just kiss, don't burn;

1.5K 264 11
                                    

Hari Minggu kelabu, tapi tak langsung membuat Renjun berhenti untuk menginjakkan kakinya di rumah Jeno.

Berbekal Hoodie putih dengan bawahan jeans hitam, Renjun mengetuk pintu rumah Jeno. Menunggu si pemilik untuk membukakannya setelah terdengar kata 'sebentar' dari dalam sana.

Angin berhembus lumayan kencang, padahal matahari sedang tinggi-tingginya. Langit juga tidak menandakan ingin bersahabat dengan matahari, merenung sendu menjadikan hari Minggu penuh abu.

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang belakangan ini mencuri seluruh atensi otak Renjun. Tersenyum manis sambil merentangkan kedua tangannya. Menyambut Renjun untuk segera masuk ke dalam pelukan hangat.

Dengan perasaan ringan, Renjun berjalan mendekat, menyambut pelukan hangat Jeno dengan segenap jiwa. Menghirup aroma tubuh Jeno yang seakan sudah menjadi candu bagi indera penciumannya.

"Aku kangen,"

Renjun berucap lirih, sambil kakinya melangkah memasuki lebih jauh rumah Jeno. Diselingi kikikan renyah dari si pemilik ruang huni.

"Padahal gue yang lebih kangen,"

Mendudukkan kedua tubuh mereka di atas sofa, namun tetap tidak melepaskan pelukan, malah keeratannya terasa semakin bertambah.

"Kamu akhir-akhir ini ngejauhin aku..."

Jeno melepaskan pelukannya, mengernyit bingung dengan pernyataan mendadak dari Renjun. Karena jujur, itu sedikit menohoknya.

"Gue engga...?"

Nada keraguan terdengar, membuat Renjun tersenyum getir. Memaksa Jeno untuk menatap lurus ke dalam maniknya. Membiarkan Jeno melihat sendiri bahwa di dalam sana ada sedikit rasa khawatir dan gelisah.

"Kamu iya!"

Kalimatnya penuh penekanan. Dan tegas, membuat urat-urat tegang Jeno mengendur seketika. Sepandai apapun ia berdalih, Huang Renjun ini terlalu perasa. Sedikit saja ia menutupi sesuatu, pasti Renjun akan mengetahui dengan sendirinya.

"Oke, Sorry. Gue lagi banyak pikiran aja."

"Pikiran apa? Apa yang Jeje pikirin sampe harus ngejauhin aku segala?"

Tatapan Jeno melemah seiring nada bicara Renjun yang kian melirih. Raut wajahnya sendu, seakan tidak ingin kalah dengan langit pada hari Minggu.

"Lo... Sering ketemu Jaemin di belakang gue ya?"

Bukannya menjawab, Jeno malah balik bertanya. Dan itu cukup sukses membuat Renjun membolakan kedua matanya.

"Nggak sering sih, cuma akhir-akhir ini aja dia jadi lebih sering nemuin aku. Kenapa kamu tanya gitu, Je?"

"Dia ada bilang sesuatu ke Lo?"

Menggeleng lemah, Renjun mengambil tangan Jeno untuk ia genggam. Karena merasa perbincangannya kali ini akan berat, Renjun menarik napas dalam. Matanya hanya ia fokuskan untuk Jeno.

"Tentang kamu yang deketin aku karna kalah taruhan?"

Bagai disambar petir di siang bolong, Jeno meremat genggaman tangannya, sebagai refleks atas kalimat yang baru saja Renjun lontarkan.

"Re, gue bisa jelasin..."

"Atau tentang rahasia kalian berdua yang nggak aku tau?"

Lagi, Jeno dibuat mati kutu dengan rentetan fakta bahwa Renjun sudah mengetahui hampir semua yang telah rapat ia sembunyikan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, orang yang membuat Renjun mengetahui rahasianya itu adalah sahabat Jeno sendiri. Orang yang paling Jeno percaya setelah keluarga.

Pelangi; NoRen ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang