"Nggak kenapa-napa, kan?"

Suara itu membuat matanya terbuka lalu melebar. Tepat didepan hidungnya ada wajah asing yang hanya berjarak satu jengkal.

"Ada yang sakit?" Tanya kedua muncul dengan posisi yang masih sama, Danisha berada dalam rangkulan seorang pemuda.

Eh?!

Sontak perempuan itu berjingkat kaget. Berjalan mundur lalu menatap pemuda yang barusan menangkapnya itu dengan ekspresi keruh.

Sialan, apa-apaan itu tadi.

"Hey, ada yang sakit? Atau cidera?"
Lagi, pertanyaan itu tak digubris Danisha. Perempuan itu malah sibuk mengumpat karna bisa-bisanya dia mengalami drama seperti barusan. Ugh, dia makin ngeri membayangkan adengan tadi dilengkapi debar-debar dan euforia bewarna pink yang di latari lagu romantis.

Pemuda berkaca mata itu menggoyangkan tangan didepan Danisha.

"Perlu dibawa ke UKS?" Pemuda itu tak menyerah untuk bertanya saat menangkap raut tak mengenakkan Danisha.

"Nggak perlu." Danisha yang sibuk sendiri menjawab singkat, kembali mengamati lantai datar itu dengan seksama, mencari gerangan apa yang sudah membuatnya tergelincir padahal dia yakin sudah berjalan dengan begitu baik. Namun nyatanya tidak ada? Jadi bagaimana bisa dia tergelincir?! Jatuh dan benjol sedikit Danisha tak apa, tapi kenapa harus jatuh di dalam pelukan seorang laki-laki?! Cih, masih pagi tapi dia sudah terlibat dalam drama.

"Yakin gapapa?" Pemuda berkacamata dengan kulit putih itu memindai tubuh Danisha, membuat perempuan itu sedikit jengah. Bukannya tak menghargai, hanya saja kepedulian pemuda ini terasa sia-sia. Dilihat dari manapun dia baik-baik saja, pertanyaan 'perlukah dia ke-UKS' terdengar sedikit berlebihan saat Danisha hanya oleh sedikit. Jangan lupa kalau pemuda itu juga menangkapnya hingga Danisha tidak jatuh ke lantai.

"Ya. Gapapa. Makasih." Singkat, padat, dan jelas. Danisha kemudian berlalu tampa basa-basi. Dia bahkan tak repot-repot mengamati wajah penolong nya. Penolong, eh? Tak guna juga, apa yang diharapkan. Lagi-lagi, Danisha meninggalkan seorang pemuda yang termangu ditempat.

Danisha sampai diruang kelasnya, perkenalannya pun berjalan singkat. Sekarang, perempuan itu tengah menekuni tugas yang diberikan oleh wali kelas yang baru pamit keluar. Dia membangun suasana hening di sekitaran kursinya, enggan diganggu atau bercengkrama dengan yang lain. Dia sudah malas beradaptasi lagi.

Tak ada yang berhasil mengusiknya. Sampai Waah...panjang dan riuh menggangu konsentrasi Danisha.

Dia menatap sekeliling. Mendapati raut kagum yang terpantri pada setiap wajah yang ada disana. Lantas Danisha menengok kedepan, mengikuti arah pandang orang-orang yang kian terpaku di tempatnya.

Hah?!

Danisha menganga. Bolak balik menatap teman sekelasnya dan perwujudan tiga manusia yang kini berdiri pongah di depan sana. Lalu dia kembali tak habis pikir.

Semua orang terlihat gila dan hanya dirinya yang waras.

"Gila, sih! Kenapa mereka harus sekeren itu!!" Lihat?

Yang bener aja, tampilan songong bin tengil gitu, darimana kerennya?

"Yatuhan, gue masih kaget sama visual mereka yang bener-bener, Wow!" Dengar? Mereka ini tidak waras.

Gue yang paling waras disini.

Tau objek yang tengah di gunjang-ganjing dengan pujian itu?

...si-bocah Takshaka dan dua cecenguknya.

Yatuhan...kapan Danisha bisa bebas dari eksistensi tiga makhluk meresahkan itu.

Tatapan mereka berempat bertemu di titik tak imbang. Tiga banding satu. Ada tali permusuhan yang terbentang tak kasat mata. Mengaliri emosi negatif yang membuat mereka selalu berada dalam situasi yang tak pernah kondusif. Hingga beberapa saat, ketukan pintu dan kemunculan sosok lain mengambil penuh atensi tiga pemuda itu dan mereka yang ada dikelas.

"Selamat pagi~"

Sesuatu memukul kesadaran Danisha. Membuat dia berjingkat kaget dengan gambaran abu-abu yang tiba-tiba muncul.

Ah! Ternyata disini...

Disini semuanya akan dimulai...

...Peran Gladis.

Tbc

***

Maaf karna terlambat update🙏

Semoga kalian suka dengan part ini

Untuk vote, coment nya terimakasih♥️

The Plot TwistWhere stories live. Discover now