Lelaki yang dipanggil boy itu tak menghiraukan dan malah menatap Altea datar.

“Za, nebeng dong,” pinta Altea pada teman laki-lakinya itu.

“Nggak.”

“Masa lo tega ngebiarin cewek secantik gue pulang sendiri?” Altea mengeluarkan puppy eyes-nya.

Lelaki itu bergidik ngeri. “Jijik gue, pen muntah.”

Altea melotot, “Jahat banget lo sama tetangga sendiri.”

“Bodo.”

“Dih, terserah lah. Gue jalan aja. Tezza pelit!”

Tezza menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Altea yang aneh. “Jadi nebeng nggak?”

Langkah Altea terhenti. Ia berbalik seraya menatap Tezza berbinar. “Beneran gue boleh ikut?”

“Iya.” Altea bersorak dalam hati dan segera naik ke motor Tezza.

“Makasih, Tezza ganteng.”

“Sama-sama, nenek lampir.” Sedetik kemudian Altea tersenyum puas karena sudah bisa menoyor Tezza dengan sekuat tenaga. Sedangkan Tezza, kalian doakan saja semoga dia tidak apa-apa.

♉♉♉

Altea tersenyum menatap manusia mungil yang kini sedang bersenandung ria di sampingnya. Selepas dari rumah tadi tak henti-hentinya si mungil ini menarik kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman yang sangat manis. Senyumnya bertambah lebar ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. Taman dekat komplek.

“Agra, jangan lari-lari!” seru Altea ketika Agra, adiknya melepas genggaman tangannya dan berlari ke arah teman-temannya.

Namun Agra tak menghiraukan pesan kakaknya, ia tetap berlari bahkan lebih cepat. Altea hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Agra yang cukup nakal. Untung saja adiknya itu tidak terjatuh. Altea berjalan menuju salah satu bangku taman dan duduk di sana selagi menunggu Agra bermain.

Merasa bosan, Altea menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Ia mengangkat ponselnya dan bergaya peace seraya tersenyum ke arah kamera. Satu foto tersimpan, Altea mengangkat ponselnya lagi. Kali ini ia berpose silly face selfie, salah satu gaya foto yang sedang trending.

“Jelek amat muka lo.”

Altea terlonjak kaget saat mendengar suara seseorang yang tiba-tiba itu. Ia berbalik kemudian menatap kesal si pelaku yang langsung duduk di sampingnya. “Ngagetin aja, sih, lo! Untung handphone gue nggak jatuh.”

“Nggak usah pose sok jelek gitu, muka lo udah jelek dari sananya.”

Sorry, ya, gue ini udah cantik sejak masih jadi janin,” balas Altea dengan percaya diri.

“Halu.”

Altea mendengkus. “Mukul lo dosa nggak, sih?”

“Dosa. Kekerasan terhadap anak.”

“Anak mata lo tiga, udah tua begini juga,” cibir Altea.

“Lo kali yang tua. Tuh buktinya udah punya anak.” Dia menunjuk Agra yang sedang bermain ayunan dengan temannya.

Altea mendelik kesal. “Dia adik gue, heh. Kayak lo nggak kenal aja.”

“Engga. Anda siapa, ya?”

“Za, nggak usah mulai, deh.” Seseorang yang dipanggil Za itu hanya menyeringai kemudian fokus memainkan ponselnya. Merasa diabaikan Altea lanjut berfoto ria.

TAURUSWhere stories live. Discover now