56. Lima Enam

Mulai dari awal
                                    

"Ngapain lo nyeker? Udah kaya ayam aja," caci Rival. Pandangan Rival beralih ke rak sepatu. Ia hapal betul bagaimana bentuk sepatu Cahya, tapi ternyata tidak ada di sana. Rival langsung menatap tajam Cahya.

"Sepatu lo ke mana?!"

Cahya tersentak lalu menormalkan ekspresinya. "Dipinjem Sasa."

"Boong."

"Jujur kok!" Cahya meyakinkan. Tidak pa-pa bohong sedikit.

Rival masih tetap tak percaya.

"Kalo lo jujur gue bakal traktir makanan sesuka lo."

Cahya langsung sumringah mendengar kata tlaktiran. "Sepatu gue ilang," ungkapnya.

"Kok bisa? Dia gaib?" celetuk Rival ngawur.

Cahya memasang muka datar. Percuma juga mengadu dengan cowok ini.

"Sekali-sekali gunain pacar lo yang preman sekolah ini," gumam Rival lalu menarik tangan Cahya secara paksa untuk memasuki kelas.

Kelas masih ramai karena bel istirahat akan dibunyikan lima menit lagi. Ini bukan pertama kalinya Rival memasuki kelas Cahya. Malah hampir setiap hari Rival ke sini untuk menjemput kekasihnya.

Siswa-siswi unggulan saat ini sedang berbincang-bincang, ada juga yang nge-game,  bahkan tidur. Kebanyakan dari mereka hanya mengobrol atau bermain ponsel.

"Rival lo mau ngapain?!" sentak Cahya sambil memberontak untuk melepaskan cekalan Rival.

Rival tak menghiraukannya. Ia langsung menggebrak meja guru hingga menimbulkan suara keras. Membuat semuanya langsung memusatkan perhatian kepada cowok itu. Mereka bertanya-tanya kenapa preman sekolah bisa semarah ini.

"Lo kenapa, Val?" tanya Sasa penasaran.

Rival menyorot tajam kepada satu persatu orang yang ada di kelas itu.

"Siapa yang nyembunyiin sepatu Cahya?!" desis Rival menyeramkan. Kali ini Rival yang terkenal sebagai orang yang humoris benar-benar marah.

"GAGU LO PADA?!"

Semuanya tetap hening. Ada juga yang menunduk ketakutan terlebih wanita.

"Rival udah nggak perlu gini," peringat Cahya sambil mengelus lengan Rival untuk menenangkan. Hanya dengan cara ini pacarnya bisa meredam emosinya.

"JAWAB GUE! SIAPA YANG NYEMBUNYIIN SEPATU CAHYA?!" bentak Rival lagi. Suara itu menggelegar membaur dengan kebisuan siswa-siswi yang ketakutan.

"Masih diem juga?!" sentak Rival.

"MAU GUE ANCURIN KELAS INI?!"

"Woii njeng! Ngapain lo ngamuk di sini?!" pekik Lego yang datang diikuti Gilang dan Genta. Mereka tadinya memang mencari Rival ke sini, tapi yang dilihatnya malah Rival mengamuk dengan membentak orang-orang kelas unggulan.

"Ini nih, kelas unggulan tapi kelakuannya pada rendahan," cetus Rival meremehkan.

"Kalem." Genta menyahut dengan cuek.

Rival melirik sekilas. Elusan di lengannya semakin membuatnya tenang. Rival menunduk menatap Cahya lekat. Sepertinya, amukan tadi membuat pacarnya takut.

Genta langsung melemparkan ponselnya ke arah Rival. Untung Rival gesit dan langsung menangkapnya. Alis Rival menyatu bingung.

"Apa?"

"Di situ ada rekaman pelakunya," cetus Genta membuat semua pasang mata melebar kaget. Genta tadi meretas CCTV di depan kelas ini. Mudah baginya mendapatkan pelaku kejahatan. Kepintaran Genta memang bukan main-main.

RIVAL (End) Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang