"Seneng banget tau, akhirnya kita bisa kumpul lagi," Tista menyambut heboh dengan wajah gembira yang kentara dibuat-buat. Dua gadis disampingnya ikut menyambut dengan baik, mereka pun kian beradengan.
"Iya beb, kangen banget sama kamu,"
Kangen uang gladis maksud nya.
"Lo tau nggak sih, pas lo ngak ada disini kita itu jadi nggak lengkap, dan ngerasa jadi gimana gitu,"
Jadi kere maksud lo.
Mereka berhenti mengoceh karna Danisha tak menyahut satupun dari omong kosong mereka. Mereka menatap Danisha bingung dengan sedikit raut tersinggung sebab merasa di kacangi.
"Udah?" Danisha menatap ketiga gadis itu yang terdiam.
"Thanks, gue baik. Pergi dulu," dia lantas berlalu meninggalkan Tista dan dua temannya. Ugh, Danisha tidak ada waktu untuk meladeni tiga penjilat itu di pagi hari seperti ini. Ujung-ujung nya nanti mereka bakal mengobok uang Gladis. Danisha bahkan ingat saat Tanisha berseru kesal karena Gladis terlalu polos dimanfaatkan oleh ketiga medusa itu. Mereka bahkan menamai kontak Gladis sebagai Atm berjalan, bank berjalan, dan nama laknat lainnya.
Danisha memasuki kelas, pandangannya mengedar, kemudian dia berjalan ke bangku paling depan tepat dimana gadis berkacamata tengah sibuk menghitung uang, sepertinya uang kas. Danisha tampa berbasa basi langsung meminjam catatan untuk memenuhi tugas yang absen dikerjakannya. Gadis itu terlihat kaget akan kehadiran Danisha, tapi ia tidak bertanya lebih saat Danisha memberi balasan singkat. Ke-tidak kepoan nya sangat Danisha hargai.
Perlahan, kelas makin ramai. Satu persatu bangku kosong di tempati. Danisha mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan raut penasaran, namun mereka memilih bijak dengan tidak mendekati Danisha yang memasang wajah dengan benteng datar, seakan berkata Don't disturb. Syukurlah, tapi sepertinya akan ada orang yang tidak bijak yang akan mengganggu Danisha. Mereka...
"Wohohoo...coba liat siapa ini,"
Duo Onar. Tameng sekaligus pedang Takshaka untuk menjauhkan Gladis darinya.
"Damn Man! Look! Our princes sudah kembali," Yoga berseru heboh. Tangannya terangkat lalu menunjuk Danisha seperti melihat penemuan baru.
"Astaga, tuan putri sudah bangun dari tidur panjangnya," suara penuh ejakan itu berbalas-balasan. Menganggap bangunnya Gladis dari koma sebagai bahan candaan.
Dua pemuda itu mendekat. Lanjut mengeluarkan suara dramatis dengan bahasa selanyak nya tengah berdongeng. Alhasil semua perhatian sepenuhnya tertuju pada mereka. Menonton mereka seperti sedang menyaksikan drama teater yang dibawa dengan penuh penghayatan oleh Duo Onar itu.
"Ternyata pangeran tampan sudah berhasil membangunan tuan putri dari tidur panjangnya," mereka kemudian tergelak.
"Itu artinya pangeran sudah memberikan ciuman cinta pada sang tuan putri," tawa mereka kian membahana. Memenuhi volume kelas sampai terasa sesak.
Danisha memilih membatu ditempat. Bergerak lanyaknya robot yang hanya di fungsikan untuk menulis saja. Menulikan indra pendengarnya dan lebih terfokus pada materi yang sudah dikuasainya diluar kepala.
"Ohh....pangeran tampan sudah datang rupanya," perhatian teralih sejenak Dari Danisha kepada seseorang yang baru saja memasuki kelas, Takshaka.
"Apakah pangeran ingin menjemput tuan putri,"
"Gausah bacot," tawa mereka kontan berhenti, namun begitu raut jenaka mereka sama sekali tak luruh. Hanya sebentar mereka berhenti lalu kembali mengusik Danisha dengan suara mereka yang luar biasa menjengkelkan. Danisha tetap bungkam dengan raut tenang meski didalam hati ia dongkol setengah mati. Sampai...
