seventeen

2.3K 176 13
                                    

Silahkan membaca

Jangam lupa ⭐💬

📍

📍

"Kalian ada hubungan spesial ya?" tanya Sarah. Sontak semua yang ada di sana langsung menengok ke arah Andreas yang tengah duduk di samping Vania. Sarah memang ada disana, kesininya bareng Jeffrie. Entah bagaimana anak itu bisa berada disini, tapi jujur Vania muak dengan muka setannya.

Andreas menggeram tertahan mendengar ucapan adik tirinya. Bisa bisanya buat keadaan makin meriah. "Sopan ngomong gitu?" sindir Deolinda. Sarah langsung menunduk.

"Jadi lo yang nolongin Vania. Makanya lo ngibrit duluan. Emang siapa pelakunya?" tanya Satria. Mumed yang berada di sampingnya langsung melirik tajam seseorang. Siapa lagi kalau bukan Jeffrie.

Posisi duduk Mumed itu disamping Jeffrie tapi beda tempat duduk, paham? Pokoknya gitu😆. Masalahnya, Jeffrie sedari tadi nginjek kaki Mumed yang ada dibawah. Kan sakit.

"Setan!" jawab Andreas dan Vania dengan kompak. Keano yang sedari tadi memainkan game di ponsel Vania langsung kaget.

"Ana etan?" (mana setan) Keano menggaruk nggaruk lehernya heran. Kedua orang yang ditanyainya hanya memandang aneh dirinya.

"Ih akak! Ana etan?"

"Gak ada. Cuma bercanda." Keano cemberut. Karena yakin jika pembicaraan teman temannya akan ngawur, Vania akhirnya menitipkan Keano ke tantenya yang baru saja datang. Dan ya, mereka pergi keluar untuk jalan jalan. Tinggalah penghuni anak anak ber- non akhlak di ruangan Vania.

"Jadi? pelakunya, setan?" tanya Putri. Jujur melihat keakraban Vania dan Andreas yang tidak biasa membuat dadanya sesak. Ua merasa cemburu.

"Bukan. Adalah orang. Cuma ya gitu deh, namanya juga titisan setan, mana mau tobat." Andreas melirik Vania dan tersenyum miring.

"Dih, gue curiga ni kalo kalian ada rasa satu sama lain." cibir Didoy. Sontak Jeffrie menggeram tertahan dan dengan sengaja menginjak kaki Mumed yang ada djbawahnya dengan keras. Mumed merasakan sakit yang luar biasa, kaki Jeffrie memang tidak main main. Mau coba?

"Gaklah, kan gue udah ada Putri. Ngapain ke Vania. Toh Vania udah punya cowok." perkataan Andreas membuat semuanya bersiul. Kecuali Jeffrie. Dia menatap tajam Andreas.

"Jangan sok tahu!" Semuanya pun terdiam mendengar ucapan Jeffrie.

Semuanya pun paham akan situasi. akhirnya mereka pergi meninggalkan Jeffrie dan Vania. Sebenarnya Sarah tak mau jika membiarkan mereka berdua di satu ruangan. Tapi mau bagaimana lagi, tatapan Deolinda lebih tajam dan membuat Sarah takut.

Jeffrie menghampiri Vania. Dia duduk di kursi samping Vania. Matanya nampak khawatir. "Kenapa bisa kayak gini?"

Vania tersrnyum tipis. Entah mengapa ia sangat senang jika Jeffrie seperti ini padanya, ya karena dulu Jeffrie tak seperti ini, jadi dia sedikit baper. "Bisalah. Cuma lebam."

"Cuma? Kamu bilang cuma? Ini sakit Van." Vania mengangguk. Tanpa disadari tangannya terulur mengelus rambut Jeffrie. Salahkan tangannya lancang sekali. Tapi Jeffrie tak menolak, justru dia diam saja. Terima jika Vania mengelusnya.

"Gausah khawatir. Habis ini juga sembuh." Jeffrie mendekat ke arah Vania. Dia memeluk Vania dengan hati hati.

Vania kaget. Tapi dia tetap membalas pelukan itu. "Cepet sembuh, cantik." gumam Jeffrie.

👟👟

"Yas, jujur. Lo ada rasa ya sama Vania?"

"Itu itu lagi pertanyaannya. Gak bosen apa! Dibilangin gue gak ada apa apa sama Vania, jangkrik!" Sedari tadi Mumed memang memberi pertanyaan kepada Andreas. Dan pertanyaannya itu itu saja.

"Mumed kenapa sih! Kalau Andreas bilang nggak ya nggak!" sewot Putri. Andreas tersenyum senang.

"Nih, gue suka ama dia. Fiks no kecot!" Mumed memutar bola matanya malas.

"Mau kemana lo?" tanya Deolinda saat Sarah berdiri. Sarah masih melihat sana sini, berharap menemukan Jeffrie.

"Duduk gak lo. Jeffrie paling lagi kisseu sama Vania." ucapan Deolinda membuat Sarah menatap tajam dirinya.

"Apa sih kak? Yang bener kalau ngomong."

Andreas yang sedari tadi menonton akhirnya ikut bicara. "Ya emang bener. Lagian lo kenapa masih ngarepin Jef? Hah? Gak bakal ditrima. Seharusnya lo sadar diri, malu, dah pede bohongin Jef, masih aja nempelin kaya benalu. Mikir lah, disekolahin juga." Semuanya berdecak kagum atas ucapan Andreas. Tak menyangka jika mulut Andreas ada titisan lambe turah.

"Malu gak tuh." ucap Putri seraya menatap kepergian Sarah.

"Malulah masa berak."

"Enggak goblok!"


~Karena cerita ini mau selesai, aku otw keluarin work baru, tapi masih kisah anak remaja, Maka dari itu follow aku biar tau info selanjutnya. Kalau kalian berkenan, yuk atuh mampir😉

~vote dan koment yuk, biar aku cepet up☺

MANTANWhere stories live. Discover now