17. CONFESSION

1.7K 210 12
                                    

Di sinilah Hinata sekarang. Terdiam membisu bersama dua orang lainnya, Naruto dan Gaara. Mereka tengah duduk di halaman belakang rumah Hinata. Beruntung seluruh anggota keluarganya tidak ada di rumah.

Melihat kedua pria itu membisu, Hinata mengangkat suara. "Kalian, tidak ingin berbicara?"

Naruto dan Gaara saling melirik sebentar dan langsung membuang muka. Menyadari hal itu, membuat Hinata kesal.

"Lakukan yang kalian mau!" Ujarnya sembari pergi. Keputusan Hinata membiarkan mereka berdua adalah hal yang tepat. Akhirnya, Naruto membuka suaranya.

"Katakan semua yang kau tahu."

Gaara menghela nafas sejenak. Sudah saatnya ia memberi tahu Naruto.

"Perusahaan ayahmu hampir bangkrut, membuatnya harus mengutang. Sayangnya, dia mengutang pada orang yang salah. Karena itu, mereka terus mengejar ayahmu yang tidak bisa membayar hutang dan berniat membunuhnya. Karena kau masih kecil, ibu tidak bisa membiarkanmu hidup tanpa ayah. Dia menukarkan dirinya dengan hutang ayahmu, sama seperti yang dilakukan oleh ibu kandungku dulu."

"Tapi perbedaannya, ibu kandungku membawaku bersamanya. Sedangkan ibu meninggalkanmu agar kau tak ikut merasakan penderitaannya. Ibu harus menutup rapat rahasia ini, agar kalian tidak diganggu lagi."

Gaara masih melanjutkan monolognya, "Karena itu, aku membencimu sebab kau tidak merasakan penderitaanku."

Gaara melirik Naruto sebentar, "Apalagi saat aku tahu, kau anak kandung ibu."

•••

Hinata kembali ke halaman belakang rumahnya. Namun pemandangan di depannya ini membuatnya terkejut setengah mati. Bagaimana tidak? Ia mendapati Naruto dan Gaara sedang bercengkrama dengan akrab.

"Wah, sudah baikan?" Sindir Hinata.

"Tidak." Ujar keduanya serentak.

Gaara beranjak dari duduknya, membuat Hinata menahan lengannya. "Mau kemana?"

"Pulang."

"Boleh bicara sebentar?"

Pria itu mengangguk. Mereka berjalan menuju pagar rumah Hinata dan meninggalkan Naruto sendirian.

"Bagaimana keadaanmu?"

Gaara tersenyum lembut, "Kenapa? Kau mengkhawatirkanku?"

Hinaa mengangguk. "Tentu saja aku mengkhawatirkan orang yang penting untukku."

"Jangan begitu, nanti aku berharap padamu."

"Sebagai orang yang selalu aku sukai sejak dulu, tentu kau penting, Gaara-kun."

Gaara melebarkan matanya, "Benarkah? Aku?"

Hinata mengangguk, "Aku menyukaimu saat kita masih sekolah. Bahkan menerima tawaran Naruto untuk berkencan kontrak demi melihat reaksimu. Tapi beruntung karena itu, aku menemukan orang yang kucintai."

Gaara tersenyum pahit mendengar penuturan Hinata. "Aku menyesal tidak menyatakan padamu dari dulu. Sayang sekali aku terlambat."

Benar, jika saja Gaara lebih dulu menyatakan cinta padanya, mungkin ia sudah bersama Gaara sekarang. Tapi, penyesalan selalu datang di akhir, bukan?

"Kita masih tetap berteman, kan?" Hinata memastikan hubungannya. Ia tidak ingin setelah ini merasa canggung lagi dengan Gaara.

Gaara menggeleng, "Berteman sepertinya sulit. Karena pertemanan antara pria dan wanita itu tidak mungkin." Gaara melirik Hinata sebentar, "Bagaimana jika kau kuanggap sebagai adikku?"

REGRET [COMPLETED]On viuen les histories. Descobreix ara