Oke. Mari lanjut pada adegan yang kian memanas di depan sana.
Aisha berdiri. Bak intan permata yang berharga, dia dikawal oleh para pangeran dari serangan bandit-bandit liar yang ingin menculiknya.
Ingat julukannya tadi? The Princess and Four Prince.
Aduh...alay. Danisha bergidik geli. Tapi tak urung matanya tetap mencari-- 1, 2..., tunggu dulu. Kenapa hanya ada dua? Dimana duanya lagi?
Kini posisi Aisha di apit oleh dua pemuda yang menjulang tinggi di sisi kiri-kanan nya. Dua pemuda tadilah yang sibuk ber koar-koar pada Luvena yang masih berdiri angkuh di hadapan ke tiganya.
"Lo bisa kena sanksi, Luvena. Gue kasih saran untuk segera minta maaf supaya kasus ini selesai dan nggak akan gue beratin." Pemuda berkacamata di sebelah kiri Aisha angkat bicara. Masih ingat? Dia adalah orang yang menangkap Danisha yang hampir terjatuh waktu itu.
"Gue nggak sudi." Luvena bersidekap, terang-terang menentang perintah tadi.
"Lihat akibat perbuatan lo, pipi Aisha jadi merah! Masih ngerasa nggak bersalah? Sampai kapan lo mau bertingkah jahat kayak gini Luvena." Pemuda disebelah kanan masih menunjukan taring nya. Namun begitu, dia tetap menjaga tiap katanya. Tidak seperti Takshaka yang kalau berbicara dengan Danisha akan selalu melempar bom nuklir padanya di tiap kesempatan.
Tunggu dulu, Takshaka?
Ah! Danisha menepuk kening. Bagaimana bisa dia melupakan bocah satu itu. Mata Danisha kembali sibuk mencari, terus mencari di antara ratusan orang-orang, sampai....ketemu!
Takshaka berdiri beberapa langkah di belakang Aisha. Meski tersembunyi tapi eksistensi pemuda itu terasa kuat. Dia berdiri bak pelindung dibelakang Aisha dalam bayang yang tak kentara. Matanya mengawasi Aisha dengan siaga.
Ya...
Takshaka adalah pangeran ke-tiga.
Dan kini... mereka membentuk segitiga dengan Aisha yang berada ditengah untuk dilindungi dari segala sisi.
Ck, lebay banget.
"Kalian mau nyeret gue keranah hukum hanya karna perkara kuah? Apa yang kalian lindungi sampai segitunya? Cewek ini?" Luvena menatap Aisha sinis. "Demi tuhan. Kalian ini terlalu berlebihan." Tukas Luvena sembari menggeleng tak habis pikir.
Danisha pun setuju. Hanya perkara kuah yang tumpah tapi dibuat seberbelit ini sampai menghentikan aktifitas yang ada dikantin. Namun Luvena juga salah, harusnya ia meminta maaf jika tak ingin kondisinya makin ruwet, tapi gadis itu terlihat sangat enggan. Memang begitukan watak tokoh seorang antagonis.
"Ga, udah ya. Kita lanjut makan aja." Suara Aisha mengalun lembut, seolah membelai raut tegang para pangerannya hingga mengendur rilex.
Tunggu bentar, ini harus banget mereka dipanggil pangeran?
Danisha misuh-misuh dalam hati saat orang-orang disekeliling menyeru dan menyebut pemuda-pemuda itu dengan sebutan pangeran.
Yang bener aja, ini bukan di zaman kerajaan....
Aisha di depan sana terlihat membela Luvena yang sudah jelas salah, salah satu sifat tokoh utama yang sering membuat Danisha jengah.
"Aku beneran nggak papa. Lebih baik kita lupain masalah ini. Luvena tadi juga nggak sengaja tumpahin kuah nya. Dia nggak salah." Lihat? Bodoh dan baik itu beda tipis. Kalau ada orang yang salah jangan dibenarkan, itu hanya akan menyesatkan mereka untuk terus berbuat salah.
"Ck. Jangan jadi sok baik dengan terus ngebela gue. Dalam hati lo senang kan, karna gue nggak pernah benar-benar bisa nyentuh lo." Perkataan Luvena terasa benar. Meskipun dia bisa memberikan luka pada Aisha, tapi gadis itu tak pernah benar-benar sedekat nadi dengan Aisha untuk langsung memutus urat tangannya.
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 12
Start from the beginning
