otak!" Teriakan emosional itu sekarang berasal dari Takshaka. Siapa lagi.
"Alah sok-sok'an ngomong nurahi. Sendirinya situ ngak punya hati." Cibir Danisha dari tempatnya duduk.
Perdebatan berjalan singkat karna para pemuda itu lebih menghawatirkan kondisi Aisha.
Takshaka kini nampak berjalan cepat kearah Danisha yang baru saja menghabiskan jus lemonnya. Tampa basa-basi, dia mengatakan sesuatu yang membuat perempuan itu ingin menyemburnya dengan jus lemon, sangat disayangkan jus itu sudah lebih dulu tertelan ketenggorokan.
"Sini'in cardigan lo."
"Hah?" Danisha mendongak dengan alis tertaut.
"Kasih gue cardigan lo." Pinta Takshaka dengan wajah songong yang tak ada sopan-sopannya.
"Ck, cepetan." Suruhnya tak sabaran.
"Lo mau malak gue?" Danisha berdiri dari kursi bar.
"Gue cuma mau lo ngasih gue cardingan itu." Balasnya Takshaka bersikeras.
Danisha lagi-lagi mendelik dibuat nya.
"Yang bener aja Takshaka. Lo kayak anak nakal yang lagi ngerebut permen dari gue."
"Nggak usah debat gue Gladis. Kasih aja, apa susahnya sih."
Perempuan itu kian melotot. "Heh! Atas dasar apa gue harus ngasih lo. Kalau minta itu tau diri dikit dong."
"Aisha butuh itu, dia kedingan. Sedangkan gue nggak bawa jaket." Oho, coba dengar alasan itu.
Danisha memasang tampang malas, "Urusannya sama gue." Lalu beranjak pergi, meladeni Takshaka sama saja dengan melempar diri pada lembah emosi.
"Gue cuma mau lo kasih cardigan itu." Nah, pemuda itu sudah mulai menggeram.
"Gue nggak mau sialan. Lepasin."
Sebuah tangan menghela cekalan Takshaka pada lengan Danisha. Dia si pemuda berkaca mata itu.
"Kalau minta tolong jangan kasar begitu, apalagi sama cewek. Lo harus sedikit lebih lembut." Pemuda itu berkata bijak, tapi Danisha sama sekali tak tersentuh, malah makin eneg saat pemuda itu menatapnya dengan senyum yang terlihat mencurigakan dimata Danisha.
"Gladisya kan. Masih inget? Gue pernah nolong lo pas mau jatuh di koridor sekolah." Ya, pertolongan yang sama sekali tak diharapkan Danisha. "Kita disini nggak ada yang bawa jaket atau jas. Boleh minta tolong buat kasih Aisha minjem cardigan lo?" Dengar itu. Secara tidak langsung pemuda itu menyuruh Danisha untuk membalas budi karna pernah menolong nya.
"Nggak bisa. Gue nggak mau." Riak kedua pemuda itu berubah. Sedangkan Gabino baru muncul dibelakang dengan Aisha yang berada pada rangkulannya.
"Kasih simpati lo sedikit. Aisha butuh itu buat ngehangatin tubuhnya." Tau-tau Gabino sudah menyeletuk membuat Danisha memutar mata sinis.
"Astaga. Kalian pikir cuma dia yang butuh? Gue juga butuh buat nutupin kulit gue."
"Ck. Lo nggak seberharga itu buat--"
Plak!
"Berhenti ngomong kurang ajar sama gue. Gue peringatin, ya. Atau gue bener-bener bakal nyobek mulut jahanam lo itu." Danisha menunjuk wajah Takshaka geram sembari mengangkat gelas kosong bekas jus tadi. Takshaka kontan menelan ludah, astaga sejak kapan cewek ini jadi ganas, batinnya.
"Hey, tenang. Kita cuma minta tolong. Jangan ngebuat permintaan sederhana itu seolah berat."
