39 || Rumah Untuk Lingga

Mulai dari awal
                                    

Bara langsung memasang wajah garangnya, karena Zevan menganggu acara menontoni Lingga.

"Apa?" Sentaknya.

Zevan berdecak, mendapatkan respon galak dari temannya itu. Tapi dia tidak menanggapi lebih sebaliknya dia merapatkan tubuhnya mendekat ke arah Bara, membuat Bara langsung bergerak menjauh dengan jijik.

"Diem dulu Bar elah! Aing rek nanya ieu!!"

Bara yang mendengar bahasa asing keluar dari mulut Zevan, langsung terhenti, dia tidak mengerti.

Zevan yang melihat langsung tidak menyia-nyiakannya dan mendekati Bara lagi. Kali ini tangannya menahan tangan Bara agar tidak lari.

Bara yang sadar langsung saja memberontak tapi tidak jadi begitu Zevan berbisik.

"Masalah Genta gimana udah beres?. Denger dari anak-anak katanya peradilannya di undur?"

Bara kira apa, ternyata masalah Genta. Semenjak kejadian itu juga Bara dan Tara tidak pernah meninggalkan Lingga sendirian lagi walaupun Genta sudah ditangkap tapi tetap saja insiden seminggu lalu masih melekat sekali di benak mereka. Dari kejadian itu juga telah membuat Bara menjadi lebih berhati-hati lagi terhadap orang lain, karena informan yang dimaksud waktu itu adalah sekretarisnya sendiri yang menjual informasi untuk menukarnya dengan Narkoba.

Untung saja Renata juga telah ditangkap dengan bantuan Gara dan anak-anak lainnya. Sehingga Bara bisa lebih tenang sekarang.

Peradilan yang dimaksud Zevan juga adalah peradilan yang diajukan oleh Topan sebagai keluarga dari Visya yang merupakan korban dari kebakaran yang dilakukan oleh Genta dengan motif sebagai percobaan pembunuhan yang dilakukan Genta ke Pele. Ditambah Kasus Lingga dan Pengedar Narkoba sebagai pemberat.

Semuanya sedang dalam proses, Bara juga tidak menyangka Tegar kakaknya Genta langsung menerima begitu saja dan ikut mendukung semua keputusan untuk menghukum adiknya itu. Tegar tidak ikut sama sekali dengan kejahatan yang dilakukannya Genta. Tegar benar-benar tidak tau jika kebutaannya bisa membuat Genta menjadi orang jahat. Bara juga ingat saat sehari setelah insiden itu Tegar datang dengan dibantu pihak kepolisan menemui Bara dan keluarganya, dan Tegar langsung saja berujud meminta maaf sambil terisak.

Bara yang melihat itu bagaimanapun hatinya juga ikut sedih, akan tetapi hukum tetaplah hukum Genta harus diadili. Apalagi bukan dari pihaknya saja tapi ada pihak lain yang menjadi korban.

Tapi atas semua itu juga Bara benar-benar bersyukur setelahnya.

Sambil melihat ke arah depan Bara tersenyum, menyaksikan Lingga sedang tertawa lebar begitu Pele menggendongnya di pundak dan Saga menjaganya dari belakang tampak juga Iky dan Erlang yang duduk di sekitarnya ikut tertawa menyaksikan Pele yang sudah kewalahan menggendong Lingga.

Bara yang telah lama berlarut dengan pikirannya berbalik kini menghadap Zevan yang juga sedang menatap ke arah Lingga, sepertinya Zevan juga lupa dengan pertanyaannya karena lama sekali Bara bergelut dengan pikirannya.

"Van, mau diundur bagaimanapun gue gak masalah"

Zevan yang tadinya sedang melihat ke arah Lingga, begitu mendengar Bara. Zevan langsung menengok menautkan kedua alisnya bingung dengan respon Bara.

"Maksud Lo, begimana bukannya gak bagus kalo diundur?"

Bara yang sudah kembali melihat ke arah Lingga ,lurus. Menggeleng.

"Gue gak masalah, karena gue yakin banyak yang ngelindungi Lingga mulai sekarang. Dan gue juga yakin Genta juga tau jika sekarang adalah pembayaran atas apa yang telah dia perbuat. Dia gak punya alasan lagi untuk mengelak. Hukum sudah ada di depan mata. Lagipula pihak kepolisian gak bakal berani disuap orang kasus yang sekarang ngelibatin anak kepala BNN. Mau gak mau mereka harus adil."

Rumah Untuk Lingga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang