01

7.4K 1K 128
                                    

ˏˋ°•*⁀➷

.
.
.

Sore itu cuaca tampak lebih mendung daripada biasanya. Sinar matahari tertutup oleh gumpalan awan gelap yang sepertinya menandakan datangnya hujan. Shimizu [Name] mempercepat langkahnya menuju ke rumah. Tangan kanannya membawa kantong belanja supermarket, sedangkan tangan kirinya memegangi tas selempang kecil berwarna putih.

Kepalanya menengadah menatap langit yang semakin gelap. Manik hijau zamrud miliknya mengerjap pelan, dan sesekali surai kecokelatannya tersibak angin.

"Kalau sampai hujan, repot nih."

Di tengah-tengah kepanikannya, keningnya mencetak sebuah kerutan bingung. Di depan sana, matanya melihat seorang pria yang tengah terkapar tidak berdaya di tengah jalan. [Name] semakin mempercepat langkahnya untuk mendekatinya.

Sesudahnya itu, matanya terbelalak kaget. Sebelah tangannya menutup mulutnya saking kagetnya. Bagaimana tidak? Pasalnya, pria itu tergeletak dengan luka lebam hampir di seluruh tubuhnya. Bahkan terdapat bekas darah yang telah mengering di pelipis. Tangannya menggoncang pelan tubuh pria itu, berharap dapat membangunkannya. Tapi sayangnya cara itu tidak berhasil.

[Name] berjongkok di sebelah pria itu tergeletak. Sejujurnya, saat ini dia sangat bingung harus berbuat apa. Namun beberapa saat kemudian, matanya mengerjap beberapa kali seakan menyadari sesuatu.

"Toppoku ini.... " gumamnya lirih.

"Touman!" pekiknya dalam hati.

"Sekarang aku harus apa? Menelepon polisi? Ambulans? Membawanya ke rumah sakit? Oh itu gila, aku tidak bisa" ujarnya panik.

Selagi itu, tangannya juga tidak berhenti menggoncang tubuh pria itu.

"Hei, permisi. Kau sungguh pingsan ya? Kenapa kau tidak memilih tempat yang sedikit lebih baik sih?" gerutunya tidak jelas.

Hingga akhirnya tak lama setelah itu, terdengar seruan beberapa orang pria bertubuh besar dengan tatto disekujur tubuhnya.

[Name] melotot kaget. Ia menjatuhkan kantong belanjanya begitu saja. "Oh ayolah, aku tidak ingin mati muda karena menolong pria ini. Tapi mana mungkin aku meninggalkannya sendirian disini."

[Name] dibuat kaget dua kali ketika pria diujung jalan sana semakin mendekat. "Seragam itu... " gumamnya.  Dengan cepat ia menggeleng, hatinya memutuskan untuk tetap menolong pria tidak dikenal ini.

Pandangan [Name] mengedar di lingkungan sekitarnya untuk mencari tempat persembunyian sementara. Selama beberapa saat panik, akhirnya [Name] menemukan sebuah tempat yang cocok. Sebuah gang kecil yang tak jauh dari posisinya berada.

"Benar, aku harus sembunyi disana," ucapnya bermonolog. Dengan cekatan, ia membopong sebelah tangan pria itu dan membawanya bersembunyi.

"Aduh, berat sekali. Memangnya dia ini makan besi atau gimana sih?!"

Dengan terseret-seret, akhirnya [Name] mampu membawa pria itu ikut bersembunyi dengannya. Nafasnya terengah-engah, dan badannya dibiarkan menyender ke tembok. Pas sekali, para pria menyeramkan tadi sampai.

"Kemana dia pergi?" tanya salah satu pria sambil memikul tongkat pemukul dari besi. [Name] menutup mulutnya, berusaha untuk tidak membuat suara yang nantinya dapat merugikan dirinya.

"Tadi aku yakin dia ada disini. Tidak mungkin dia bisa melarikan diri. Aku sudah membuatnya babak belur."

"Kalau begitu, mana buktinya, huh? Tidak ada siapa-siapa disini."

✔ ❝Takashi Mitsuya X Reader - Boyfriend Series Where stories live. Discover now