"Cio siapa?"

Nayara terkekeh pelan. "Kucingnya Gilang,"

"ASSALAMUALAIKUM, KEN PULANG MAAA,"

Nayara menoleh ke arah sumber suara. Di depannya sudah ada Kenzie yang berdiri tegap dengan tangan membawa paper bag.

"Abanggg," Nayara menghampiri Kenzie menghamburkan pelukan pada cowok itu. Memeluknya dengan erat. "Kangennnn...." Nayara berujar dengan manja.

"Najis tau nggak!" Balas Kenzie, cowok itu berusaha melepas pelukan Nayara dari pinggangnya. Pasalnya, pelukannya ini membuat Kenzie pengap, seperti kehabisan nafas.

"Mamaaaa," adunya seperti bocah. "Kenzie nggak sayang Naya katanya,"

"Mulut Lo minta di sembur Nay?"

"Naya! Bahasanya nggak boleh gitu, nggak sopan!" Ujar Mama memperingati. Bergantian melirik ke arah Kenzie yang sedang menertawakan Nayara dengan puas.

"Abang juga, nggak boleh gitu sama adeknya," Mama memukul pelan bahu Kenzie. "Kasi contoh yang baik, bukan nyontohin yang nggak baik."

Kenzie mengangguk, diam-diam mengumpat dalam hati, baru aja pulang bukannya di suguhin makan atau apa ini malah di kasi siraman kolbu.

"Maaf ya Kunayyy," Kenzie mengacak rambut Nayara pelan. Mencium puncak kepala cewek itu.

Nayara menyalimi tangan Kenzie, membawakan tas punggung cowok itu ke ruang tamu. "Abang pulang sendiri?"

"Heem,"

"Yahhh dasar jomblo, sendiri teruss," Nayara memasang wajah menye-menye membuat Kenzie ingin memukul wajahnya.

Kenzie menahan kesalnya. Memilih menghampiri Mama, mencium tangan Mama, dan kedua pipinya.

"Naya! Kamu juga jangan mulai duluan!"

"Iyaaa Ma, iyaaa,"

"Kamu kurusan ya Ken?" Tanya Mama.

"Iya Ma. Kampus banyak kerjaan banget," balas cowok itu.

"Naya kurusan, kamu juga ikut-ikutan," Mama menepuk jidatnya. "Kaya anak kembar aja kalian,"

Kenzie mengedikkan bahunya. Ikut duduk di sebelah Nayara. "Kunayy, Lo ko ada di sini? Nggak di rumah Gilang?"

"Pengen aja. Kangen sama Mama soalnya, papa jugaa,"

"Ooh, sama Abang nggak kangen?"

"Sedikit," balas Nayara dengan wajah malas. "Yang banyaknya buat Mama sama papa,"

"Laknattt Lo." Gilang mendorong pelan kepala Nayara. "Gilang nggak ikut?"

"Sibuk bang, ikut turnamen dia," balasnya.

***


Bahan makanan di kulkas masih sangat lengkap, namun sayangnya Gilang tidak tahu cara memasaknya. Cowok itu hanya bisa memasak mie, rebus air, nasi goreng dan goreng telor, itupun terkadang gosong atau ke asinan.

Cowok itu menghela nafasnya pelan, sudah setengah jam duduk di meja pantry, namun ia belum tau ingin masak apa.

Makan mie boleh-boleh aja, tapi masalahnya Gilang tu belum makan dari pagi. Ya masa makan mie doang, yang ada perutnya kaget trus sakit.

Padahal ada cara yang lebih praktis, memesan makanan lewat online, namun sayangnya cowok itu kurang menyukai masakan luar. Lebih sering makan masakan rumahan.

"Bisa gila gue gara-gara mikir mau makan apa," cowok itu mendengus.

"Punya istri bukannya ngeringanin beban, yang ada malah tambah beban," gerutunya. "Depresot lah gue."

Cowok kalem itu menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya yang berada di atas meja. Menikmati suara dari perutnya yang sedari tadi berbunyi.

Siall!! Gilang bisa mati kelaparan ini.

Cowok itu bangkit. Berjalan menuju kulkas, mengambil satu telur kemudian berjalan menuju kompor.

Daripada perutnya kosong, mending makan telor walaupun nggak kenyang-kenyang amat.

"Anjirrr," cowok itu mundur saat telur yang ia goreng meletup-letup.

Buru-buru mematikan kompornya, cowok itu mengambil piring, meletakan telor gorengnya di sana.

"Bismillah nggak bikin mati ni telor,"

***

Gimana part ini guyss?

Kalian tim siapa?

Gilang?

Zio?

Mau ngomong apa sama Nayara?

Spam NayaraGilang dong biar kapalnya nggak karam?

Mau up lagi kapan?

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 💛🦋💛🦋

Istri sahnya mas terangggg ❤️❤️❤️❤️

CERITA KITA ( ON GOING )Where stories live. Discover now