****

Cahya merebahkan dirinya di kasur setelah mandi sore. Matanya menatap langit-langit melamun. Rival, nama itu yang akhir-akhir ini selalu mengusik pikirannya.

"Hobi banget tuh orang ada di pikiran gue," gerutu Cahya lalu mengambil ponselnya di nakas karena terdengar notifikasi pesan.

Rivalgembels

Nggak lecet kan?

Anda

Gak

Rivalgembels

Hm. Dia tadi natap lo berapa detik?

Cahya mengembuskan napasnya lelah. Rival ini makin ke sini makin posesif.

Anda

Nggak ngitung

Rivalgembels

Lo gimana sih?! Ada lebih dari lima detik nggak kira-kira?!

Anda

Gak

Rivalgembels

Cay,

Anda

Apa?!

Rivalgembels

Jangan berpaling, ya?

Cahya lebih memilih untuk membacanya saja. Ia tak tahu mengapa Rival tiba-tiba mengatakan itu. Bapernya bukan main. Cahya merasa Rival benar-benar sudah mencintainya dan tidak ingin kehilangannya.

Notifikasi pesan kembali terdengar. Cahya langsung membukanya ketika nama Rival tertera.

Rivalgembels

Sorry, hp gue dibajak Lego. Dia yang bales pesan lo dari tadi.

Lagi-lagi setelah diterbangkan setinggi mungkin lalu langsung dijatuhkan. Cahya cemberut. Sudah biasa merasakan ini. Rival memang mahluk yang pandai memancing emosi

Rivalgembels

GUE TEBAK TADI LO BAPER YA? WKAKAKA PADAHAL LEGO YANG NGIRIM.

Cahya langsung menekan tombol blokir karena terlanjur kesal. Ia memaki Rival terus-menerus.

"Gila nih orang! Nggak kehabisan cara!" gumam Cahya saat tahu Rival mengiriminya pesan lewat email.

RivalAntergio_ : BUKA BLOKIRANNYA SILAU!
Rival Antergio_ : Ini perintah! Gue banting lo kalo nggak dibuka.
Rivalantergio_ : BUKA YANG! ASTAGA. KENAWHY LO BLOKIR WHATSAPP GUE?!

Cahya mengabaikannya karena masih sebal. Begitu banyak pesan yang dikirim Rival lewat email. Cowok itu sepertinya tidak ada lelah-lelahnya meneror dengan pesan.

"Gue aduin Papa Bumi tau rasa lo!"

Setengah jam berlalu baru Rival berhenti mengiriminya pesan. Cahya bernapas lega, akhirnya cowok itu lelah juga.

Cahya menoleh ke arah pintu kamarnya ketika tahu dibuka secara paksa. "Kenapa ke sini, Bang? Ketuk dulu kek lain kali, jangan langsung nyelonong."

Guntur datang dengan memakai kaos hitam oblong dan kolor bergambar Spiderman. Tangannya juga menenteng beberapa plastik berukuran agak besar.

"Nih." Guntur langsung meletakkan empat plastik agak besar itu ke ranjang Cahya. "Dari Rival. Sogokan buat buka blokiran." Rival baru saja pergi setelah memberikannya ini untuk Cahya lewat perantaranya karena memang cowok itu masih dalam masa hukuman.

Cahya tersenyum girang lalu membuka plastik itu dengan cepat. Mulutnya melongo ketika tahu begitu banyak macam-macam camilan di sana. Satu plastik berisi permen yupi kesukaannya, satu plastik lagi berisi yogurt, satu plastik lagi yang paling besar berisi Red Velvet, Pizza, Ayam bakar, dan ceker pedas. Cahya bahagia bukan main, ternyata cara Rival benar-benar menakjubkan ketika membujuknya.

"Lo pake pelet apa dah? Rival sampe segitunya," tanya Guntur heran. Rival benar-benar bucin kepada adiknya, padahal sebelumnya Rival itu playboy.

"Nggak pake pelet. Pesona gue aja udah membahana, Bang."

Guntur memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan Cahya yang sedang membongkar plastik.

"Yah, malah pergi tuh orang. Padahal gue mau bagi-bagi camilan."

Cahya membuka ponselnya lalu membaca pesan email lagi dari Rival yang paling baru.

RivalAntergio_ : Sekarang buka blokirannya! GUE DOAIN SAKIT PERUT KALO NGGAK DIBUKA.

Cahya tersenyum geli membaca itu lalu mulai mengetikkan pesan balasan.

CahyaAmika_ : Lo kenapa bisa seromantis ini sih? Abis kejedot apa? Atau abis kesurupan? Btw, sangkyuuuu camilannya ... lain kali sabilah ditambahin saham sama duit segepok.

Kebiasaan Cahya, sudah dikasih jantung malah minta hati.

****

Hari ini hukuman Rival sudah selesai. Cahya ikut bahagia, akhirnya ia bebas bisa berdekatan dengan Rival. Untuk menyambut hari ini, Cahya sengaja menunggu Rival di parkiran sendirian.

"Semua cowok sama aja, ya," gumam Cahya ketika tahu Rival datang lagi bersama Sela. Cewek itu duduk manis di jok belakang Ducati Rival. Mood Cahya berubah buruk.

"Nggak penting banget gue di sini," gumam Cahya lalu berniat pergi.

Rival yang baru saja menyandarkan motornya langsung mengejar Cahya lalu mencekal tangannya kuat. "Dengerin gue dulu."

Cahya langsung menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari cekalan Rival. "Alergi gue dipegang sama lo."

"Dengerin gue dulu."

"Nggak penting. Lagian gue fine-fine aja mau lo boncengan siapapun."

Dahi Rival mengernyit. "Kenapa gitu?"

"Positif thinking ajalah, mungkin lo jadi tukang ojek."

Rival menggeleng tegas. "Gue kasihan sama Sela. Motornya masih rusak, Cay." Rival menjelaskan. Tadi, sebelum itu juga Rival menawari Cahya untuk berangkat bersamanya, tapi cewek itu menolak karena memilih diantara Ellgar.

"Yang dibilang Rival bener, Cay. Gue yang minta tolong sama dia karena motor gue masih di bengkel." Sela yang baru saja datang ikut menyahut.

Cahya menatap Sela sinis. Bibirnya tersenyum miring, persis seperti aktris antagonis yang ada di TV.

"Kasihan. Cantik-cantik gaptek, mana kere lagi. Masa nggak ngerti pesen ojol gimana sampe harus nebeng sama pacar orang."

****

YUHUUU THANK YOU 💓 SEMOGA NGGAK BOSEN HAHAHAHA. JANGAN LUPA TEKAN BINTANG YA.

BIG LOVE❤️❤️❤️
FANS BANGET SAMA RIVAL, APALAGI KALO UDAH NGEBUCIN WKWKW.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now