"Elah...kucing murahan lagi belagak jual mahal ceritanya."
"Yoi. Biasanya kucing murahan betingkah kayak kurang belaian, sekarang sok cuek. Lagi produksi drama terbaru dia,"
Murahan, murahan, murahan.
Mudah bagi yang menyebut, berat bagi yang disebut.
Danisha tak suka. Dua bocah ini terlalu lancang.
Seisi kelaspun begitu. Mereka menatapi Danisha hina. Tatapan mereka menunggu , mendesak untuk melihatnya kembali menangis dan melakukan hal menjijikan sebagai penghibur. Mengemis perhatian Takshaka hanya untuk mendapati pengabaian, lalu diperolok, seperti yang lalu-lalu. Cuih, tak sudi!
"Bisa kalian diem," Danisha mengangkat kepalanya. "Sadar nggak sih, suara kalian terlalu bising."
Lalu, sunyi.
Dia mengedar, kemudian mengunci tatapannya pada Yogi dan Soni. Melayangkan sorot asing ber-aura dingin yang tak dikenali. Tatapannya menghantar pesan secara tersirat, seolah mengatakan bahwa Danisha-pun Gladis, bukanlah orang yang dapat dijadikan olok-olokan, lagi.
***
Riak manusia memenuhi kantin. Namun begitu...tak sampai membuat tiap-tiap tubuh yang hilir mudik bertubrukan.
Sedangkan Takshaka dan dua pengikut setianya berada di tempat lain. Mereka memang jarang memasuki area kantin. Mereka punya tempat nongkrong khusus yang tidak sembarang dijejaki orang. Memang khasnya orang kaya.
"Gue mau tanya, nih. Gladis itu--" Yoga menjeda kalimatnya. Tatapan nyalang Takshaka seolah mengunci bibirnya untuk tetap diam. Pemuda berambut kriting itupun menepuk dahi, lupa kalau segala topik bertemakan Gladis tidak pernah enak diperbincangkan jika itu dengan Takshaka. Jadinya dia mengkode Soni untuk mendiskusikan ini di lain tempat. Sekalian dia punya sebuah rencana.
"Gue masih kesel sama si Gladis. Lo sadar nggak sama tatapannya, dia keliatannya mau ngebunuh kita," sampai kini tatapan mata Gladis a.k.a Danisha masih terngiang di ingatan mereka. Secara tidak langsung sikap Danisha yang sama sekali tidak terprovokasi tadi membuat Yoga juga Soni makin gatal ingin mengganggu perempuan itu. Seperti mereka yang kali ini benar-benar terganggu akan Gladis, dengan sikap juga penampilan barunya.
"Akting dia kali ini lumayan," Segala yang ditampil Gladis adalah sebuah drama menurut mereka juga banyak orang. Gladis bagai aktris berkualitas buruk yang punya banyak haters.
"Jadi gimana?"
"Gue ada rencana,"
Kelicikan mereka dimulai lagi. Siap-siap saja bagi Gladis untuk kembali dikerjai mereka. Oh! Tunggu dulu. Bukankah sebaliknya, Yoga dan Soni yang harusnya bersiap. Karna sekarang bukan lagi Gladis yang dihadapi mereka, melainkan Danisha.
TBC
***
Hei. Maaf ya. Aku bener-bener ceroboh. Ada bagian yang harusnya aku tambahin biar bisa nyambung sama part selanjutnya. Tapi lupa.
Fokus ku tadi ilang karna dapet kabar ada keluarga yang kena covid. Aku tinggalin Hp dan ngak sempet ku review ulng pas publish tadi. Jadilah aku lupa, padahal niatnya emang bikin part ini sedikit lebih panjang karna part sebelumnya trllu pendek.
Sekali lagi maaf🙏bagi yang udah baca, kalau sempet diulang ya😅
Thank you and stay health
Vote, and coment ya♥️
Next👇
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
part 9
Start from the beginning
