"--itu...cuma sia-sia." Lanjutnya lagi.

Sesuatu berdentum. Bukan lagi dikepala, melainkan dihati Danisha. Gejolak emosi asing terasa akan menyeruak, namun Danisha kembali berhasil mengendalikan diri. Jika itu Gladis maka dia akan bersedih lalu menangis, tapi karna ini Danisha, maka dia akan..

"Benar. Itu cuma sia-sia. Tapi kamu salah, karna aku nggak akan lagi berusaha,"

Balasan Danisha menimbulkan keheningan yang makin membeku. Semua aktivitas yang ada dimeja makan sejenak terhenti, seolah mencoba untuk mencerna balasan tak terprediksi yang keluar dari mulut Gladis, tepatnya--Danisha.

Hening yang kental membawa  kengerian dengan aura dingin yang ingin saling mendominasi . Bik Ris dan para pelayan yang berada beberapa langkah dari meja makan pun bergerak gelisah oleh aura tak mengenakkan yang bersumber dari meja makan itu. Entahlah, para pelayan disana merasa aura Gladis yang sekarang terasa lebih kuat untuk melawan dominasi orang-orang yang punya hubungan darah dengan gadis itu. Lain halnya dengan dulu, dimana Gladis dengan mudah dipukul mundur saat kalimat tajam merusak batinnya yang penuh kenaifan.

Denting sendok terdengar dari milik Danisha. Dia lantas menarik kursi meninggalkan makanan yang tinggal setengah.

"Aku selesai," ditinggalkannya meja makan itu tampa satupun suara yang menyahuti. Danisha tak ambil peduli. Namun kedepannya, Danisha harus lebih menyiapkan diri.

Satu hal penting terdeteksi. Gladisya sangat-sangat bermasalah dengan keluarganya.

***

Sesampainya dikamar, Danisha langsung mengganti pakaian dengan yang lebih santai. Dia sebenarnya belum begitu kenyang, tapi meja makan itu seperti tempat astral yang membuat dia benar-benar merasa tak nyaman. Astaga, kasihan sekali Gladis harus hidup dengan suasana mencekam seperti itu.

Danisha membuka kulkas mini yang berada di kamar Gladis. Dia sangat-sangat bersyukur karna ada makanan pengganjal disana.

Danisha kembali memainkan Handphone Gladis. Dia tidak lagi membuka instagram karna malas me-replay komenan yang tak sesuai dengan target pasarnya. Ugh...seperti nya Danisha harus mencari metode pemasaran yang lain untuk bisa menjual barang bekas milik Gladis.

Bosan karna tak ada yang dapat dimainkan. Danisha ingat jika dia belum membuka aplikasi watshapp.

Saat dibukanya...

"Dia lagi. Dia lagi," Danisha mendumal muak. Ada satu Chat dari tunangan Gladis yang diberi pin. Decihannya kembali lolos saat melihat ratusan pesan yang tak terbaca oleh si-tunangan Gladis itu.

Danisha iseng membukanya. Dia memasang wajah ingin muntah melihat betapa Cringe nya tulisan Gladis untuk sang tunangan.

"Yatuhan... Gladis!" Desah nya frustasi. Dia melihat bagaimana cara Gladis menarik perhatian tunanganya. Benar-benar murahan tapi lebih terlihat bodoh. Bagaimana mungkin Gladis berasalan sakit dengan penyebab yang berbeda hanya dalam satu hari?!

Gladis bilang dia sakit kepala pada pagi harinya. Sehingga dia tidak bisa ke sekolah dan meminta agar si tunangannya itu menjenguk Gladis, tapi tak mendapat balasan apapun. Di siangnya, Gladis mengeluh bahwa dia sakit perut karna menstruasi, lalu meminta tolong lagi agar ia dibelikan jamu pereda nyeri. Kemudian saat sore dan malamnya, dia kembali berasalan dengan sakit yang berbeda. God! Siapa yang tidak jengah kalau begini.

Gladis. Kenapa membuat hidupmu tampak makin miris, sih!

Danisha menekan delete, lalu ratusan pesan itu leyap seketika. Danisha kemudian beralih melihat pesan yang lain. Ada banyak pesan dari para pria yang sepertinya mencoba untuk mendekati Gladis tapi tidak mendapat respon. Sangat setia sekali. Lalu ada beberapa pesan dari group, dan beberapa lagi dari para penjilat yang merangkap jadi teman Gladis.

"Ni, anak kelewat polos atau bodoh, sih? Dimanfaatin, malah ayok-ayok aja," Danisha turut menghapus kontak dari teman-teman Gladis yang sangat kentara hanya memanfaatkan gadis itu.

Beberapa saat kemudian, muncul pesan dari kontak yang baru saja dihapusnya.

Masih idup kan?
Temui gue di tempat biasa besok sore! jangan lelet dan jagan banyak tingkah!

Danisha mendelik melihat isi pesan itu. Tampa berniat membalasnya, Danisha langsung saja meblokir kontak itu.

"Sorry to say. Besok gue pengen shopping dan pergi ke salon,"

Nah, sekarang beres kan. Apapun yang berhubungan dengan pria itu tidak ada lagi dalam handpone Gladis. Danisha merasa senang, itung-itung membersihkan memori telpon dari sampah.

Danisha kemudian tidur lebih awal dengan perasaan lega setelah melihat saldo direkening Gladis.

Sangat banyak pemirsah. Dia akan memuaskan diri esok. Tak apa, Gladis memang patut mendapatankan ini, eum maksudnya Danisha, karna bagaimanapun tubuh Gladis berada dalam kuasa Danisha.

Tbc

***

Yang belum teken tanda bintang, boleh lah teken dulu, jangan lupa coment nya juga, ya.

Next👇

The Plot TwistWhere stories live. Discover now