<(32)> come on!

2.6K 259 16
                                    

(Vote dulu sebelum baca)

Yeji melihat wajah yeonjun yang menunjukkan rasa bahagia, tapi apakah cowok kim itu masih menunjukkan ekspresi sama ketika ia mengatakan ingin mengajaknya pulang ke korea?

Ini sudah hari kedua untuknya di australia, dan waktunya tinggal satu hari lagi.

"Katanya mau kesini? Kenapa malah lihatin aku? Tau kok kalau tampan" ucap yeonjun sambil menaik turunkan alisnya.

yeji spontan memukul pundak yeonjun sedikit keras, "auhh sakit sayang"

Sangat sering dipanggil sayang hingga rasanya sudah biasa,

upss tapi tidak dengan jantungnya.

Sekarang mereka sudah berada di seberang sungai, menikmati sejuknya malam dengan melihat pemandangan paramatta river dan gedung opera house yang bentuknya menyerupai cangkang.

Sungguh menenangkan.

"Lihatlah jembatan itu" ucap yeonjun menunjuk gemerlap sydney harbour bridge, yang melengkung sangat indah.

Yeji otomatis melihat kearah yang yeonjun tunjuk. "Kenapa?"

Tidak ada jawaban, yeji kira yeonjun tidak ada di sampingnya. Ketika menengok, memang tidak ada orang, tetapi ada orang berlutut di sampingnya sambil menyodorkan kunci.

Kunci?

Kening yeji mengerut bingung, bukannya gimana atau gimana tapi bukankah biasanya adegan di drama drama romantis sang pria menyodorkan cincin atau minimal buket bunga.

"Diambil gih"

Yeji mengambil kunci itu. Yeonjun lantas berdiri, membuat yeji menengadahkan kepalanya melihat wajah dekat yeonjun. Karena sungguh tingginya hanya sebatas leher yeonjun.

"Kunci apa? Perasaan aku gak pernah punya hal yang berbau kunci" celetuk yeji sambil kebingungan.

"Ingat waktu malam itu aku mengajakmu ke namsan tower? Kurasa aku tidak bisa memaksamu untuk itu, soal gemboknya kau bisa membukanya dengan kunci ini" ucapan yeonjun membuat dada yeji sedikit sesak.

"Kulihat kamu juga tidak begitu peduli denganku" ucapan yeonjun sangat lembut tetapi sangat tegas, mungkin cowok itu juga sudah menyerah untuk mengambil hati yeji.

"Besok kau bisa melepas-"

"Oke, akan kulakukan asalkan kau menemaniku kesana"

Ucapan yeji membuat yeonjun terdiam, meperhatikan mata cewek didepannya sangat dalam hingga siapapun akan lemas jika ditatap seperti itu.

"Kenapa? apakah aku salah?" tanya yeji polos.

Yeonjun menggeleng pelan, mengambil pematik dan sebatang rokok dari saku jaketnya. Menghadap kembali ke depan, menyandarkan kedua lengannya ke pembatas sungai.

"Sejak kapan kamu rokok?"

"Tidak penting"

"Euhm oke, boleh aku tanya sesuatu yeon? Tapi jangan emosi dan jawab dengan jujur" ucap yeji sedikit takut, karena mungkin topiknya kali ini akan sedikit sensitif untuk yeonjun.

Yeonjun hanya menggumam sebagai jawaban, mulutnya menyemburkan kepalan asap rokok.

"Kenapa kamu gak mau ketika diminta mengelola perusahaan?"

Kegiatan yeonjun menyesap rokok berhenti, menghadap ke wajah yeji sambil berekspresi datar.
"Dugaanku ternyata benar, kau kesini untuk papaku kan?!"

"Aniyo!, a-aku hanya ingin tahu saja"

Yeonjun tersenyum miring mendengar perkataan yeji, "Bagaimana bisa kau tau jika aku lagi marah pada papaku soal itu?"

Family daily lifeWhere stories live. Discover now