᯽BAGIAN 2᯽

460 74 52
                                    

__Happy reading__

"Jadi pengganti mak lampir itu datang hari ini?" dengan tidak sopannya, pria bersurai pirang terkuncir itu bertanya sambil memandang satu persatu manusia yang ada di ruang rahasia Akatsuki itu.

Setelah tadi malam Konan mengumpulkan mereka semua. Kini, perempuan cantik itu resmi liburan sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Belum habis keterkejutan mereka, Konan mendeklarasikan bahwa dia sudah menemukan pengganti dirinya.

Cih. Gerak cepat ternyata mak lampir itu.

"Ya, kata dia gadis itu akan tiba sore ini." pria bersurai jingga dengan banyak tindikkan di bagian wajahnya menanggapi ucapan sesama rekan timnya. Tidak ada ekspresi di wajahnya, namun cukup penasaran dengan gadis 'pengganti' sahabat masa kecilnya.

"Semoga saja dia bukan perempuan yang berisik dan bar-bar." seorang pria dengan wajah mirip hiu menanggapi. Duduk dengan nyaman di sofa sambil menyeruput kopi. Ah, nikmatnya~

"Oh, demi Dewa Jashin! Aku berharap gadis itu cantik dan sexy... Aku akan menjadikannya pengikut Dewa Jashin yang agung!" kemudian lanturan sesat keluar dari penganut aliran 'Dewa Jashin' itu. Apa hubungan antara cantik dan menjadi pengikut setia Tuhannya? Aneh. Pria dengan surai peraknya yang klimis itu menjilat bibirnya dengan lidahnya seakan siap menikmati mangsa yang baru.

"Cih. Aku berharap dia bukan wanita pemboros. Uang bulanan kita sudah menipis, sial!" tanggapan lain di utarakan pria yang menutupi mulutnya dengan tudung. Mencoret-coret buku pengeluaran Akatsuki yang membludak. Kepalanya pening bukan main, melihat keuangan mereka semakin tipis. Oh tidak! Mereka akan makan batu dan rumput kalau begini. Bahkan kalau perlu hanya makan angin sepoi-sepoi yang tiap hari lewat di alam.

Di saat para pria-pria lain sedang berceloteh ria mengenai gadis yang mereka tunggu. Beberapa pria yang termasuk anggota Akatsuki lainnya hanya duduk tenang, dan ada juga yang pergi entah kemana.

"Pain, di mana Nagato?" seorang pria berambut hitam panjang bertanya. Menatap datar ke arah pria yang memiliki tindik melimpah di seluruh tubuhnya.

Yang terpanggil pun menoleh, masih sama datar wajahnya. "Dia tidak enak badan." balasnya singkat.

"Ah, begitu. Lalu di mana Zetsu dan Tobi?" sekarang gantian lelaki bersurai merah yang bertanya. Tangannya sibuk membenarkan boneka yang ia buat.

"Main. Mungkin?" dengan ragu pria yang di panggil Pain itu menjawab. Karena dia pun tidak tahu kegiatan yang di lakukan dua anggota Akatsuki yang suka berkeliaran itu.

Kemudian keadaan hening kembali. Hanya terdengar kasak-kusuk yang berasal dari Kakuzu-pria yang memakai tudung untuk menutupi jahitan di mulutnya. Tangannya sibuk menambah atau mengurangi angka-angka yang nominalnya terbilang banyak di bukunya.

" Menurut kalian, kenapa Konan memilih gadis itu?" lelaki pirang kembali bertanya. Mulutnya benar-benar gatal kalau tidak bergosip.

Para pria di sana terdiam. Kemudian mengingat perkataan Konan tadi malam.

"Hei, kalian. Ku peringatkan ya wahai para bujangan lapuk Akatsuki. Jangan berani dekati gadisku apalagi menyentuhnya. Aku yakin seribu persen kalian akan macam-macam jika melihatnya. Oh demi Dewa!!! Gadis itu polos, cantik dan manis. Apalagi tubuhnya, kheh. Kalian pasti tidak akan tahan untuk tidak menyentuhnya. Dan sialnya aku malah memilihnya menjadi penggantiku. Oh tidak! Tidak! Aku merasa bersalah hikss. Pokoknya sampai aku kembali, Hinata-ku harus dalam keadaan sehat sempurna tanpa luka di tubuhnya. Camkan itu, sialan! Aku akan memandikannya kembang dua belas rupa dari tujuh mata air jika dia di sentuh kalian. Aku ingin menikahinya brengsek! Aku ingin jadi pria jantan! Bukan betina! Akh! Sial! "

𝐒 𝐇 𝐎 𝐎 𝐓 ! Where stories live. Discover now