Prolog

5K 514 54
                                    

HARI suci yang semua umat muslim tunggu-tunggu, setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh, akhirnya hari kemenangan telah tiba. Selamat lebaran, teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin kepada kalian semua. Hari ini, aku akan menceritakan kisahku, bagaimana aku bertemu dengannya.

Tepat pada hari Lebaran tahun ini, seperti biasa, setiap tahun kami akan berkumpul satu keluarga besar di rumah Kakek dan Nenek. Melakukan prosesi bermaaf-maafan, makan bersama, dan tentu saja yang paling ditunggu-tunggu adalah pembagian THR.

Biasanya, para orangtua lah yang membagikan THR kepada kami yang masih muda. Tapi, tahun ini, Mas Rama, kakak kandungku, ikut berbagi THR karena dia sudah bekerja. Dan beberapa bulan lagi akan menikah dengan Mbak Nayla, gadis cantik nan manis yang beberapa tahun menjadi kekasih Mas Rama. Mbak Nayla bahkan ikut diajak kemari, sekaligus memperkenalkan diri kepada keluarga sebagai calon istri Mas Rama. How cute they are.

"Masih nggak nyangka." Aku menoleh ke arah Mbak Soraya, sepupuku yang tengah duduk di sampingku. "Nggak nyangka kenapa, Mbak?" tanyaku. Mbak Soraya menunjuk dengan dagunya ke arah Mas Rama dan Mbak Nayla yang sedang bersalaman dengan Kakek dan Nenek. "Itu lho, Masmu sama konco kentel-ku. Bisa-bisanya mereka mau nikah beberapa bulan lagi."

Aku mengernyit bingung. "Kenapa, Mbak? Bukannya bagus segera menikah? Toh mengurangi dosa. Nggak baik pacaran lama-lama." kataku. Mbak Soraya melirikku sinis. "Kamu nyindir aku, Dek?" Aku segera mengibaskan tanganku cepat. "Nggak gitu, Mbak. Maksudku kalo udah siap, ya kenapa harus ditunda toh." Aduh. Bahaya kalau sampai Mbak Soraya salah paham. Aku tidak ada niatan sama sekali untuk menyindir dia.

Berbalik dengan yang ada di pikiranku, Mbak Soraya justru tertawa lepas. "Canda, Dek. Biasa aja kok aku. Aku cuman ngerasa terlalu cepet aja buat si Nayla. Kami baru mau masuk semester 3 tapi dia udah mau dipinang. Takut aja ngeganggu kuliah dia."

"Kenapa harus takut ngeganggu sih?" Tiba-tiba Mas Arjuna ikut menimbrung. "Nayla nya aja yakin. Kamunya aja yang iri sampai sekarang belum dilamar Atta." Mbak Soraya langsung berlari mengejar Mas Arjuna yang sudah kabur lebih dulu. Aku hanya bisa tertawa melihat mereka. By the way, mereka kembar. Jadi jangan bingung kalau wajah mereka benar-benar mirip.

"Mbak Bella!" Tiba-tiba seorang gadis berlari menghampiriku dan memelukku erat. "Kangen banget sama Mbak Bella!" Aku segera melepaskan pelukannya untuk melihat siapa yang memelukku. "Dek Rima? Masya Allah, sudah gede kamu sekarang. Cantik pula." Kenalin, dia sepupuku namanya Sherima. Biasa dipanggil Rima. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Terakhir saat dia masih SMP. Tak kusangka sekarang sudah sebesar ini.

Rima tersipu dan tertawa. "Mbak Bella bisa aja. Mbak Bella juga makin cantik. Tapi kok mukanya masih kayak muka bayi?" Aku memukul pelan lengannya. "Apa sih kamu." candaku. "Lama banget lho kita nggak ketemu. Akhirnya kamu bisa ke Surabaya juga. Gimana di Jakarta?"

"Ya gitu deh, Mbak. Namanya juga ibukota. Rame banget. Lebih suka disini. Makanya aku sama keluarga mutusin pindah kesini lagi," Aku menatapnya tak percaya. Seolah mengerti dengan ekspresiku, Rima melanjutkan. "Eyang minta Ayah buat ngurus anak perusahaan di Surabaya. Daripada Ayah harus bolak-balik Surabaya-Jakarta, mending kita pindah kesini."

"Terus anak perusahaan di Jakarta gimana?" Rima menatapku bingung. "Mbak nggak tau? Itu kan mau dikasih ke Mas Rama kalau udah nikah. Sementara masih Ayah yang megang sampai Mas Rama nikah nanti." Wah, aku benar-benar tidak tahu akan hal itu. Padahal Mas Rama adalah kakak kandungku sendiri. Aku merasa terkhianati. Tidak, hanya bercanda.

SEPUPU TAPI MENIKAHWhere stories live. Discover now