"Yaudah tinggal baca." Balas Danisha sewot. Dilihatnya sang adik yang memasang wajah malu-malu kucing.
"Tapi takuuut...tadi-tadi ada yang ketok-ketok dijendela kamar. Pasti itu si-kunti!" Adunya heboh.
Danisha meraup wajah frustasi. Dia bukan orang yang percaya akan adanya hantu, apalagi cerita-cerita seram yang Danisha anggap sekedar karangan saja. Para koruptor yang bersembunyi dibalik jas licin mereka jauh lebih menyeramkan.
"Kamu tuh, ya! Udah kakak bilang nggak ada hantu. Mereka itu cuma imajinasi orang-orang penakut kayak kamu!" Tuding Danisha membuat si adik memberengut.
"Tapi tetep takuut..mau baca disini aja."
"Nggak!" Tolah Danisha tampa tedeng alih-alih. "Kamu kalok baca, ribut. Mana sambil nangis lagi bacanya."
"Aku kan menghayati!" Sungut Tanisha tak terima.
"Terserah!" Danisha bersandar dikepala ranjang dengan pasrah.
Tersenyum senang mendengar jawaban 'terserah' sang kakak yang berarti 'yaudahlah'-- Tanisha memasukan tubuh berisinya pada pelukan hangat sang kakak, meski sedikit mendumal, wanita pekerja keras itu akhirnya tetap memeluk sang adik dengan hangat.
"Yaudah baca." Suruhnya setengah hati.
Beberapa jam berlalu--novel berjudul I know I Love You itu berakhir dengan tangisan Tanisha dan dengusan muak Danisha.
lagi-lagi berdecak, mau ngomel tapi dia tidak punya tenaga saking mengantuknya. Diambilnya tisu yang tersedia dinakas, menangkup wajah gembul Tanisha dan mengelap air mata sang adik dengan telaten.
"Tuhkan, kakak paling males kalok kamu nangis habis baca novel. Tadi bilangnya happy ending, eh tetep aja mewek." Cibir Danisha.
Tanisha menatap kakaknya dengan wajah sembab, bibirnya mencibik.
"Aku kasihan tau sama si-Gladis, masa dia mati dihari ulang tahunnya."
"Gladis siapa?" Tanya Danisha asal yang mendapat delikan sang adik.
"Kakak!" Rengeknya sebal. "Gladis itu tokoh yang ada dalam cerita."
"Ya...trus? ngapain ditangisin? Lagian itu cuma cerita, kalau ada yang mati--ya, mati aja. Nggak usah dibawa baper kedunia."
"Ih tega. Gladis itu baik tau, meskipun karakternya agak nyebelin. Dia itu aslinya naif dan polos banget, tapi nggak ada yang perhatian sama dia. Dan menurut ku dia bukan antagonis," Terang Tania dengan ingus yang di serut-serut.
"Jangan jorok!" Galak Danisha.
"Ish, denger dulu. Jadi si-Gladis ini nggak punya kisah hidup senang kayak namanya, dia malah berakhir tragis di hari ulang tahunya..hiks sedih banget."
Danisha menghela nafas. Diambilnya novel dengan cover simple tapi elegant itu dari tangan Tanisha, dilemparnya asal kelantai lalu menyuruh remaja gembul itu untuk segera tidur.
"Besok novelnya kakak jual."
"Nggak boleh! Hiks..jahad ih." Ya, begitu Danisha. Mentang-mentang jadi pegawai marketing, Danisha sering kali menjual novel koleksi milik Tanisha dengan harga murah.
***
Pagi nya. Danisha dibuat kelipungan. Pasalnya, pak Guyon mengabarkan bahwa dia dipanggil oleh bos besar.
Sampai di kantor, dia disemprot habis-habisan. Danisha pulang dengan mood jelek karna mendapat surat peringatan dan pemotongan gaji.
"Bangke! Masak gara-gara typo si-bangsat malah ngasih gue SP!" dia mendumal dengan Handphone ditelinga.
"Ya, lo tau sendirikan kalok pak bos besar kita itu bener-bener perfectionis.." balas suara disebrang sana.
Danisha berdecak sebal.
"Gagal deh gue naik jabatan sama dapet bonus kalok begini. Percuma juga gue rajin lembur, perkara typo seuprit aja gue didaprat habis-habisan."
"Hahahaha..si bos besar punya dendam kesumat kalik sama lo."
"Gue nggak pernah nyari masalah, ya. Itu orang aja yang nggak ada kerjaan nyari-nyari kesalahan gue, padahal jabatannya jadi bos besar, tapi masak masalah se-sepele itu harus dia juga yang tanganin." Danisha berseru tak terima, bos besarnya itu memang kerap kali memancing emosi Danisha untuk meledak.
"Mungkin aja dia masih dendam, gara-gara dulu lo sering ghosting dia." Tebak Lisa diseberang sana.
"Ghosting apaan sih Lisa sayang. Udahlah empet gue bahas dia terus,"
"Eh..Gimana novelnya? Lo bawa kan?" Tanya Lisa.
"Bawa lah."
"Asyik. Sumpah ya, gue ngebet banget pengen baca novel ini. Beruntungnya lagi, gue dapet potongan harga dari lo." Kekeh Lisa girang.
Danisha mendengkus "lo sama aja kayak adek gue. Apa bagusnya novel pasaran kayak gini, ceritanya terlalu murahan dan klise," Usai mengatakan hal tersebut, novel itu malah jatuh--seolah protes akan kalimat menyakitkan yang dilontarkan Danisha tadi.
Danisha tak mengubris Lisa yang mengoceh tentang bagaimana bagusnya novel I know I Love You itu, dia menunduk untuk mengambil novel yang terjatuh.
"Gue ba--shit...". Danisha membanting setir. Dia berhasil terhindar dari mobil, tapi hanya selang sedetik, nafasnya dipaksa untuk berhenti saat menghadapi sebuah truk kontainer yang melaju oleng ke arah nya dengan cepat dan
Ciiitt...Brak!
Dentuman hebat terjadi. Mobil Danisha terpental, bagian depannya rusak parah, badan mobil juga menghantam pembatas jalan. Kepala Danisha menghantam dasboard mobil dengan kencang. Darah mengucur hebat dari kepalanya, penglihatan Danisha kian memburam, Danisha meracau dengan segala doa, semoga ini bukan akhir tuhan. Menajamkan penglihatan, ditatapnya novel yang terbuka pada lembar terakhir yang terjangkau oleh matanya.
Mereka berdua hidup bahagia...
Tamat
Ya, tamat. Tamat seperti hidupnya. Dan Danisha tak bahagia akan hal itu...
TBC
***
Mohon vote dan coment nya, ya.
Semoga kalian suka♥️
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 1
Start from the beginning