Lagi-lagi Danisha menggeleng tak habis pikir. "Kalian nggak minta tolong. Tapi maksa. Gue udah nolak, tapi malah kekeuh mau ambil milik gue. Kalau nggak mau ribet ya tinggal di bawa pulang, beliin baju dijalan, atau apa kek gitu. Kenapa malah buang waktu kalian dengan ngerecokin gue."
"Tapi Aisha bisa masuk angin diperjalanan, nan--"
"Lalu lo pikir gue peduli? Nggak ada urusannya sama gue. Kita nggak sedekat itu sampai kalian bisa maksa gue untuk bekorban demi dia. Gue juga nggak sebaik itu untuk berempati, puas?" Ketiga pemuda itu terpekur, Takshaka dan Gabino memandang Danisha sinis.
Cowok berkaca mata itu kembali hendak membuka mulut, tapi ditahan oleh Aisha. "Tamar udah, lebih baik kita pulang." Bujuknya, lalu beralih menatap Danisha dengan bola mata yang terasa menghipnotis. "Gladis maaf ya, mereka bertiga nggak bermaksud buat bikin kamu marah."
Sesaat, Danisha merasa tersesat, lantas perempuan itu menggeleng. Saat sadar dari kabut yang membuatnya linglung, Aisha sudah dituntun oleh dua pemuda tadi, sedangkan Takshaka masih berdiri disamping menyorotnya tajam.
"Apa?"
Pemuda itu tak menjawab, malah pergi meninggalkan Danisha.
Danisha sendiri masih mengurai kejadian aneh tadi, tak disangkanya bahwa efek seorang tokoh utama bisa sebesar itu. Pantas Aisha bagai medan magnet yang selalu menarik para pemuda itu.
Tapi, ada sesuatu yang membuatnya penasaran, karenanya lah Danisha ada disini. Danisha pikir, malam ini pangeran ke-empat dari Aisha akan hadir, tapi ternyata tidak. Lalu kira-kira seperti apa sosok nya?
"Ck, waktu gue terbuang sia-sia."
Danisha kemudian melangkah keluar Bar. Dia celingukan melihat sekitar yang sudah sangat sepi. Aneh, harusnya jam segini bar masih ramai, tapi kini tidak ada yang terlihat sejauh mata memandang.
"Bangke!" Danisha mengumpat saat hak sepatunya masuk kedalam sela besi. Perempuan itu akhirnya duduk sembari memijat pergelangan kakinya yang nampak terkilir.
Oh..sungguh sial.
Tiba-tiba. Sebuah bayangan hitam menaungi Danisha dalam temaram malam, suasana yang sepi dengan semilir angin berdesik menghantar aura aneh yang membuat Danisha merinding. Hawa-hawanya seperti yang sering Tanisha ceritakan. Apa hantu sungguhan ada?
Gue nggak percaya hantu. Nggak percaya makhluk astral. Nggak percaya arwah penasaran. Rapalnya dalam hati.
Tak terasa, Danisha sedikit meneguk ludah. Entah kenapa perasaannya menjadi tak enak. Perlahan kepalanya terangkat. Tatapannya menyusuri postur tinggi yang kini menjulang beberapa langkah dihadapannya.
Lalu...bagai slow motion, pandangannya bertemu dengan sepasang manik mata yang sangat-sangat familiar--pupilnya kontan membola sempurna, dengan mulut menganga lebar serta wajah syok luarbiasa.
Setelahnya, perempuan itu berteriak seperti melihat hantu.
"De-demit?!"
Tbc
***
Hayo itu siapa?
.
.
.
Maaf atas keterlambatan update nya🙏 karna itu, part ini saya buat sedikit lebih panjang.
Semoga kalian suka part ini.
Vote ⭐ & coment 🗨️ selalu
Next
👇
VOCÊ ESTÁ LENDO
The Plot Twist
Literatura FemininaPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 13
Começar do início
