30. bad farewell

128 31 24
                                    

Happy reading!

---

Pukul 5:30.

Matahari malu-malu menunjukkan wujudnya pada dunia, cahayanya menembus gorden kamar Summer halus. Burung berkicau. Dan dunia mulai bekerja. Para petani berangkat menuju sawah sambil membawa cangkul di bahu. Para ibu rumah tangga sibuk memasak di dapur. Mungkin juru masak istana pun sedang menyiapkan makanan sekarang.

Suara sepatu para pelayan istana terdengar dari kamar Summer.

Summer sudah bangun, dia membuka tirai kamarnya dan menyapa cahaya mentari. Seperti biasa, Summer memulai harinya dengan ceria. Dia meloncat ke atas kasur untuk membangunkan Winter yang masih menutup matanya, tertidur.

"Selamat pagi, Winter!" sapa Summer riang. Ia meloncat-loncat kegirangan di atas kasur, alasannya sih ingin membangunkan Winter.

Dan yang dibangunkan membuka matanya perlahan.

"Ayo bangun, Winter. Ayo bangun, Winter. Ayo bangun, Winter." Summer nyengir lebar sembari menggoyang-goyangkan tubuh Winter.

"Aku sudah bangun, Summer. Sejak kamu membuka tirai," Winter bersuara dengan serak.

Sedangkan Summer terkekeh. "Winter, kayaknya nanti malam kita harus pindah kamar lagi. Kata Philip, semalam ada penyusup yang mencoba memanjat istana. Nyeremin ih." Summer berkata sembari menarik tangan Winter, memintanya duduk. Dia bergidik ngeri.

Winter duduk terdiam, mencerna kalimat Summer.

"Semalam ..., penyusup?" Winter menoleh, demi mendapatkan dua kali anggukan dari Summer.

Dan tepat setelahnya, Winter berjengit terkejut. Winter melirik jendela. Matahari sudah tampak. "Astaga. Stefan." Winter bangkit dari kasur, berjalan mengambil iketan rambut dan cardigan putih. Sejujurnya, semalam ia berniat untuk menemui Stefan hari ini. Tapi ia terlambat.

***

Summer meminta salah satu kusir kerajaan yang sudah pulang dari pelatihan untuk mengantarnya ke Buttenburg.

Buttenburg bukan rumah Stefan, hanya patokan saja. Kusir itu akan curiga jika Summer meminta diantarkan ke rumah Stefan. Dan biasanya, kereta kuda yang akan ditumpangi warga sekitar akan memilih patokan di Buttenburg. Itu memudahkan semua.

Winter tidak mengatakan apa-apa pada Summer selain, "Aku mau menemui Stefan sebelum dia berangkat ke tempat yang jauh. Dia akan menemani ibunya yang sakit, entah sampai kapan. Dan aku ingin memberikannya perpisahan yang baik." Yang dijawab sangkalan oleh Summer. Summer tidak percaya Stefan akan pergi untuk waktu yang lama, karena Stefan akan lulus dengan lisensi musketir pekan depan. Mustahil Stefan meninggalkannya begitu saja.

Kereta kuda sampai di kuil tersebut. Mereke berdua turun dari carriage. "Terimakasih. Kau tidak perlu menungguku. Aku akan meminta Kak Logan mengantar kami pulang," ucap Summer pada kusir yang mengantar.

Kusir tersebut patuh. Memacu kudanya dan meninggalkan Winter dan Summer.

"Di mana rumah Stefan?" Winter menyambar tak sabaran. Summer tak menjawab apa-apa, hanya menunjuk ke arah selatan, dan berlari ke sana. Winter mengikuti arah lari Summer.

Rumah Stefan agak jauh dari Buttenburg. Berada di belakang, rumahnya terlihat kesepian, karena berada di tengah lapangan kosong, sebelum sungai yang berguna sebagai pengairan sawah. Summer mengetuk pintu rumah Stefan beberapa kali, tapi tak ada respon. Sedangkan Winter memanggil-manggil nama Stefan, hasilnya sama. Nihil.

Summer melirik Winter, tepatnya ke mata Winter yang memerah. Winter menangis? Entahlah. Summer paham Winter sedang kehilangan dan merasa bersalah. Tapi dia tak paham kenapa saudaranya harus menangis, mengingat Stefan dan Winter hanyalah teman. Summer mengintip ke dalam rumah—meskipun sikap itu sangat dilarang di kalangannya, tapi melihat Winter yang menggedor-gedor pintu rumah membuatnya tak tega—tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam. Gelap. Hanya ada perabotan. Dan, yah, rumah ini kosong.

KAPRIKORNUSWhere stories live. Discover now