"Apa kau bilang dasar anak kurang ajar?!" Teriak ayahnya dan mengambil sebuah tongkat di dekatnya dan memukuli pipi Sukuna, Sukuna terdiam dan menerimanya, tetap berada di tempatnya bahkan saat ayahnya tanpa belas kasihan melukainya. Menatap dengan tatapan tajam dengan pipinya yang masih memerah karena dipukuli ayah nya. Ayahnya tampak sangat marah, Karena mengira kalau Sukuna sudah melawannya.

"Kau melawanku ayahmu sendiri Sukuna?!" Teriak ayah nya merasa kesal karena sudah memiliki anak yang nakal.

"Ayah sendiri yang tidak pernah percaya padaku..,!" Teriak Sukuna dengan nada ditekankan dan Sukuna memiringkan wajah nya dengan seringaian sinis.

"Ayah lebih mempercayai paman yang bahkan sangat membenci ku, Ayah tidak pernah sekalipun mencoba berada disisiku.., haha apa itu yang bisa disebut sebagai ayah?" Seru sukuna dengan nada mengejeknya, Ayahnya kesal dan kembali memukuli keras pipi kiri Sukuna. Namun sukuna masih tetap bertahan, dan menatapnya dengan senyuman merendahkan. Sukuna menatap berani Sosok ayahnya, Ayah yang bertingkah seperti bukan ayah. Dan hanya mempercayai orang yang di sayangi nya saja, Sukuna bukanlah termasuk itu. Ayah tidak pernah sekalipun menyayangi Sukuna, sehingga saat ada celah. Ayah selalu berusaha mencurigainya, hingga ayahnya sangat membencinya.

"Jangan kau katakan itu anak bandel! Pamanmu itu sangat mencintaimu! Kau sendiri yang merusak kepercayaan kami!" teriak ayahnya, orang tua selalu benar. Namun dalam kasus Sukuna, Sukuna ingin tertawa, orang tuanya bahkan tidak pantas disebut sebagai orang tua. Dibalik reputasinya, mereka jauh lebih buruk dari binatang.

Bahkan binatang saja tidak akan menyakiti anak mereka sendiri.

"Haha, ayah begitu bodoh. Ayah tidak pernah sekalipun berada di sisiku. Apa yang ayah mengerti?" Seru sukuna mengusap darah yang mengalir di bibirnya, bekas pukulan yang menyakitkan.

"Jangan bicara lagi!" Kesal ayahnya mengenggam erat tangannya yang memegang tongkat itu. Ayahnya menahan kemarahannya, namun bukan kah ayah sudah memukuli nya?

Dasar munafik.

"Kenapa? Apa ayah takut kalau aku mengatakan kalau ayah tidak pernah sekalipun mencoba untuk menjadi ayahku?" Seru sukuna tersenyum meledek. Sukuna ingin tertawa, merasa seluruh dunianya seakan bergerak ke arah lain dan menjadi sangat kacau. Sekalian saja Sukuna akan berbuat semaunya dan membuatnya menjadi semakin hancur, lagipula semuanya sudah sangat berantakan bukan? Sukuna juga sudah terlalu lelah untuk hanya berdiam diri dan menerima semuanya. Karena keluarga nya sendiri tidak menginginkan itu, mereka yang melakukannya dan membuat Sukuna seperti ini. Menjadi se-hancur-hancurnya.

Mereka sendiri sudah Kotor.

Ayah.

Ibu.

Paman.

Semuanya.

Sukuna rasanya ingin sekali menertawakan dirinya sendiri yang mengalami nasib seperti ini, nasib yang membencinya. Sama seperti orang yang ada di sekitarnya, mereka membenci nya dan menganggapnya buruk dan tidak lebih dari sampah.

Sekalian saja. Sukuna akan menjadi lebih buruk seperti yang mereka pikirkan tentangnya.

Plak!

Ayahnya kali ini memukul wajahnya dengan tongkat itu tanpa belas kasihan, bahkan tongkat itu patah. Sukuna hanya terdiam. Merasakan waktu yang seakan terhenti sejenak. Tetesan darah yang perlahan mengalir membasahi lantai dan wajah Sukuna. Rasa sakit yang bahkan terasa familiar, Sukuna hanya memiringkan wajahnya dan tersenyum tipis pada Ayahnya.

"Kau menjijikkan, Aku sangatlah membencimu. Aku harap kau menghilang saja dari dunia ini!" Katanya keras dengan penuh kebencian, Sukuna hanya diam, menatap mata yang menatapnya tidak lebih dari sampah. Entah kenapa Sukuna hanya merasa kosong, kebencian meliputi nya, mencari siapa yang bersalah dan siapa yang sebenarnya dianggap menjijikan, dirinya? Semua ini bermula dari ayahnya, dan dari mereka sendiri. Sebelumnya Sukuna tidak pernah seperti ini, dan mereka mengajarkannya.

Daikirai (Happiness To Sukuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang