23. proven theory

137 39 29
                                    

Happy reading!

---

Tadi, apa kata Summer? Titik presensi ... Winter? Baru saja Profesor berpikir dia sedang bermimpi. Mimpi yang terasa nyata. Pria tua itu menepuk pipinya beberapa kali. Mungkin saja dia memang tertidur 'kan?

Summer memutar bola matanya. "Anda tidak sedang bermimpi, Profesor. Winter sudah di sini sejak 10 hari lalu, aku yang-" Summer spontan menghentikan kalimatnya saat ia sadar Vivienne masih di sebelahnya. Vivienne tidak boleh tahu ia pergi ke Procyon! "A-aku yang menemukannya di sana ... Profesor tau lah tempatnya," kata Summer seraya mengedipkan matanya pada Profesor.

"I-ini benar-benar Winter?" tanya Profesor memastikan. Dibalas anggukan oleh Summer.

"Tidakkah Winter terlihat nyata, Profesor? Summer yang menemukannya di ... di ?ana, Summer?" Vivienne memelankan akhir kalimatnya. Ia baru tersadar Summer tidak mengatakan di mana dia menemukan Winter.

"Emm, di, itu loh, Ma. Di ... sana."

Vivienne mengikuti telunjuk Summer yang mengarah ke timur. "Di sana, di mana?"

Sudahlah, kadang semesta seaneh ini. Summer sangat jago memikirkan alasan, namun entah kenapa di saat yang seperti ini otaknya seperti mogok. Summer membuang napasnya. "Sudahlah Ma, tidak penting di mana aku menemukan Winter. Yang penting sekarang adalah Bunda Isabella."

"Tapi-"

"Di belakang danau Glenconner, Ma," Winter menjawab, menyela Vivienne yang hendak protes atas sikap tak sopan Summer. "Summer menemukanku di sana."

"Aah, iya, baiklah."

"Jadi, Profesor, bagaimana cara menemukan Bunda Isabella?" Summer kembali pada topik.

Sementara Profesor Hudson terlihat menggaruk tengkuknya. "Um, baiklah, kemari-" baru saja Profesor mempersilakan mereka untuk masuk ke bagian timur ruangannya, Vivienne lebih dulu menyelanya.

"Tunggu-Profesor, bisa kita bicara berdua? Summer dan Winter, kalian boleh ke laboratorium duluan," perintah Vivienne.

"Baik," Winter menurut. Kemudian keduanya melangkah masuk ke laboratorium Profesor di bagian timur ruangan meninggalkan Vivienne dan Profesor berdua.

Setelah memastikan Summer dan Winter masuk ke laboratorium, Vivienne mulai berbicara dengan intonasi serius. "Isabella tidak ada di dimensi tempat Winter tinggal, Profesor. Dan apapun yang sebenarnya terjadi, kumohon jangan membahayakan Summer maupun Winter. Meskipun hanya ada satu jalan, tolong jangan beritahu Summer jalan itu jika berbahaya. Atau Summer akan nekat melakukannya tanpa menimang konsekuensinya. Kumohon, aku menyayangi keduanya. Biarlah penemuan Isabella tertunda, daripada kita kehilangan Summer dan Winter, itu akan semakin mengecewakan Niall dan Isabella. Kau tau Isabella menyuruh ku untuk menjaga mereka. Ya, Profesor?"

Profesor diam mencerna kalimat Vivienne. Baiklah, ia mengerti ini berat bagi Vivienne. Ceritanya akan panjang jika di ceritakan. Tapi singkatnya, di suatu malam Vivienne mendapatkan mimpi di mana Isabella menghampirinya sambil menangis dan memintanya untuk menjaga Niall dan Summer. Sudah sejak dulu Vivienne mengamati Summer dan mengawasi setiap langkah yang diambil Summer. Memang berat, apalagi Summer jarang mendengarkannya, tapi demi Isabella. "Um, baiklah."

"Jangan baiklah-baiklah doang, Profesor jangan mau kalau di palak Summer, masa kalah sama anak kecil ...."

Profesor menghela napas. "Kamu seperti tidak tau saja perangai anak itu. Sudahlah, aku menemukan jalannya saja tidak, bagaimana aku bisa mendeteksi apa itu berbahaya atau tidak."

KAPRIKORNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang