"What?!" Danisha sontak berteriak. Selanjutnya wanita itu membungkuk meminta maaf karna sudah mengganggu orang sekitar. Dengan gesit dia berjalan agak kesusah menuju parkiran.
"Sial! Kenapa pakek kunjungan segala sih, baru aja diomongin, panjang umur amat," misuhnya kesal.
Sesampai diparkiran, pak Gus sigap menyambut dengan membukakan Danisha pintu mobil.
"Kenapa sih tunangan saya segala datang kerumah, pak." tanya nya dengan nada berat. Pak Gus menatap nona nya bingung.
"Memang nya kenapa nona?"
"Lah, saya kan tanya, pak?"
Pak Gus menggaruk kepala saat nada sewot Danisha baru pertama kali di dengarnya, apa pertanyaan tadi salah? "Tunangan nona dan kedua orang tuanya ingin menjenguk nona,"
"Sekarang banget jenguk ya? Orang udah sembuh," pak Gus menatap nonanya makin tak enak, entah perasaanya saja atau memang benar jika nonanya nampak tak suka akan hal itu. Kenapa? Padahal jika berhubungan dengan tunangannya, Gladis akan selalu terbang bahagia seolah lupa daratan. Tapi tak tau saja, jika jiwa Gladis memang pergi entah kemana.
Danisha langsung keluar dari mobil tampa menunggu pak Gus membukakannya. Langkahnya memelan lalu terhenti ketika melihat seorang remaja jakung tengah duduk diatas motor besar. Danisha menilik dari tempat nya berdiri, lalu seperti di drama, dia dan pemuda itu bertemu pandang. Tapi tunggu, jangan bayangkan ada debaran atau butterfly effect saat tatapan mereka bertemu seperti di drama korea, karna yang terjadi selanjutnya adalah...laki-laki itu mencekiknya!! dan Danisha tau jika ini bukan lagi seperti di cerita roman tapi sudah seperti film thriller kesukaannya. Oh, apa genre nya akan berubah?
"Lo, emang seneng cari masalah, Gladisya." Danisha masih terpekur kala pria itu memegang rahangnya kuat dan ketat. Oke, setidaknya itu lebih baik dari pada di cekik, maafkan hanyalan Danisha tadi.
"Gue suruh lo jangan sampai lelet," dia menatap Danisha dengan emosi yang terlihat sulit untuk dikendalikan, "--tapi lo, bahkan nggak dateng," geramnya dengan cengkraman yang makin menekan rahang Danisha. Danisha mendesis dalam hati, sekuat tenaga menahan diri agar tidak menghantam wajah tampan yang memerahan karna emosi itu dengan tas Gladis yang penuh dengan berlian runcing.
"Kenapa? Berharap?" Giliran Pemuda itu yang terpekur, lalu dia menyelak marah saat menyadari nada Danisha terdengar mengejeknya.
"Jangan mimpi!" Cengkraman di rahang Danisha terhempas sampai kepalanya sedikit tertoleh kesamping.
Dasar bocah kurang ajar!
Tatajam tajam Danisha layangkan, seolah menantang bengisnya hujaman pemuda itu yang seolah bak banteng yang siap mengamuk sedangkan Danisha adalah rusa malang bewarna merah. Siapa nama bocah ini? Paksa? Raksa? Tak--
"Taksha!" Ah...Taksha rupanya.
"Bentar, Ma!" Takshaka berteriak dari luar. Tatapan bengisnya kembali menyorot Danisha tajam. Danisha hendak membalas, tapi keburu seorang wanita anggun keluar dari dalam rumah dan berteriak heboh padanya.
"Sayang!" Wanita itu berhambur kepelukan Danisha, membuat tubuhnya limbung kebelakang.
"Gladis sayang, mama kangen. Astaga...Nak, syukur kamu bisa kembali. Mama kira kami akan kehilangan kamu," wanita itu menangis tersedu, membuat Danisha berdiri kikuk di dalam pelukan hangatnya.
"Sayang kamu lupa sama mama, ya? Orang tua kamu bilang, kamu amnesia pasca koma," ucapnya dengan pandangan sendu.
Eh?
"Sayang kamu jangan khawatir. Kami akan bantu kamu untuk ingat pada kami lagi. Taksha tentunya akan selalu ada di sisi kamu, sayang," lanjut perempuan itu.
Aura seram makin terasa dari sisi tubuhnya. Dan Danisha tau kalau tunangan Gladis lah yang mengeluarkan aura itu. Danisha menoleh, melihat raut lelaki itu yang seperti baru saja diamanatkan untuk menjaga seekor anjing liar.
Setelah beberapa menit penuh dengan ke-mellow'an dari ibu Takshaka, mereka sekarang berada di ruang makan. Salah tempat yang begitu menjengahkan bagi Danisha.
Dan sebuah drama memuakkan dimulai dari sana.
"Kami juga sangat bersyukur karna Gladis bisa melewati masa sulit nya," untuk pertama kalinya Danisha mendengar suara perempuan itu, "kami juga sedang berusaha untuk memulihkan kesehatan Gladis,"
Basi! Dasar pembohong ulung.
Danisha menatap Prita yang tengah menampilkan kemunafikan busuk nya. Ingin sekali dia berteriak bahwa keluarga tiada adab ini hanya berakting peduli pada Gladis. Mereka bahkan tidak sekalipun menjenguk Gladis, boro-boro merasa berksyukur karna Gladis bangun dari koma, menyapanya saja mereka tak pernah.
"Jeng, kita sekeluarga juga bakalan bantu Danisha untuk memulih ingatannya, kok." ujar lembut Nirmala, ibu dari Takshaka.
"Terimaksih atas perhatian jeng Nirmala pada putri kami," ujar Prita dengan nada haru yang dibuat-buat.
"Sama-sama jeng, kita kan calon besan," balas Nirmala mesem-mesem kearah Takshaka dan Danisha yang hanya memasang wajah datar tampa minat.
"Iya, Gladis pasti beruntung punya calon suami dan jadi mantu dari keluarga kalian," Prita menatap Danisha dengan pandangan rumit saat gadis itu hanya bungkam dengan tatapan yang sesekali menajam.
Dan bukan cuma Prita saja, yang lain pun menatap Danisha a.k.a Gladis yang nampak berbeda. Baik dari tampilan fisik maupun sikap yang ditujukan gadis itu. Dan sebagian besar orang yang ada disana mencibir dalam hati, mengira jika Gladis tengah melakukan akting untuk menarik perhatian mereka, lagi.
Nirmala yang peka akan suasana yang tidak mengenakan mencoba untuk mencairkan suasana. Ya, Mencairkan suasana dengan cara yang salah, menurut Danisha.
"Taksha, coba kamu ajak Gladis untuk keluar. Sekalian kamu temu kangen sama tunangan kamu, kan udah lama kalian ngak ketemu."
Dan Danisha bisa melihat emosi besar yang akan remaja pria itu tumpahkan padanya.
Tbc
***
Sehat selalu
Like, coment ya👍
Next👇
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 7
Start from the beginning
