03

4.3K 860 77
                                    

*ੈ✩‧₊˚

.
.
.

Keesokan harinya, [Name] menjalani kehidupannya seperti biasa. Ia bangun pagi seperti biasa lalu berkutat di dapur membuat sarapan.

Lingkaran hitam dibawah matanya menunjukkan bahwa gadis itu baru saja begadang tadi malam. Salahkan saja dirinya yang tak tahu ada tugas dengan deadline semalam.

[Name] seringkali menguap karena saking mengantuknya. Bahkan ia sampai salah memasukkan garam kedalam masukannya.

"Kakak?"

[Name] tersentak mendengar suara anak laki-laki dari belakangnya. Kemudian [Name] mengulas senyum hangat. "Hiro-kun, sudah bangun?"

Shimizu Hiro, adik laki-laki [Name] mengucek matanya yang gatal. Hiro mendudukkan tubuhnya di kursi makan sambil membalas senyuman [Name].

"Kakak bangun kesiangan ya?"

[Name] tertawa cengengesan. "Maaf Hiro-kun. Tadi malam aku begadang mengerjakan tugas."

"Jangan terlalu sering begadang. Itu tidak baik. Begitulah yang Ibu katakan padaku."

"Ha'i Ha'i, lain kali aku tidak akan begitu" ucap [Name] sambil membawa masakannya yang telah matang ke meja makan.

"Ini, makanlah. Lalu setelah bergegaslah mandi. Aku akan membersihkan rumah terlebih dahulu."

Shimizu [Name] hanya hidup berdua bersama adiknya. Ayahnya merupakan korban pembunuhan 10 tahun yang lalu. Sedangkan ibunya yang seorang dokter meninggal dalam kecelakaan beruntun 2 tahun yang lalu. Meskipun [Name] mendapatkan warisan yang lebih dari cukup, ia memutuskan untuk kerja sambilan di sebuah cafe terkenal di tengah kota.

Selain itu, [Name] juga berjuang untuk bisa mendapatkan beasiswa. [Name] selalu mendahulukan kebutuhan Hiro daripada kebutuhannya sendiri. Yang dipikirkannya hanya bagaimana agar Hiro bisa hidup lebih baik.

Helaan nafas terdengar begitu melelahkan dari [Name]. Tangannya meletakkan kembali sapu yang baru saja digunakannya. Saat hendak kembali ke dalam, matanya tertuju pada kalender yang add di sebelah kanannya.

"Uhm? Sebentar lagi Hiro ulang tahun, ya?" gumamnya lirih.

"Hiro-kun?" panggil [Name] pada sang adik yang masih berkutat dengan sarapan.

"Ya?"

[Name] duduk dihadapan Hiro sambil menumpu dagunya dengan kedua tangannya. Tanpa mengucap sepatah kata, [Name] hanya sibuk memandangi Hiro dengan aktivitas makannya.

Hiro mengernyit tak nyaman ketika dipandangi seperti itu oleh [Name]. "Kakak ini apa-apaan? Kalau ingin mengatakan sesuatu, ya tinggal katakan saja. "

Namun sepertinya [Name] tidak menggubris ucapan Hiro. Ia tetap melanjutkan aktivitas menatap Hiro dengan intens. Hingga akhirnya, Hiro kehilangan kesabarannya dan meletakkan sendok yang dipegangnya.

"Berhenti menatapku seperti itu. Kakak itu kenapa?" ketusnya merasa kesal.

[Name] tertawa kecil. Ia memajukan tubuhnya dan mencubit kedua pipi Hiro dengan gemas. "Tampan sekali adik kecilku ini. Kau pasti jadi anak populer saat dewasa nanti."

✔ ❝Takashi Mitsuya X Reader - Boyfriend Series Where stories live. Discover now