Chapter 20

1K 93 18
                                    

Sudah semalaman suntuk hingga pagi ini hujan tak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti seolah ingin menutupi keindahan sang mentari pagi. Entah kapan terakhir kali Konoha mengalami hujan dengan volume yang cukup deras.
"Mau kemana pagi begini Saki?." Jiraiya yang sedang duduk diruang tengah mansion Haruno itu terusik dengan kehadiran Sakura yang terlihat terburu-buru menuruni tangga.

"Ah, Etto.. aku ingin menemui Sarada-Chan." Jawab Sakura. Wanita itu tampak masih merapikan penampilannya yang sedikit berantakan.

Jiraiya menautkan kedua alisnya masih mencerna ucapan sang cucu.
"Diluar masih Hujan" Sakura ikut menatap ke arah luar jendela mengikuti tatapan Jiraiya.
"Aku bawa mobil Kakek." Sakura menatap Jiraiya.

Pria paruh baya itu tersenyum. Pipinya tampak memerah. "Haha Kakek sampai lupa soal itu." Ia terkekeh.

"Kakek tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja" seolah tau apa yang dipikirkan oleh Jiraiya.

"Aku tau .. Kakek hanya mempermasalahkan Hujan." Sambil masih menikmati Teh hijau miliknya, ia tak memperdulikan tatapan bingung dari Sakura.

"Aku pergi dulu." Sakura melangkah cepat menuju ke arah pintu utama. Bukannya tak mau menanggapi ucapan Jiraiya, ia hanya sedang terburu-buru.

Pria tua itu menatap punggung mungil Sakura yang perlahan menghilang dari balik pintu utama.
"Jika terjadi sesuatu pada cucuku, kau tau sendiri apa akibatnya Madara."

.
.

Pagi ini pemandangan yang tak biasa tersuguh kan di meja makan Uchiha bungsu. Pasalnya untuk yang pertama kalinya ada seorang wanita yang ikut bergabung sarapan selain Mikoto dan Konan tentunya.
"Bibi tidak basah kan?" Tanya Sarada.

"Haha ... Bibi bawa mobil Sarada-Chan." Sakura terkekeh. Ia mengusap pucuk kepala Sarada lembut.

Sarada, gadis itu adalah alasan mengapa Sakura harus datang ke mansion Sasuke sepagi ini. Anak itu benar-benar merindukan sosok Sakura. Karena keinginannya untuk bertemu Sakura beberapa hari lalu gadis itu sukses membuat Sasuke kewalahan menghadapi Sikapnya yang uring-uringan. Sampai akhirnya Sasuke menyanggupi keinginan Sang anak yang membuat Sarada kegirangan.
Pemandangan pagi ini terlihat seperti 'keluarga kecil yang bahagia'. Interaksi antara Sarada dan juga Sakura membuat beberapa maid yang ada di mansion itu tersenyum penuh arti, Sarada sangat bahagia dengan kehadiran sosok Sakura.

"Tou-san .." Akhirnya Sarada memanggil Sasuke yang sedari tampak diam saja, pria itu seolah fokus pada koran yang ia pegang.

"Ojii-san pernah bilang, Tidak sopan jika ada Tamu tapi tuan rumah malah melakukan hal lain." Sarada memanyunkan bibirnya, pertanda bahwa ia tak suka dengan sikap Sasuke.

Baik Sakura Ataupun Sasuke yang mendengar itu, mereka sama-sama merilekskan duduknya masing-masing. "Tou-san sedang membaca berita pagi ini Sarada." Jelas Sasuke. Ia mulai menyeruput teh hijaunya.

"Tou-san bahkan tidak bertanya apa yang Bibi Sakura inginkan." Gadis itu mulai mengoceh.

"Kau ingin makan apa?" Tanpa diduga Sasuke langsung melayangkan pertanyaan itu pada Sakura yang masih terlihat kebingungan itu.

"Hm?" Matanya melotot.
"Kau ingin makan apa?"
Gadis bersurai pink itu mengangguk mengerti. "Jus Strawberry saja." Jawabnya.

Tanpa Sasuke berucap, kepala Pelayan yang mendengar itu langsung memberikan kode pada chef yang Sasuke percaya untuk membuat apa yang Sakura inginkan.

"Aku akan makan roti saja." Seolah tau apa yang akan Sasuke katakan selanjutnya, gadis itu lebih dulu mengatakannya.

Sambil mengolesi selai strawberry pada roti Sakura sekali-kali melihat ke arah Sarada yang juga tengah melihatnya.
"Bibi tidak menyukai nasi goreng?" Sarada menatap manik mata Sakura.

My Beautiful Doctor [On Going]Where stories live. Discover now