PROLOGUE

8 3 0
                                    

"Kamu adalah salah satu alasan untuk aku bertahan, di tengah-tengah kehidupanku yang sedang tidak baik-baik saja,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu adalah salah satu alasan untuk aku bertahan, di tengah-tengah kehidupanku yang sedang tidak baik-baik saja,"

-Jisha

"Bahuku siap untuk jadi sandaranmu ketika kamu lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bahuku siap untuk jadi sandaranmu ketika kamu lelah. Telinga siap mendengar ketika kamu berkeluh kesah. Tangan yang siap menggenggam ketika kamu hampir menyerah,"

-Askeanio

🍁

"Pagi mah, pah," sapa Jisha, si anak tunggal dari keluarga kaya raya.

Gadis itu menggeser kursinya lalu duduk disana. Tangannya terulur mengambil sepotong roti tawar kemudian ia oleskan dengan cokelat nutela.

Gadis itu menatap kedua orang tua yang sibuk dengan tab dan laptop masing-masing. Jari putih milik ibunya mengetik dengan lincah di tab. Mata Jisha beralih pada ayahnya yang sibuk mengutak-atik keyboard laptop.

"Kalian dengerin Jisha ngomong gak sih?" kesalnya membuat orang tua itu mendongak menatapnya. "Setiap pagi kalian ngacuhin anak kalian sendiri!"

Teanaㅡibu Jisha menghela nafas lelah, "sayang gak gitu, kamiㅡ"

"Kami sibuk nyari uang buat kebutuhan kamu, gitu?" Potong Jisha cepat menatap elang pada ibunya yang diam, "setiap kali Jisha negur, kalimat itu terus yang kalian keluarin dari mulut kalian! Jisha pengen marah, Jisha suka cemburu sama tab yang sering ibu pegang, yang sering ibu jaga dengan baik."

"Jisha cemburu sama anak-anak di luaran sana yang mendapatkan kasih sayang dari ibu dan ayahnya! Jisha suka kesel sama guru yang nanya, kenapa aku kurang ajar apa gak pernah di ajarin sama orang tuanya?! Dan sialnya itu bener!" Jisha memukul meja kaca itu dengan keras membuat beberapa benda di atas sana berbunyi nyaring.

Jisha menyampirkan tasnya di sisi bahu kanannya lalu pergi dari sana tanpa memperdulikan terikan dari ayahnya.

Gadis itu membuka pintu mobilnya lalu menutupnya dengan keras. Ia menancapkan gas dengan kecepatan tinggi, meninggalkan komplek rumahnya.

Sampainya di gerbang sekolah, gadis terus memencet klaksonnya ketika ada siswa lain yang menghalangi jalannya. Membuat beberapa orang mengumpat kesal karena ulahnya, siapa yang tak kaget jika di klakson seperti itu?

Jisha buru-buru keluar dari mobilnya dan pergi ke kelasnya. Sampainya di sana ia melihat Diana bersama pacar gadis itu. Diana adalah teman satu-satunya di sekolah.

Diana yang melihat wajah datar Jisha yang bisa menghela nafasnya. Sudah bisa ia tebak pasti ada masalah lagi pagi ini.

"Bye," satu kata yang Jisha dengar dari mulut Dioga. Iya, lelaki itu pamit pergi dari kelas Diana.

Diana melambaikan tangannya lalu beralih pada Jisha yang sudah duduk di samping kirinya. "Ada masalah lagi?" tanya gadis itu.

Jisha mengedikkan bahunya, "biasa,"

"Udah gak usah gelo-gelo, mending ngantin yuk. Bu Yuyu gak masuk pagi ini, bikos lagi ngikutin lomba menari di sulteng lho, ampe minggu depan," jelas Diana panjang lebar.

Jisha langsung beranjak tanpa mengeluarkan satu katapun, membuat Diana berdecak kesal.

"Gitu aja terus ninggalin gue!" gerutunya lalu mengambil kaca mini di tas ranselnya setelah ia menyusul Jisha yang sudah mau menuruni tangga.

Langkah Diana terhenti ketika melihat Jisha terduduk di anak tangga. Matanya melebar, "ya Allah nih anak kebiasaan!" omel Diana.

"So-sorry," ucap lelaki yang berdiri tepat di depan Jisha.

"Lo apain Jisha!" pekik Diana dengan suara krempengnya membuat Jisha berdecak kesal.

Jisha berdiri dengan di bantu oleh Diana.

"Lo gak apa-apa?" tanya lelaki itu.

Jisha membaca name tag lelaki itu lalu beralih pada wajahnya. "Gara-gara lo lutut gue memar!"

Diana menatap lelaki yang tak sengaja menabrak sahabatnya. Ya ampun, ciptaan mana lagi yang kau dustakan. Batin Diana dengan menganga lebar.

Lelaki itu menggaruk kepalanya yang tak gatal karena melihat reaksi Diana yang berlebihan.

"Hai, gue Diana," Diana mengulurkan tangannya tapi dengan gaya yang masih sama.

Lelaki itu menerima uluran tangan Diana, "Keano,"

Diana tersenyum lalu beralih pada Jisha yang sudah menatapnya datar. Gadis itu menyengir, "ini Jisha, sahabat gue. Orangnya galak," bisik Diana di kalimat akhir.

"Gak usah bisik-bisik, masih bisa gue denger," Jisha bersedekap dada.

"Mau gue obatin lukanya?" Tawar Keano tapi Jisha menggeleng.

"Gak usah,"

-T B C-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M LONELYWhere stories live. Discover now