Ch. 34: ancaman

1.7K 296 37
                                    

[Chapter ini mengandung.., ew]

"Anj*nk" umpat seorang gadis yang menatap kosong pintu didepannya.

BRAK

(Y/N) menendang pintu itu upaya meluapkan emosinya.

(Y/N) P.O.V-

Pak tua menyebalkan! Kenapa dia malah mengurungku ketika aku berkata jujur?!

Kebenaran sama sekali tidak dihargai disini!

Para pembantu tidak bisa diandalkan untuk membelaku karena mereka takut dipecat!

Argh sialan!!!

Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Aku hanya ingin mempunyai teman! Memangnya berteman dengan orang lain adalah sebuah dosa? Enggak kan!!

Dasar bedeb*h! Aku ingin pergi dari rumah menjijikan ini!!!

Sialan sialan sialan!!!!!!

(Y/N) P.O.V end-

(Menunjukkan sudut pandang (Y/N) cuma buat menyampaikan umpatannya haha:v)

(Y/N) mengacak-acak rambut gusar sampai tidak sadar kalau tangan kirinya kembali mengeluarkan darah.

Darah merah kental tembus dari perban kecil yang melilit lengan kirinya. (Y/N) terperangah begitu tetesan darah mengenai rok abu-abunya.

(Y/N) buru-buru menghentikan pendarahan menggunakan alkohol dan kapas.

...

"Bagaimana?"

"(Y/N) tidak keluar dari siang tadi" Adrianne melipat tangan didepan dada.

"Anak itu merepotkan sekali" Hans mengernyit, ia pun bergegas kedepan kamar (Y/N) dan mengetuknya keras.

TOK TOK TOK

"Hei! Keluar dari kamar! Kau harus les privatt hari ini!!" Hans berkata sarkas.

(Y/N) yang menghalangi pintu kamar dari dalam menggunakan kursi menyeringai. "Tidak mau" finalnya.

"Anak kurang ajar! Keluar!!" Hans terus berusaha membuka pintu, meminta sang anak menampakkan batang hidungnya.

"Kau mau mempermalukan kami hah? Aku sudah janji pada guru mu kalau kau akan ikut les privatt hari ini!" Adrianne mengoceh.

"Siapa suruh janji duluan!" Celetuk (Y/N). Semenjak kejadian dia meluapkan emosinya, dia jadi semakin berani menyahut.

"Jika kau tidak mau keluar, aku akan membuang laptopmu" ancam Adrianne tungkas.

(Y/N) tersentak kaget, dia tidak mau hasil kerja kerasnya dibuang begitu saja. "J-jangan!!"

(Y/N) membuka kenop pintu dan menatap orangtuanya datar.

"Jika kau berniat membantah omonganku lagi, aku tidak akan segan-segan mencambukmu"

Kaki (Y/N) menegang, pupilnya bergetar. (Y/N) mengusap siku kanannya seakan membayangkan kejadian beberapa tahun silam.

"Y-ya"

"Aku tidak mau harus mengalami 'itu' lagi"

"Sana ikuti les. Suruh Thalia merias wajahmu hingga lebam itu tidak terlihat" Adrianne memandang iris (E/C) malas.

(Y/N) mengangguk pelan.

♦♦♦

"Pagi (Y/N)!" Dira tersenyum cerah seperti biasanya. Ia menyapa (Y/N) dengan perasaan senang.

Fight Together Where stories live. Discover now