Part 8

23 9 45
                                    

Setelah selesai acara Azra istirahat dikamarnya. Dia duduk didepan cermin berusaha menghapus make up dan berkali-kali berusaha melepas softlens yang dia gunakan tapi nihil dia tidak bisa melepasnya hingga mata nya pun merah seperti orang yang habis menangis.

"Aduh ayok lah keluar," ucapnya berusaha melepas softlens tersebut.

Cklek...

Deg deg Jantung Azra berdetak sangat cepat, sungguh dia sangat-sangat gugup. Dia malu menampakkan wajahnya dihadapan suaminya. Matanya memerah gara-gara softlens yang dia pakai.

Mampus kau Azra huwaaah ibu Azra nggak kuat Bu, Aduh harus bersikap seperti apa dia malu menampakkan wajahnya.

"Assalamualaikum,"ucap seseorang dari arah pintu,

Aduh aku malu, gimana ini. Masa iya aku menampakkan wajahku dalam kondisi seperti ini. Ibu Azra malu bantu Azra bu.

"Wa'alaikumussalam,"jawabku mengalihkan pandangan kearah lain.

Altha bingung dengan sikap istrinya, pasalnya  Azra tidak menyambutnya masuk atau mencium tangannya. Dia mendekati Azra yang sembari duduk didepan meja rias, Ada apa dengan dia?

"Azra," panggil nya lembut.

"I..ya kak."

Altha memutar tubuh Azra. Dia kaget melihat mata Azra yang sudah memerah, dia berjongkok dihadapan Azra dan mengusap matanya,"Kamu menangis?"

Aku menggelengkan kepala.

"Lalu?"

Eh jantungku mau copot huuawaaaa tolong  aku ya Allah. Nggak kuat Ibu ayah tatapan lembut kak Altha mampu membuat jangtungku meronta-ronta. Aku memejamkan mata aku nggak mau natap matanya bisa-bisa jantungku copot.

"Hei,"Panggil Altha melambaikan tangan nya kedepan wajah Azra.

Azra masih dengan posisi yang sama duduk dikursi dan Altha berada dibawah.

"Bicaralah,"ujarnya lembut.

Azra perlahan membuka mata melihat manik mata biru kehitam-hitaman milik Altha.Masya Allah nikmat mana kah yang kau dustakan. Tampan sekali!

"Emm nggak papa kak,"ucapku beranjak pergi kearah lemari mengambilkan handuk untuk kak Altha mandi.

"Ini kak handuknya,"ucapku menyerahkan handuk untuk dia kenakan.

"Terimakasih, kamu baik-baik saja?"

Aku mengangguk.

"Baiklah, kalok begitu aku mandi dulu,"ujar Altha berjalan kearah kamar mandi.

Huuuhh.. aman tenang jantung jangan gegabah liat yang ganteng dikit udah kaya gitu. Dia suamimu jadi santai saja oke.

Azra kembali ke depan cermin berusaha melepaskan softlens dari bola matanya.

"Kenapa susah sekali sih, ayok lah lepas," omelku pada diriku.

Tanpa Azra sadari Altha melihat istrinya sedang kesusahan melepaskan softlens dari mata nya ikut terkekeh.

"Lucu sekali,"ucap Altha lirih.

"Kenapa tidak keluar-keluar sih, Ibu Azra nggak tau cara ngelepasin pewarna mata ini," ucapku menangis.

Altha berjalan mendekat kearah tempat duduk Azra," Susah ya?"

Azra kaget dan membuka matanya.

Duaarrrr....

Apa-apaan dia kenapa dia tidak memakai baju, Azra menelan salivanya  dengan susah payah. Malam-malam seperti ini dia harus disuguhkan dengan pemandangan yang lumayan membuat jantungnya copot dalam hitungan detik, bisa-bisa dia mati sebelum bahagia.

Luka dan Takdirku (Hiatus)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt