3. Han Eunae's Salvation

158 46 531
                                    

[1]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[1]

(Money Loaning)

Di loket pembagian uang untuk petarung, Jiseok duduk sendiri di bangku-bangku plastik yang disediakan. Dinding abu tempat ia menyandarkan kepala dipenuhi dengan poster mengenai jadwal pertarungan, profil petarung tetap yang ada di Saejang, ataupun iklan peminjaman uang.

Jiseok muak dengan peminjaman uang. Kumpulan penipu berdompet tebal dengan mulut manis. Sayang sekali mereka diberi kekuatan besar, sehingga orang lemah bertekuk lutut padanya.

Bunyi pintu digeser dengan kasar disertai umpatan seseorang, membuat Jiseok mengangkat kepalanya.

"Ah, siphal. Padahal uang pemasukan banyak, tapi pintu sialan ini gak pernah dibetulkan. Argh! Macet lagi!"

"Ya sudahlah. Pemasukan itu untuk modal rencana, lagi pula keadaan sedang susah," jawab penjaga loket. Mungkin karena ia sedang duduk makanya lipatan lemak di tubuh gempalnya begitu kentara. Namun, tentu tak ada yang berani mencemooh ketika melihat lukisan tatonya.

Seperti lagi memakai baju bergambar, batin Jiseok.

Keduanya terlihat bertukar kata dengan bisik-bisik. Jiseok kembali menurunkan pandang, tahu kalau ia akan mendapat masalah kalau terlihat penasaran dengan pembicaraan keduanya.

Setelah pria dengan mulut kasar tadi pergi, barulah si penjaga loket memanggil Jiseok. Sembari si penjaga menyebutkan data-data yang perlu ia tulis dan syarat-syarat yang harus Jiseok setujui, fokus Jiseok melebar saat cahaya lampu temaram itu terpantul di atas kepala si penjaga loket yang licin.

Jiseok mengernyit sembari bergeser sedikit menjauh. Bisa-bisanya nyala lampu ruangan malah kalah dengan kilatan kepala botak si penjaga loket.

Namun, seakan langsung mendapatkan karma saat itu juga. Hidungnya mengernyit saat mencium bau badan kurang mengenakkan menyengat dari si penjaga loket.

Jiseok kembali menggeser dirinya lebih jauh saat tangan si penjaga loket terbuka untuk mengambil amplop. Ia berani bersumpah, baunya lebih menyengat saat penjaga loket itu melebarkan ketiak gempalnya.

"Nak, buat apa jauh-jauh begitu? Kau tak menginginkan uangmu?"

"Oh? Eh? Ma-mau-"

"Hooooh, heeeeh, ma-mau. Aish, jadi laki harus tegas, dong."

Jiseok hanya mampu tersenyum kecut sembari menerima amplop. Ia mengintip kumpulan uang yang terbaris rapi di dalam. 50.000 Won? batin Jiseok sembari menatap si penjaga loket. Bukankah harusnya lebih dari ini?

ExistereWhere stories live. Discover now