"Bicara lah nak ayah siap mendengarkan keluh kesahmu," ucapnya seraya mengelus puncuk kepalaku yang tertutup jilbab

Aku tersentak kaget aku pun menarik nafas dan seraya berkata,"Ayah mungkin sudah tau apa masalah azra saat ini,"ucapku menunduk.

Afwan sembari tadi mendengar kan ucapan putri nya pun berfikir kata-kata apa yang pantas ia ucapkan agar putri satu-satunya ini mau mendengarkan dan melupakan kejadian dua hari lalu,"Nak, apa kamu tahu tanda-tanda Allah sayang kepada hambanya,"tanyanya seraya menatap putri semata wayangnya.

Aku pun mengangguk. Apakah mungkin kejadian yang menimpah diriku adalah tanda Allah sayang kepada hambanya?

"Kamu tahu coba sebutkan ayah ingin mendengar kan langsung dari mulutmu,"ujarnya.

Aku pun mengambil nafas dalam-dalam dan berkata,"Tanda-tanda Allah sayang kepada hambanya yang pertama, Allah berikan sebuah kehilangan,kedua Allah berikan kesedihan,ketiga Allah berikan sebuah kesakitan,keempat Allah berikan kesusahan dalam segala hal," ucapku menunduk tidak berani menatap ayahku.

"Apa kamu tahu maksud dari ucapan mu barusan?"

Aku mengangguk faham.

"Lalu apa yang kamu khawatirkan nak?"

Sembari tadi aku hanya mengangguk atas pertanyaan yang dilontarkan ayah untuku aku tidak tahu harus berkata  apa, semua yang ayah ucapkan benar, mungkin aku yang terlalu bodoh memikirkan orang yang telah meninggalkan ku tanpa sebab.

"Maaf ayah," ucapku lirih.

"Tidak apa-apa nak,"ucapnya sembari memelukku

"Yah kopinya nya diminum dulu,"ucap ibu sembari memberikan kopi kepada ayah.

Aku beralih melepaskan pelukan ku dari ayah dan duduk disamping ibu"udah sholat Ra?"

Aku seraya mengangguk.

"Alhamdulillah"ucap ibu mengelus puncuk kepalaku.

"Kalok gitu azra kedapur dulu mau ngambil minum"ucapku berjalan kearah dapur.

"Assalamualaikum"ucap seseorang dari luar langkahku terhenti.

"Siapa yang bertamu siang bolong seperti ini"tanyaku menatap ayah dan ibu.

"Entah biar ibu buka"ucapnya seraya beranjak pergi kearah pintu.

Aku pun melanjutkan jalanku kedapur untuk mengambil minum.

"Wa'alaikumussalam"ucapnya membuka pintu.

"Eeh nak arifah udah pulang dari jawa?"

"Sudah bu"ucapnya menyalami ibu.

"Siapa bu?" kata Azra

"Ini nak Ar...."

"Arifah ya Allah aku kangen banget sama kamu, kamu pulang nggak ngabarin aku," ucapku memotong ucapan ibu.

Arifah terkekeh melihat tingkah Azra yang kelewatan seperti anak kecil," Udah Ra arifah nya ajak masuk."

"Ayok masuk," ucapku menarik tangan arifah.

Mereka semua duduk di ruang keluarga dan berbincang banyak hal,"Bagaimana kabar ibu dan ayahmu nak arifah,"tanya ibu.

"Alhamdulillah baik Bu."

"Alhamdulillah."

"Saya dengar Azra habis dikhitbah seseorang"tanyanya,  " kamu gitu nggak ngabarin aku Iih sebel aku sama kamu apa kamu udah nggak anggap aku sahabat,"tanyanya sembari menatapku.

"Bukan nggak ngabarin tapi...."

"Tapi apa bener kan kamu mah jahat ra," ucapnya memalingkan wajah.

"Kamu mah baru mau dijawab udah nerocos terus,gimana mau ngomong kalok kamunya aja nggak berhenti nerocos,"ucapku kesal

Arifah yang tidak merasa bersalah pun hanya memperlihatkan deretan giginya,"maaf ya udah sekarang jawab dari pada aku nerocos terus kan"ucapnya

"Dikamar aja ya nggak enak disini kurang leluasa gitu"ucapku Manarik tangan arifah masuk kedalam kamarku.

"Jadi"tanyanya.

"Jadi setelah dia ngekhitbah aku dia pergi," ucapku lirih.

"Apa kok bisa dia pergi?"

"Dia nitipin surat dan setelah itu dia pergi, orang tuanya aja ngga mau ngasih tau ke aku dia pergi kemana,dan isi surat itu dia nggak bisa ngelanjutin acara itu,"ucapku menatap arifah seraya berkaca-kaca

Arifah menatap azra sendu,kasian Azra pasti hatinya sakit. Mungkin Allah sedang menyiapkan  jodoh terbaik untuk azra,"kamu yang sabar ya ra mungkin dia bukan jodohmu,siapa tau Allah menyiapkan orang yang lebih baik dari dia kamu yang sabar. Allah sayang kepada hambanya yang mau bersabar dalam menghadapi masalah," ucapnya sembari memeluk ku

Aku mengangguk,aku bersyukur aku masih dikelilingi orang-orang yang baik hatinya,parasnya,  seperti kamu fah,kamu memang sahabat terbaikku.

*****

Lampung,20 Mei 2021

Luka dan Takdirku (Hiatus)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora