"Lho, kok maaf sih?"

Pak Gus terlihat gusar "Anu...nona, saya bingung."

Danisha menghela nafas. "jujur deh pak, sebelumnya sifat saya itu kayak gimana sih?"

Pak Gus menatap Danisha ragu. "saya takut nona marah, dan..." Pak Gus menjeda kalimatnya, dia tampak menggigiti pipi dalamnya.

Aduh kok imut sih,

"Dan?" Danisha bertanya sabar.

"--dan tersakiti." Lanjut pak Gus membuat Danisha tertegun.

Danisha tersenyum tulus. Sekarang, gantian pak Gus yang tertegun melihat senyum majikannya itu, sudah sangat lama rasanya tak melihat senyum itu.

"Bapak boleh bercerita. Saya nggak akan komen apapun. Saya bener-bener butuh lebih banyak gambaran tentang kehidupan saya."

Pak Gus akhinya mengangguk dan menceritakan lebih banyak lagi tentang Gladis. Sedangkan Danisha, dia hanya bisa terdiam sepanjang jalan cerita. Tak menyela bahkan saat fakta yang terdengar tak adil, keluar dari mulut pak Gus, meski Danisha tau pria baik itu berusaha untuk menyampaikannya sebaik mungkin agar dia tak tersakiti.

"Nona, nona baik saja?" Pak Gus bertanya Khawatir. Danisha hanya menenangkan dengan seulas senyum dan kembali terdiam. Bukannya apa-apa, dia hanya berusaha mendalami kehidupan Gladis yang akan coba ia jalani selama berada didunia novel ini. Tapi tak disangka, Gladis ini memang punya kisah hidup yang kurang baik.

Anak broken home, ya? Guman Danisha dalam hati. Dia jadi bersyukur karna hidupnya didunia jauh lebih baik dan hangat daripada Gladis. Tapi sekarang, entah dia harus mengumpat atau bagaimana.. karna dia yang akan mengambil peran Gladis--untuk sementara waktu.

Beberapa jam setelah acara cerita itu selesai, Danisha kekeuh untuk segera pulang kerumah, rumah Gladis lebih tepat nya. Pak Gus awalnya mencoba menahan Danisha, tapi nonanya itu dengan tegas ingin pulang, pak Gus mulanya juga mau mengabari tuan dan nyonya, tapi apalah daya, mereka masih tak bisa diganggu dan mungkin juga tak peduli. Lagi pula, dokter juga mengatakan bahwa Danisha pulih dengan sangat cepat dari orang kebanyakan, jadi dia bisa melakukan perawatan dari rumah, disamping itu pun dokter berharap bahwa suasana rumah bersama keluarga, nantinya bisa memulih ingatan Gladis dengan lebih cepat.

Cih, keluarga apanya. Selama Danisha sadar, dia tak pernah mendapati orang tua Gladis atau anggota keluarga lainnya datang berkunjung, bahkan teman pun tak ada. Hanya pak Gus yang selalu bolak balik menengok nya dan terkadang ditemani Bik Ris. Saat Danisha penasaran tentang keluarga dan teman Gladis, dia menanyakan itu pada pak Gus dan Bik Ris, tapi dua orang itu hanya terdiam dan saling pandang, membuat Danisha menyimpulkan bahwa Gladis tak punya hubungan baik dengan keluarga maupun temannya. Kasihan sekali bukan? Jujur saja, membayangkan akan  menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang ada kedepannya membuat Danisha sedikit takut, tapi dia segera menepis itu, lemah bukan pilihan saat hanya dirimu yang bisa diandalkan, jadi dia akan menjalankan peran Gladis agar cerita ini terus berlanjut sampai dimana nanti dia mati di hari ulang tahunnya. Danisha menyakini bahwa dia bisa kembali ke dunianya hanya dengan mengakhiri cerita ini sebagai Gladis dan kembali kedunia menjadi Danisha.

"Mari, Nona."

Didalam mobil, Danisha kembali melamun. Dia bahkan tidak Ngeh kalau mobil yang membawa nya pulang ini merupakan mobil mewah yang ia impikan.

Danisha menatap jalanan dengan pandangan menerawang beserta segala praduka dikepala. Terpikir bagaimana nasib ibu dan adiknya Tanisha didunia, Danisha berharap yang terbaik untuk mereka--pun untuk dirinya.

Lelah dengan segala pemikiran yang mulai melenceng kemana-mana, Danisha mengantuk-kan kepalanya kejendela mobil, menimbulkan suara jedug diikuti dengan dekitan mobil karna pak Gus refleks mengerem.

"Nona!" Pak Gus berseru panik dari balik kemudi.

"Aduh..saya nggak papa pak. Ngak papa," Danisha memegang kepalanya yang masih diperban.

Aduh, Nyut-nyut..

"Tapi nona bilang aduh, berarti itu sakit dan artinya nona kenapa-napa." Sanggah pak Gus terlihat masih cemas. Danisha jadi terharu.

"Saya nggak papa, pak. Beneran, suer." Danisha mengangkat jari dengan  cengiran membuat pak Gus sedikit tenang meski raut tegang masih menghiasi wajah rupawan nya.

"Nona..nggak berniat bunuh diri kan?"

Heh! Apa-apaan

Danisha melotot. "Saya masih waras kalik pak. Lagi pula saya ngak mau lagi mati di jalanan untuk kedua kalinya. Ini juga bukan waktunya saya mati." Gumam Danisha membuat pak Gus menyorotnya bingung.

Mati untuk kedua kalinya?

Tbc

***
Vote dan coment, ya♥️

The Plot TwistWhere stories live. Discover now