Satu | Awal

93 24 6
                                    



"Titip Anya ya Chan..."

"Engga engga, kita harus jagain Anya bareng bareng bang"

"Anggep aja Anya anak kamu sendiri"

"Bang Bangun Bang, engga Bang jangan tinggalin Haechan"

                           ~Papa~

"Mas, liat" Perempuan cantik itu keluar dari kamar mandi dan ia langsung menyodorkan benda panjang dan kecil, bisa dibilang tespact yang bergaris dua merah . Yaa alat untuk mengecek kehamilan itu menunjukkan positif.

Laki laki yang bersama nya saat itu langsung memasang muka kecewa, ya itu salahnya.

"Mas aku takut" Perempuan yang bernama Ayu itu ikut menunduk dan mulai menangis.

Lelaki bernama Dio itu langsung memeluk kekasihnya dan mengusap rambut Ayu pelan, seakan berbicara ga apa apa gausah takut.

"Nanti aku bakal tanggung jawab kok, dan bilang ke orang tua kamu" Lalu Ayu menjawab dengan anggukan.

Kalo aja Dio waktu itu engga ikutin nafsu, mungkin Ayu gaakan hamil dan masalah ga gabakal runyam seperti ini. Namanya juga takdir.

Sesampainya Dio dan Ayu di rumah Ayu, mereka berdua langsung masuk dan menemui kedua orang tua Ayu.

Jangan tanya seberapa berdebarnya jantung Dio dan Ayu ketika ingin menemui kedua orangtua Ayu, bahkan Ayu saja sampai gemeteran.

"Eh ada nak Dio" Sambut sang Yuna yang merupakan Mama dari Ayu. Mereka berdua disambut dengan senyum ramah Mama nya Ayu, yang menurut Dio malah tambah menyeramkan.

"Loh? kenapa bengong? Ayo duduk, biasanya aja langsung duduk ah" Kekeh Yuna kepada kedua muda mudi disampingnya.

"Eh iya tante" Ucap Dio dengan senyum terpaksa, dan gugup.

"Mau Mamah bikinin apa? jus? sirup? atau buah aja?" Tawar Yuna.

"Gausah mah, Dio sama Ayu pengen ngomong sesuatu" Ayu langsung menunduk, jantung nya sudah berdegup kencang 5x lipat rasanya ia ingin lenyap dari situasi ini.

"Ngomong apa?"

"Em gini tan, bulan lalu Dio sama sekali ga sengaja ngikutin nafsu-"

"Maksud kamu nak?"

"J- jadi Dio ga sengaja-"

"Ayu hamil mah, udah 2 minggu." Potong gadis itu, gemeteran? jangan tanya, Ayu saja hampir menangis.

Senyum Yuna memudar, dan mata nya menatap kedua anak itu seperti meminta kejelasan.

Setelah kedua nya menceritakan semuanya dari awal, Yuna hanya menatap datar kedua nya, ia kecewa, sangat kecewa, mana ada ibu yang tidak kecewa jika anak nya di hamili? walau Dio sudah bilang dia akan bertanggung jawab tetapi tetap saja Yuna sangat amat kecewa, malahan tadi hampir saja ia mau memukul Dio tetapi ditahan oleh putri nya.

Sekarang Dio lagi di jalan pulang kerumah nya, frustasi sekali dia hari ini, ya memang benar salahnya dia, tetapi dia bisa apa kalo takdir sudah berkata seperti itu.

Sesampainya dirumah, ia langsung disambut adiknya, apalagi kalo bukan meminta untuk membantu adiknya mengerjakan PR.

"Bang biasa" Adiknya, Haechan, hanya menyengir dan meminta seperti biasa. Dio mengabaikan adiknya dan langsung masuk ke kamarnya.

Papa - Haechan Where stories live. Discover now