🍁Bab 40🍁

38.3K 3.6K 679
                                    

"Siapa kamu?" Adrian meneguk kasar ludahnya, bersamaan dengan keringat dingin yang tiba-tiba merayapi punggung dan keningnya.

Sejenak Adrian melihat ke arah Vanila yang menggeleng samar dengan wajah penuh harap, agar Adrian menolak mengatakan kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Berdeham kecil Adrian kembali memusatkan perhatiannya ke arah sang tuan rumah.

"Saya Adrian. Saya ...."

"To the point saja. Mau apa kamu datang ke sini malam-malam begini?"

"Saya ... mau bertanggung jawab atas kehamilan Vanila." 

Vanila menggeleng cepat mendengar pengakuan dari Adrian. Wajahnya sudah pias kala menatap bergantian dari kedua mertuanya juga Nuriah yang sarat akan kekecewaan. Ratih sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menjatuhkan tas jinjing yang ia bawa saking kagetnya.

"Benar itu, La?" tanya Ayah Mertuanya dengan geraman yang tertahan.

Vanila mengigit bibir bawahnya menahan getir, ia benar-benar tidak siap menghadapi hal ini. Tatapan tajam yang dihunjamkan ayah mertuanya membuat persendian Vanila goyah. Dunianya benar-benar telah terhenti saat itu juga. Lidahnya kelu sekedar untuk mengiyakan jawaban tersebut, karena memang kenyataannya begitu.

"Jawab, La!" Nuriah menarik lengan Vanila hingga tubuhnya sedikit oleng.

"Aku ... aku ...."

"Jawab, Illa!" Kali ini Ratih menahan kedua lengan Vanila agar menghadap ke arahnya. "Jawab Mama, La. Bener apa yang dibilang laki-laki itu?" Ratih tidak bisa menahan getaran dalam suaranya. 

Tangisan Vanila pecah melihat wajah Ratih yang berkaca-kaca, sontak saja tubuhnya meluruh ke lantai dan memeluk kedua kaki sang Mama Mertua. "Maafin, Illa, Ma. Illa minta maaf, Ma."

Mendengar pengakuan dari menantu kesayangannya, membuat tangisan Ratih yang sedari tadi ia tahan runtuh seketika. Wanita dengan linangan air mata itu hanya bisa terdiam sembari terisak, tak menyangka jika wanita yang dianggapnya anak sendiri tega melakukan hal seperti ini.

Adrian hanya bisa menunduk. Ia merasa malu sekaligus lega karena pengakuannya atas kehamilan Vanila. Sedangkan Janari Basukiharja hanya bisa terdiam seraya mengusap keningnya. Sama halnya dengan Nuriah yang benar-benar syok dengan kebenaran ini, dada bergemuruh hebat. Ia merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri. 

"Sialan lo, La." Nuriah mendorong tubuh Vanila hingga terjungkal ke belakang, membuat Adrian bergegas menolong Vanila. "Gue udah bela lo mati-matian, tapi ini balasan lo ke gue?"

Berontak dalam rengkuhan Adrian, wanita dengan baju terusan berwarna peach itu berdiri, mencoba mendekati Nuriah. Namun, saat akan meraih bahu sahabatnya, tapi Nuriah memilih mundur selangkah. "kenapa lo tega lakuin ini, La? Lo mau balas dendam sama Abang gue?" Vanila mengeleng cepat, menolak asumsi Nuriah.

"Enggak! Gue bahkan nggak pernah ada pikiran buat balas dendam sama Bang Andra."

"Terus itu apa?" tunjuk Nuriah pada perutnya. "Gue pikir lo bener-bener cinta sama Abang gue, tapi gue bener-bener gak nyangka lo sehina ini."

Vanila semakin menangis mendengar tuduhan yang dilayangkan Nuriah. "Itu semua nggak bener! Gue bener-bener cinta sama Bang Andra, bahkan gue rela bersabar selama tiga tahun ini. Tapi apa yang gue dapet? Bang Andra sama sekali nggak anggep keberadaan gue sebagai istrinya."

Ratih memejamkan matanya sesaat kala mendengar pengakuan dari Vanila. Ya Tuhan! apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga anak sulungnya.

"Bang Andra nggak pernah sekalipun nganggep gue istrinya. Di malam setelah resepsi, Bang Andra terang-terangan bilang kalo gue itu kedudukan sama kayak lo, Nur. seberusaha apa pun gue, Bang Nadra nggak pernah ngubah hal itu. Gue cuma dianggep adik, bukan istri. Bisa lo bayangin kalo lo jadi gue?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang