Bi Ris dan pak Gus mendudukan Danisha di atas kursi roda. Kursi roda itu kemudian di dorong oleh pak Gus, sementara bik Ris mengikuti dari samping.

Dalam hati, Danisha sedikit bersyukur karna bik Ris menawari nya menggunakan kursi roda. Ternyata tangga ini luar biasa panjangnya.

"Ini kamar nona," Ujar bik Ris setelah membuka sebuah pintu.

"Ini?!" Tanya Danisha Syok. Demi apa? Kamar ini sama besarnya dengan ruang tamu plus dapur miliknya, luas sekali.

"Kenapa nona? Mau pindah ke kamar yang lain?" Tanya bik Ris mendapati raut aneh dari majikannya.

"Eeh...nggak ini aja,"

Mereka bertiga memasuki kamar.
"Nona bisa hubungi kami kalau butuh sesuatu, saya juga sudah siapkan makan dan minuman nona di dalam kulkas pribadi nona," ujar pak Gus sesaat setelah Danisha dibaringkan ke ranjang empuk nan luas itu.

Anjir, gue punya kulkas pribadi. Eh, punya Gladis maksud nya.

"Nanti nona tinggal tekan angka 5 buat tersambung sama bibik, kalok butuhnya Pak Gus, teken angka 7." jelas bik Ris menunjuk sebuah telfon rumah yang di taruh di meja samping kiri ranjang.

Danisha hanya mengangguk singkat. Setelah dua orang itu keluar dari kamar, dengan sedikit wejangan untuk Danisha, dia langsung saja mengeluarkan ekspresi yang sejak tadi ditahannya, kaget dan juga terpana.

Tak henti-henti nya bibir Danisha mengeluarkan decak kagum setiap kali netranya bergerak liar ke segala sudut kamar.

Nuansa kamar itu lebih didominasi warna pink dan warna pastel lainnya. Danisha sedikit bersyukur karna warna kamar itu tidak membuat matanya perih. Ada beberapa figura yang menampilkan foto Gladis dengan baju cosplay milik nya. Nampak imut, namun Danisha sedikit geli karna wajah Gladis begitu mirip dengan nya, membayangkan dirinya memakai baju seperti Gladis membuat Danisha bergidik ngeri. Danisha juga mendapati beberapa tokoh anime di sebuah lemari kaca yang terpajang apik di sudut kamar.

"Perasaan gue dulu waktu muda nggak suka beginian," jelas, Danisha kan menghabiskan masa mudanya untuk mencari uang. Tak ada waktu untuk hal-hal remeh yang mungkin begitu digemari anak remaja seusianya, dulu.

Kaki Danisha berjalan ke sebuah walk in closet, dibukanya hati-hati, lalu terpampanglah puluhan baju cosplay yang tergantung rapi di sebuah lemari kaca yang melebar sampai mentok di sudut ruangan.

"Ampun deh. Ini anak niat nya mau jualan atau apa?" Celetuk Danisha saat milihat puluhan baju cosplay milik Gladis. Sepertinya Gladis sangat suka hal-hal yang berbau jepang dan anime. Danisha tak begitu mengerti akan hal itu.

Di sebelah kanan juga terdapat sebuah lemari yang sama panjangnya, lemari kaca itu juga menampilkan baju yang sepertinya digunakan sehari-hari oleh Gladis.

Beralih pada sebuah rak, Danisha lagi-lagi berdecak kagum saat melihat puluhan sepatu ditata dengan sedemikian rupa. Sekilas lihat saja Danisha sudah tau bahwa semua koleksi sepatu Gladis adalah sepatu branded. Dan benar saja, Danisha bahkan mengumpat saat melihat salah satu harga sepatu yang setara dengan gaji miliknya. Tak sampai disitu, Danisha menemukan barang-barang remeh yang harga nya tidak bisa dibilang remeh.

"Gilak! Segini doang dua juta?!" Pekik Danisha melihat sebuat jepit rambut bewarna merah muda dengan hiasan bludru. Danisha meletakkan jepit itu kemeja lalu mengambil buku yang sejak dari rumah sakit dibawa nya.

~point penting: Gladisya Farenta anak sultan~

Tulisnya dengan seringai di bibir. Jika Gladis tak bisa bahagia padahal dia adalah orang kaya, maka Danisha akan mengubah perspektif gadis itu. Bahagia memang tak bisa dibeli dengan uang, tapi uang bisa menciptakan bahagia. Shopping misalkan, dan banyak kesenangan lainnya. Agaknya Gladis tak terlalu bisa menikmati kehidupannya padahal dia sudah berkecukupan. Maka dari itu, Danisha akan mengajarkan Gladis bagaimana cara menikmani hidup dengan benar menggunakan kekayaan yang dimiliki nya. Danisha juga akan berusaha lebih keras untuk menguliti setiap jengkal kehidupan Gladis.

Tentang apa yang gadis ini inginkan.
Tentang apa yang membuat hidup gadis ini tertekan. Dan tentang apa yang membuat dia berakhir tragis.

Danisha menutup buku itu kembali. Hendak melangkah, kakinya malah terasa menabrak sesuatu menimbulkan ringisan sakit dari mulut Danisha.

Diliriknya kebawah, dan dia menemukan sebuah kardus cukup besar dengan tulisan bold bewarna hitam 'Barang Bekas'. Dipenuhi rasa penasaran, Danisha segera membuka perekat yang melilit kardus itu. Sedikit kesulitan, akhirnya Danisha berhasil membuka kardus. Saat dibuka ternyata isinya adalah sepatu.

"Ini...ini yang dimaksud barang bekas?" Tanya Danisha tak habis pikir. Pasalnya, sepatu itu masih terlihat baru dan sangat amat layak untuk dipakai. Lantas, apa alasan Gladis menaruh sepatu-sepatu cantik ini ke dalam kardus dan menamainya dengan barang bekas.

"Anak sultan mah bebas!" Cibir Danisha iri. Seandainya disini ada Tanisha, sudah Danisha kirim sepatu-sepatu ini pada adik kesayangan nya itu.

Danisha menggaruk kepalanya, ditatapnya sepatu itu dengan dahi berkerut. Senyum culasnya kemudian mengembang.

Barang bekas saja bisa ia jual, kenapa tidak dengan barang yang masih baru?

TBC

***
Vote dan Coment, ya🙏 biar cerita ini terus berlanjut

Next👉

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang