°•03•°

1.3K 150 4
                                    

"pagi, bucin"

"diam, yeosang. aku marah sama kamu"

"dih marah kok bilang-bilang"

namun ucapan yeosang hanya dianggap angin lalu oleh wooyoung. dia lalu mendudukkan bokongnya tepat disamping wooyoung.

"kenapa sih, wooyoung?"

bukan jawaban yang didapat, namun tatapan penuh kilatan kesal.

"kamu diam ya, yeosang. aku kesel sama kamu! kenapa pergi sama papa ngga bilang-bilang sama aku? kan aku jadi nungguin tadi!"

"pfft-- hahaha, wooyoung"

suara tawa dari yeosang malah membuat wooyoung geram lalu menjambak rambut yeosang penuh kekuatan.

"arghh, young! lepas! diam dulu"

sesudah itu, cengkraman pada rambut yeosang mengendur. mengundang hembusan lega dari mulut yeosang.

"jadi gini, cin- aw! iya ampun! udah! jadi gini, young. tadi aku bangunnya emang telat tapi papa belum berangkat. jadi bareng papa aja, dan aku lupa ngabarin kamu"

"huh! jajanin aku hari ini buat nerima permintaan maaf dari aku"

"iya-iya. dasar pencin"

"hah? pencin?"

"pendek bucin. hahahaha"

muka wooyoung memerah namun tangannya aktif menjambak rambut yeosang tanpa ampun.

"seru banget? cerita apaan tuh?" tanya pria jangkung yang ternyata udah ada, duduk di samping wooyoung.

"oh yunho? ini si wooyoung buc- argh! iya-iya ampun"

"hehe yunho ngga ada apa-apa kok. ini yeosang ngeselin"

lalu mereka bertiga lanjut bercerita bersama. sepertinya jam pelajaran pertama hingga berikutnya akan kosong karena guru yang sedang rapat. tiba-tiba--

"WOOYOUNG! ada yang namanya wooyoung di kelas ini?"

"ih mingi ga usah teriak-teriak deh. WOOYOUNG! ADA MINGI NIH NYARIIN KAMU"

"dih padahal sendirinya teriak-teriak. dasar betina" cibir mingi.

mendengar panggilan itu, segera wooyoung berjalan keluar kelas dan diikuti oleh yeosang dan yunho tentunya.

"di apelin nih ceritanya, young?" ucap perempuan, teman sekelas wooyoung.

"udah deh! kalian para betina ribut aja ku tengok dari tadi" ucap mingi lalu menjulurkan lidahnya.

"eh, mingi. kenapa?" tanya wooyoung.

"ini kotak makan sama botol minum yang semalam kau kasih pinjam, young"

"owalah! aku baru ingat, nih. hehehe"

wooyoung kemudian menepuk kepalanya pelan, lalu tertawa ringan

"makasih ya, young. izin duluan aku ya"

"iya sama-sama, gi"

lalu wooyoung dengan yeosang dan yunho segera duduk di bangku lagi.

"sejak kapan dekat sama mingi, young?"

"di bilang dekat sih ngga, yun. kebetulan aja, kemaren maag mingi kayaknya kambuh. jadi ya aku kasih bekal sama botol minum aku. oh sama obat juga"

"ketemu dimana?"

"semalam kan aku sama yeosang telat, yun. nah itu si mingi sama teman-temannya kan langganan telat. terus ya gitu, tiba-tiba si mingi nge-aduh sakit perut. jadi ya aku kasih"

"ooh gitu ya.."

yunho kemudian diam sambil mengusap-ngusap pahanya sendiri.

"kepo banget, yun? suka sama mingi ya?"

pertanyaan dari yeosang tersebut membuat pipi yunho memerah. kemudian mengelak,

"ngga! siapa bilang aku suka sama dia!"

"hahaha ga usah ngelak, yun. kentara banget loh kelihatannya kamu suka sama dia"

ucap wooyoung sambil menaik turunkan alisnya. menggoda yunho tentunya.

"kelihatan banget ya? aduh.."

"santai aja, yun. mau cerita sama kami? kami siap denger. ya kan, young"

di balas dengan anggukan dari wooyoung. kemudian dilanjutkan dengan yunho yang bercerita panjang lebar tentang sang dambaan hati, mingi.

•°halu°•

"woo? ayo ke kantin"

"sebentar dulu, yeo. aku masih nyiapin hati ini"

ucapan dari wooyoung mengundang wajah bingung dengan kernyitan di dahinya yeosang.

"hah? kenapa sih woo? buat apa nyiapin hati?"

pertanyaan dari yeosang mengundang tatapan sengit dari wooyoung. bisa-bisanya sahabatnya ini ngga peka sama hatinya.

"kamu gimana sih, yeo! aku ini mau nyiapin hati, kalau-kalau san nge-gep aku lagi merhatiin dia. ah kamu mah ngga peka! malas banget"

yeosang lantas tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan dari sahabatnya ini. bisa-bisanya wooyoung panik sendiri, padahal ketemu saja belum.

"haduh, wooyoung. kamu aneh banget sumpah. belum ketemu sama san aja udah ketar-ketir gini kamu. gimana nanti kalau udah ketemu langsung? meleyot kamu"

"ya kan kamu ingat sendiri. semalam dia bilang kalau selama ini dia nyadar kalau aku perhatiin di kantin"

"ya iyalah dia nyadar. orang kamu nengokin dia intens banget, sampai-sampai itu mata kamu kalau bisa copot pasti copot. mana ngga ngalihin pandangan barang sedetikpun"

"ya namanya juga menikmati ciptaan tuhan, yeo. ngga mungkin aku sia-siain selagi dia ada di depan mata aku"

"yeu itu mah kamunya aja yang bucin, woo. udah mendarah daging kayaknya bucin kamu"

"diam! ngga usah ngeledekin aku lagi. sekarang ada baiknya kita ke kantin sebelum waktu istirahat habis"

setelahnya wooyoung dan yeosang segera berjalan ke kantin. kemudian ketika sampai, mereka harus berdesak-desakan memesan makanan dan minuman karena kantin yang lagi ramai banget.

"ih tumben ya hari ini ramai banget kantinnya, yeo"

memang. saking ramainya, dari tadi yeosang harus mati-matian ngejagain wooyoung dari belakang. yeosang takut tubuh sahabatnya yang kecil dan mungul itu kelelep di lautan manusia. kan nanti dia ngga punya sahabat lagi.

setelah selesai memesan makanan, wooyoung dan yeosang segera keluar dari lautan manusia itu. lalu saling memandang--

"kayaknya ngga ada meja kosong lagi deh buat kita, woo"

"iya memang penuh banget, yeo. mau ke kelas sih, tapi balikin piringnya malas banget. mager tau pas habis makan"

"iya bener. mana kelas kita jauh banget dari kantin. keburu laper lagi"

mereka berdua terdiam. berdiri celingak-celinguk mencari tempat untuk duduk, seperti anak hilang tentunya. kalaupun ada meja yang udah ada orang tapi tetap ada space buat mereka duduk, wooyoung sama yeosang ngga mau. karena memang mereka ngga kenal kadang.

kemudian, seseorang menepuk bahu wooyoung dan menyapanya

"eh wooyoung kan?"

•°halu°•

halu -sanwoo / woosan ✔Where stories live. Discover now