Chapter 3 : Selamat Ulang Tahun

1.5K 371 27
                                    

HARI minggu telah tiba. Hari yang kutunggu-tunggu lebih tepatnya. Pasalnya hari ini aku dan para sepupuku akan merayakan pesta kejutan ulang tahun untuk Rima, yang kuyakini kalian pasti sudah mengenalnya. Rima adalah salah satu sepupu perempuanku, dan juga Adik dari Mas Vian.

Aku dan Mbak Soraya tengah mempersiapkan kue ulang tahun buatan sendiri karena aku suka membuat kue dan Mbak Soraya pandai menghias kue. Sementara Mas Rama, Mas Juna dan Mas Vian sedang mendekorasi kamar Rima sebagai tempat diadakannya pesta kejutan. Lantas, dimana Rima? Adik sepupuku itu sedang berkencan dengan pacarnya, namanya Rafka. Kami juga bekerja sama dengan Rafka tentunya, untuk mengajaknya pergi sampai waktu yang telah ditentukan.

"Yay! Kuenya udah jadi!" Mbak Soraya bersorak gembira. Kemudian dia mengambil ponselnya untuk mendokumentasikan hasil karyanya tersebut.

 Kemudian dia mengambil ponselnya untuk mendokumentasikan hasil karyanya tersebut

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Jangan di upload ya, Mbak. Entar ketauan lagi kita mau surprise-in Dek Rima." pintaku. Bahaya jika Rima melihatnya. Gagal sudah rencana kami.

"Tenang. Mbak cuman mau dokumentasiin doang kok. Sebelum nih kue disantap sama para buaya darat." Aku tertawa mendengar celotehan Mbak Soraya. Para buaya darat yang dimaksud Mbak Soraya sudah pasti Mas Rama dan Mas Juna. Tunggu, apakah Mas Vian juga termasuk?

"Oh, kecuali Vian. Dia kan anak sholeh." Tanpa sadar aku tersenyum. Setuju akan pendapat Mbak Soraya. Astagfirullah, lagi-lagi aku memikirkan Mas Vian.

Tiba-tiba ponsel Mbak Soraya berdering. Kulirik sekilas tertera tulisan emotikon monyet dan hati berwarna hitam seperti ini '🐒🖤'. Tidak salah lagi, itu pasti Mas Atta. Buru-buru Mbak Soraya mengangkat dengan wajah sumringahnya. "Apa?"

"Astagfirullah, yang. Assalamualakum." Masya Allah. Mas Atta memang lelaki yang tepat untuk Mbak Soraya yang cukup lincah ini.

"Iya, maaf. Waalaikumsalam." jawab Mbak Soraya dengan nada kesal. Tapi mengapa ekspresi wajahnya tidak ada ekspresi kesal sama sekali?

"Kamu marah sama aku boleh tapi jangan pernah lupa salam dong."

"Iya, bawel. Kenapa nelpon? Udah selesai futsalnya?"

Terdengar kekehan dari seberang sana. "Iya nih. Baru kelar. Aku mampir ke rumah ya? Capek banget pengen di-charge dulu sama kamu." Duh, Mas Atta! Apa tidak berdosa mengatakan itu di depan kaum jomblo sepertiku ini? Mbak Soraya juga sepertinya tidak merasa bersalah mengaktifkan mode speaker di hadapanku.

"Ih, kamu lupa ya? Aku kan mau kasih surprise ke Dek Rima. Sekarang aku lagi di rumah dia." kata Mbak Soraya. "Tapi nanti pas aku pulang kamu boleh ke rumah kok." tambahnya malu-malu. Apakah disini ada kantung muntah?

"Oke. Nanti kabarin ya. Sampain salamku buat Rima dan sepupumu yang lain. Bilang selamat ulang tahun buat Rima ya."

"Iya. Ada lagi, Pak?"

"Titip salam juga yang spesial nggak pake telor buat Bella ya." Hm. Mas Atta mulai jahil kan. Mendadak wajah Mbak Soraya jadi cemberut.

"Nggak disampain kalo yang itu. Dah ya. Assalamualaikum."

SEPUPU TAPI MENIKAHOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz