Pelangi, Thank you;

1.2K 187 11
                                    

Hamparan pasir putih menggelitik tiap langkah kecil yang Renjun ambil. Senja ikut menemani, membawa serta pelangi sebagai bukti. Betapa indahnya perpaduan antara matahari, langit, serta pelangi. Saling menyatu tanpa bisa dikacaukan oleh mesin waktu.

Jeno masih setia membawa jemari mereka bertaut, berjalan di pinggir pantai adalah kegiatan yang mereka lakukan sekarang. Sambil bertukar senyum, berlomba tentang siapa yang paling bahagia.

"Kalo kata kebanyakan orang, tujuan pacaran tuh cuma untuk putus. Putus karena menikah, atau putus karena memang harus berpisah. Kalo Jeje, tujuan Jeje pacaran sama aku untuk apa?"

Menendang kecil batu karang, rematan di jari Renjun semakin erat. Angin berhembus cukup kencang. Menerbangkan helai demi helai rambut keduanya, menari-nari seakan ikut bersorak gembira.

Siapapun yang melihat, pasti bisa ikut merasakan. Jatuh cinta pada orang yang tepat dan di waktu yang tepat juga, adalah suatu keajaiban yang sangat luar biasa.

Dan Renjun, Jeno, sudah membuktikan. Tinggal menjalankan apa yang menjadi kewajiban seorang pasangan.

"Bahagia."

"Hng?"

"Kita pacaran, untuk bahagia, Re..."

"Kok? Gak nyambung sama pertanyaan aku?"

Jeno berhenti melangkah, mengajak Renjun untuk beralih duduk di tepian. Membiarkan kedua kaki tersapa oleh dinginnya air laut.

"Soalnya, buat apa kita putus untuk menikah tapi kalo gak bahagia?"

Renjun terdiam. Meresapi makna atas kalimat sarkas yang Jeno lontarkan. Tidak sepenuhnya salah, namun mendengarnya saja, hati seperti tersayat.

"Kamu bener, Je. Nikah itu gak ngejamin kita bahagia."

"Dan kalaupun takdirnya kita buat berpisah, jadiin perpisahan itu sebagai langkah awal buat bahagia."

"Je...."

Suasana mendadak sendu, sebab kosakata yang Jeno sampaikan semakin menyadarkan Renjun pada kenyataan.

"Aku sayang kamu, kamu sayang aku. Kita berdua sama-sama bahagia. Aku gak perlu validasi apa-apa lagi, Re. Cukup kamu selalu di samping aku, udah."

Renjun tersenyum, mengedipkan mata sekali, hatinya bagai di bawa terbang ke awan. Ringan dan tinggi, sensasi yang melegakan. Karena akhirnya bertemu dengan orang yang Tuhan percayakan.

"Je, nunduk coba,"

Maka tanpa disuruh untuk kali kedua, Jeno menurunkan sedikit tubuhnya. Memasang kepala untuk selanjutnya di belai hangat oleh dia yang paling dicinta.

"Jeje anak baik, cuma pantes dapet yang terbaik. Semoga Tuhan, banyak berkati."

Tangan besar Jeno melingkar erat pinggang Renjun, membawa tubuh ringkih itu ke atas pangkuan, untuk ia kukung dalam pelukan.

Telinganya ia biarkan untuk mendengar nada indah yang jantung Renjun dendangkan. Terasa semua benar, Jeno ingin menghentikan waktu sekarang juga. Dimana dunia hanya ada dirinya, dan Renjun saja.

"Jeje gak mau yang terbaik. Buat apa baik tapi kalo dia bukan Rere? Soalnya, Jeje cuma mau Rere doang, sih,"

Gelak tawa menjadi alunan manis penutup hari. Seiring indahnya matahari terbenam, juga pelangi yang beranjak pulang.

"Je, makasih ya. Udah mau jadi pelangi buat hidup aku."

"Dan Re, makasih juga. Udah jadi matahari di dunianya aku."

Semesta, titip Jeje juga Rere, ya? Tolong diberi banyak tawa. Sebab mereka saling mencinta, dan mungkin, sampai tua.

Jeje dan Rere, selesai.
Jakarta, 5 Juni 2021.

[ Terakhir kata; terimakasih buat kalian, udah mau jadi saksi kisah mereka. Sampai ketemu lagi, nanti. Di kisah lain yang mereka juga pemerannya ☺️ ]

Pelangi; NoRen ✓✓Where stories live. Discover now