"Apakah Yuqi tidak mengatakan apapun tentang kejadian semalam?"

"Tidak. Dia hanya mengatakan kau mengantarkanku."

"Berarti tidak ada apa-apa setelah itu."

"Semoga saja." Lucas berkata penuh harap.

"Lucas...." Kun memanggil.

"Ada apa?" Dari tatapan Kun, dia seperti akan mengatakan sesuatu yang serius.

"Berhenti memandingkan dirimu dengan orang lain."

Lucas tertegun.

"Kau dengan orang lain jelas berbeda. Terutama kau dengan Xiao Jun. Kalian dua orang yang berbeda. Masing-masing dari kalian memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang Xiao Jun miliki, kau belum tentu memilikinya, begitupun sebaliknya. Hal baik yang dimiliki Xiao Jun, kau tidak perlu iri dengannya. Kau tidak perlu menjadi seperti dia agar terlihat baik. Cukup jadi dirimu sendiri. Barang yang asli jauh lebih baik daripada barang tiruan."

"Kun.... Apa maksudmu mengatakan ini?"

"Yuqi.... Untuk mendapatkan hatinya, kau tidak perlu menjadi seperti Xiao Jun. Juga, jangan paksa dia untuk memilih diantara kau dan Xiao Jun....."

"Itu....."

"Aku tahu kau mulai menyukai Yuqi, atau mungkin sudah menyukainya."

"Itu.... Kapan aku mengatakannya?"

Kun tersenyum.

"Apakah kau tidak pernah mendengar istilah, mata adalah jendela hati? Aku bisa melihat itu dari matamu. Juga semua kata-kata yang kau ucapan tadi malam, itu sudah cukup menjadi bukti."

"Itu...." Lucas kehilangan kata-kata.

Kun lagi-lagi tersenyum. "Cukup jadi dirimu sendiri Lucas. Juga, jangan terlalu kasar pada Yuqi. Cepat atau lambat, dia mungkin akan menyukaimu."

Lucas diam. Dia memikirkan kata-kata Kun. Apakah itu benar? Yuqi akan menyukai meskipun dia tidak bisa menjadi sebaik Xiao Jun yang rajin beribadah. Tapi, untuk apa dia memikirkannya? Dia sendiri belum yakin tentang perasaannya untuk Yuqi. Apakah itu rasa suka, atau hanya rasa tidak ingin kehilangan. Tapi, memikirkan Yuqi lebih condong terhadap pihak lain, dia merasa tidak rela. Yuqi adalah orangnya sekarang. Dia tidak ingin dia menjadi milik orang lain. Selamanya, dia ingin selalu ada di sisinya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Sebuah suara memanggil Lucas dari lamunannya. Dia kemudian menoleh. Ternyata itu adalah Ten.

"Apakah kalian membicarakan tentang tadi malam?" Ten mengambil tempat duduk dan mulai merasa curiga.

"Bukan." Lucas buru-buru menyahut. Dia tidak ingin Ten mengetahui apa yang terjadi tadi malam, karena jika dia mengetahuinya, itu akan seperti memasukkan air ke dalam ember bocor. Air akan mengalir ke mana-mana.

"Jadi, apakah itu?"

"Kau tidak perlu tahu." Lucas berdiri. "Aku ada kelas. Kun, aku pergi dulu." Dia beranjak pergi.

Kun mengangguk. Tapi Ten tampak tidak puas.

"Hei! Apa kau mencoba menyembunyikan sesuatu dariku!" Dari setahun yang lalu, dia tidak pernah bisa mengorek sesuatu dari Lucas.

"Stt... Jangan berteriak. Ini perpustakaan." Kun memperingatkan.

"Hei, apakah yang baru saja kalian bicarakan?" Ten merendahkan suaranya. Dia tampak ingin tahu.

"Bukan apa-apa. Hanya tagihan minuman tadi malam." Kun berbohong. Tapi bicara soal tagihan minuman, Kun telah mengeluarkan uang lumayan banyak untuk itu. Dia bahkan mengambil tabungannya, tapi kenapa Lucas tidak menyinggungnya sama sekali? Apa dia melupakannya? Bukankah dia yang mengatakan ingin mentraktir tapi kenapa dia malah tidak mengeluarkan uang? Ah, sudahlah. Anggap saja amal. Tapi jika itu dilakukan pada orang kaya, apakah masih bisa disebut amal? Sepertinya, dia harus menagihnya nanti.

You're My Antidote | Lucas & Yuqi (Tamat) - 你是我的解藥 -Where stories live. Discover now