1.3 Alana,Rasi and Apology

105 17 0
                                    

Suasana makan malam di apartemen Namira mendadak mencekam hanya karena Acacio dan Carel tidak bisa bersatu. Mereka sama-sama melemparkan tatapan tajam,bahkan Namira baru saja mengetahui bagaimana seramnya Acacio kala dia tidak menyukai seseorang.

"Mau sampai kapan kalian begitu ?? Lho juga Rel,kan gue udah bilang jangan kesini,kenapa nggak nurut aja sih...." Balas Namira jengah.

Sudah dari tadi siang mereka begitu, awalnya Acacio diam dan hanya bersikap seperti biasa. Diam dan diam. Namun pria itu mendadak bengis kala Carel membuat masalah dengannya,bahkan bisa dia rasakan tatapan Acacio bisa mencincang tubuh Carel sampai tidak berbentuk.

"Kalau gue tahu lho berdua aja sama makhluk seperti dia yang tidak akan segan menodongkan pisau atau pedang kepada orang lain,gue bakal langsung kesini setelah lho nelfon gue kemarin...." Balas Carel.

Acacio diam. Sama sekali tidak peduli akan ucapan sok yang dikatakan Carel. Sial saja sahabatnya ini tidak tahu bagaimana Acacio melawan harimau ganas dihutan tadi hingga harimau itu terpenggal dan terkoyak di beberapa bagian. Jika harimau yang seganas itu saja bisa begitu mudahnya mati,apalagi pria seperti Carel.

Mungkin dalam hitungan detik sudah menuju neraka jahanam. Namira mendongak dari makanannya kala mendapati Acacio berdiri dan membawa piring kotornya kedapur dan bahkan mencucinya sendiri.

Namira menyenggol lengan Carel keras hingga makanan yang akan dilahap pria bergigi kelinci itu harus terjatuh. Namira tidak memperdulikan decakan Carel dan malah berjalan mendekati Acacio yang tiba-tiba saja menampakkan wajah dingin,bukan lagi wajah polos pangerannya.

Namira menahan lengan kanan Acacio kala pria itu akan berlalu. Tidak ada senyuman,tidak ada tatapan teduh dan polos miliknya lagi. Yang ada sekarang adalah tatapan datar dengan mata tajam siap menguliti siapapun yang berhadapan dengannya. Acacio berubah.

"Kau marah ??" Balas Namira.

Acacio diam.

"Kenapa marah ?? Jangan marah padaku. Aku tidak suka kau menatapku dengan cara begitu,Acacio please...." Ujar Namira yang sudah meremas pakaian depan Acacio.

Acacio melunak,pandangannya kembali hangat memang masih dengan wajah datar namun tatapannya sudah tidak setajam tadi. Namira menghela nafas pelan.

"Maaf karena membuatmu takut..." Ujar Acacio.

Namira menggeleng.

"Bisa aku pergi ?? Aku ingin menulis..." Balas Acacio dan melirik kebelakang.

Namira entah sadar atau tidak dia tiba-tiba saja mendecak keras dan menatap tidak suka pada Carel. Carel yang mendapatkan dua tatapan tidak bersahabat mulai menampilkan wajah garang tidak sukanya.

"Kalian kenapa natap gue begitu ?? Lho kenapa natap gue gitu ?? Mau gue habisi ??" Balas Carel.

Lalu dia menunjuk Namira.

"Lalu lho,kenapa lho natap gue gitu ?? Lho suka sama dia ?? Lebih milih dia daripada gue ?? Lho...." Ucapan Carel terhenti kala tiba-tiba saja Acacio mendekat dan memegang tangan kanan Carel yang digunakan menunjuknya dan Namira.

Namira menggeleng pelan kala mengingat bagaimana bunyi bedebam keras dihutan tadi pagi. Jangan sampai tangan Carel patah hanya karena dipegang oleh Acacio. Namira langsung mendorong tubuh Acacio agar terlepas dari Carel,dia menggeleng.

"Acacio jangan. Dia memang bodoh tapi jangan menyakiti dia. Dia sahabatku..." Mohon Namira.

Acacio tidak menjawab,namun tatapan dingin itu lenyap dari matanya kala bertatapan dengan Namira. Acacio tidak menjawab dan berlalu pergi dari dapur masuk kedalam kamarnya. Kepergian Acacio membuat Namira menggeplak punggung Carel keras.

7 Prince (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz