15

3K 552 126
                                    

ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

.
.
.

Sang mentari menyapa bumi dengan sinarnya yang hangat. Kicauan burung ikut menyambut datangnya hari baru. Langit tampak kebiru-biruan disertai dengan kabut tipis yang membutakan. Semilir angin sepoi-sepoi bertiup menggoyangkan dahan pepohonan, membuat embun menetes membasahi tanah yang tandus.

Seorang gadis tengah berkutat sibuk di sebuah dapur minimalis, dengan apron yang melekat pada tubuhnya. Rambut panjangnya dikucir tinggi namun masih menyisakan beberapa anak rambut.

Bau harum masakan tercium sangat lezat. Menggugah indra penciuman yang cukup sensitif.

[Name] menghela nafas pelan sambil menyeka keringat yang bercucuran di pelipisnya. Tangannya masih setia mengaduk masakan yang hampir matang didepannya. [Name] menoleh perlahan lantaran mendengar suara langkah kaki.

"Kau sudah bangun?" tanyanya.

Yang ditanya hanya menatapnya bingung. Mengerjap pelan sambil menunggu otaknya sedikit terkoneksi.  Kakinya berjalan mendekat dengan tangan yang memegang tembok untuk menjaga keseimbangannya.

"Sedang apa disini... ?"

[Name] mengernyit bingung, lalu menghentikan sementara aktivitas memasaknya. Ia meletakkan tangannya didepan dada sambil menatap pria dihadapannya dengan kesal. "Menurutmu apa yang kulakukan dirumahku sendiri, Mitsuya?" ketusnya.

Laki-laki, Mitsuya terbelalak kaget. Detik berikutnya matanya terbuka lebar sambil menatap sekelilingnya. "Aku dirumahmu?!"

"Hm, begitulah."

"Apa yang terjadi?"

"Aku yakin kau masih cukup mampu untuk mengingat apa yang terjadi, Mitsuya."

Mitsuya terdiam. Berusaha memutar kembali ingatannya atas kejadian yang menimpanya. [Name] menggeleng pelan sambil menuju meja makan yang tak jauh dari posisinya. Menuangkan segelas air putih lalu memberikannya pada Mitsuya.

"Kemarilah, minum ini," titah [Name] sambil menunjuk gelas berisi air putih dengan dagunya. Mitsuya hanya menurutinya. Ia mendudukkan tubuhnya dikursi yang berhadapan dengan [Name].

Mitsuya meneguk segelas air putih itu dengan cepat, karena kebetulan ia sedang haus. Setelahnya, ia menatap ragu [Name]. "Ano... "

"Lukamu masih sakit? " tanya [Name] memotong ucapan Mitsuya. Mengalihkannya pada topik lain. "Huh? Ah itu, yeah sudah sedikit membaik," jawabnya.

[Name] mengangguk paham. Keduanya kembali hening sampai Mitsuya kembali berbicara. "[Name]-chan, tentang hari itu... "

"Aku enggan membahasnya, Mitsuya."

"Tapi kita perlu membahasnya."

"Kupikir, itu sudah tidak perlu."

"[Name]-chan.... "

[Name] berkata, "Mitsuya, kau tidak perlu berusaha sekeras ini. Kita tidak perlu memulai sesuatu yang mungkin bisa menyakiti orang lain."

Mitsuya mengernyit bingung, "Maksudmu?" tanyanya.

[Name] tidak menyahut. Ia langsung berdiri dari duduknya, melanjutkan aktivitas memasaknya yang tertunda. Melihat hal itu, Mitsuya menghela nafas bingung. Namun ia tak ingin menyerah begitu saja.

Matanya menatap [Name] yang berdiri memunggunginya. Mitsuya beranjak dari posisinya dan melangkah mendekati [Name]. Kakinya berhenti tak jauh dari tubuh [Name], menatap sendu punggung sang gadis.

"Aku mencintaimu."

Singkat, jelas, padat.

Perkataannya barusan mampu membuat [Name] terkejut. Tangannya yang semula bergerak mengaduk masakan, tiba-tiba terhenti sejenak. Bukan apa-apa, namun [Name] hanya tidak menyangka Mitsuya akan mengungkapkannya disaat seperti ini.

✔ ❝Takashi Mitsuya X Reader - Boyfriend Series Where stories live. Discover now